Home
All posts
Tuesday, October 3, 2017
Monday, October 2, 2017
Panduan Mudah Masuk Dunia Filsafat - Sinau Filsafat
Sinau Filsafat - Kali ini akan membagikan sedikit Panduan/tips yang dirasa akan bermanfaat bagi kalian yang ingin masuk kedalam dunia filsafat. Karna memang banyak orang yang memulai belajar filsafat namun masih belum menyiapkan diri untuk masuk dunia filsafat. Tak panjang lebar, karena tak mau bertele-tele, mari kita langsung ke prosedur berikut ;
Pertama, Belajarlah menjadi seorang Pemula, yakni; Pemula dalam segala hal termasuk pemula dalam mengetahui hidup ini, seperti kamu baru lahir. Hanya mereka yang merasa pemula dapat merasa heran bahwa dunia ini ada, mereka ada, Tuhan ada, dan seterusnya. Menjadi Pemula dalam segala hal berarti melihat segalanya seolah-olah untuk pertama kalinya melihat, maka reaksi yang akan muncul adalah keheranan. Milikilah pandangan " mata anak" yang heran melihat segala sesuatu. Filsafat bermula dari rasa heran semacam ini.
Kedua, jangan percaya begitu saja terhadap apapun, seperti percaya bahwa dunia itu ada. Akal sehat mengatakan bahwa matahari yang uncul setiap pagi itu ada lepas dari kesadaran kita. Namun filsafat mempersoalkan apakah benda di luar pikiran kita itu sungguh-sungguh berada di luar pikiran atau merupakan konstruksi/pantulan pikiran kita. Kontroversi rumit bin jlimet aliran-aliran filsafat dapat disederhanakan ke pertanyaan seperti ini.
Ketiga, Carilah titik pangkal dari segala sesuatu yang kamu alami/ketahui. Manakah yang lebih dahulu antara, buah apel dan pikiran anda tentang buah apel? Pertanyaan ini sulit untuk di jawab, seperti pertanyaan tentang "dahuluan mana antara ayam dan telurnya?" Namun dalam filsafat anda harus memilih salah satu, maka anda akan menemukan posisi anda dalam menjelaskan segala sesuatu. Itu jugalah yang dilakukan oleh berbagai aliran filsafat.
Keempat, Hindarilah pandangan mata dekat, apa maksudnya?.... Mata dekat adalah cara memandang tidak secara keseluruhan, sehingga kalian tidak mengetahui elemen-elemen yang membentuk objek pandangan. Maka hindari itu dan upayakan untuk memiliki pandangan Mata jauh.
Akhirnya, jika anda masih belum merasa jelas, maka anda harus melatih, bacalah buku-buku filsafat, Film gendre Filsafat, atau tanyakan pada pakar filsafat. Namun membaca tulisan ini adalah salah satu latihan. Selamat berlatih dan selamat jalan, dihimbau untuk tetap ingat jalan pulang !
" Beberapa buku harus dicecap, yang lain ditelan, dan beberapa yang jumlahnya sedikit harus dikunyah dan dicerna." [F.Bacon] [Panduan Mudah Masuk Dunia Filsafat]
Sunday, October 1, 2017
Filsafat Islam | Pengaruh Filsafat Muhammad Iqbal di Masa Kini | Sinau Filsafat
Pengaruh fisafat Iqbal yang paling signifikan adalah tentang sistem politik Negara Islam. Yang tidak terlepas dari cita-cita tentang keadilan sosial. Hal ini banyak mengisnpirasi para tokoh-tokoh seperti Sayyid ‘Ali Khamene’i, ‘Ali Syari’ati, dan Murtadha Muthahhari. Ketiga tokoh yang disebutkan merupakian para pelaku revolusi Iran yang menajdikan negara Iran sebagai Negara Islam.
Akan dirangkumkan lima pokok pemikiran Muhammad Iqbal yang sampaikan sekarang masih menjadi rujukan para intelektul dari kalangan muslim dan non-muslim.
Akan dirangkumkan lima pokok pemikiran Muhammad Iqbal yang sampaikan sekarang masih menjadi rujukan para intelektul dari kalangan muslim dan non-muslim.
- Memandang sejarah sebagai gerakan progresif. Iqbal memulai argumentasinya dengan menunjukkan sifat teleologis (kebertujuan) alam semesta ciptaan Tuhan. Selanjutnya, dalam proses pergerakan menuju tujuan penciptaan itu, Iqbal menunjukkan sifat dinamis penciptaan itu sendiri. Iqbal melihat waktu sebagai sesuatu yang sakral sehingga ia mengutip sebuah hadist Qudsi yang melarang “mencaci waktu (dahr)” karena “waktu adalah Allah”
- Ijtihad sebagai sokoguru gerak Islam. Ijtihad merupakan usaha yang dilakukan manusia untuk mengerahkan pemikiran-pemikiran dalam rangka menanggapi aksi Allah, menjawab tantanganNya yang terus menerus menambahkan ciptaan baru itu. Dengan ijtihad bukannya mengadung distorsi terhada ajaran Islam yang auntentik. Justru merupakan inti khilafah. Iqbal mnyebutnya kemitraan dengan Allah.
- Penegasan kembali konsep Alquran mengenai alam semesta empiris sebagai tanda-tanda (ayat) Allah. Kendatipun demikian, penghargaan al-Quran terhadap empiris sama sekali tak mengurangi penekanannya kepada rasio sebagai fakultas untuk mendapatkan kebenaran .
- Intuisi sebagai kelanjutan rasio, meski pada tataran yang lebih tinggi. Lebih dari pada itu Iqbal menunjuk pada peran intelek (intuisi atau qalb/fu’ad) yang mampu mendapatkan kebenaran yang lebih tinggi. Berbeda dengan pemikir Muslim yang lain seperti Al-Ghazali yang terkadasng terkesan mempertentangkan rasio dengan intuisi.
- Menegaskan penekanan al-Quran kepada amal. Yakni, setelah segenap penghargaanya kepada alam empiris, rasio, dan intusisi, itu akhirnya keberadaan seseorang dinilai dari kualitas amalnya. Butir terak ini kiranya melengkapi sifat pemikiran Iqbal yang dalam segenap intelektualismenya yang terkadang amat liberal, dinamistik, dan aktivistik ( Khamenei, Syariati, 2002: vii-ix).
Filsafat Islam | Pokok Pembahasan dalam Filsafat Muhammad Iqbal | Sinau Filsafat
Sinau Filsafat - Keseluruhan
filsafat Iqbal pada hakikatnya adalah suatu pencarian yang dapat dikatakan:
Pencarian manusia. Kemanusiaan adalah tujuan menuju terciptanya suatu ras ideal
individu, akan tetapi datangnya Manusia Unggul tidak akan mungkin hingga
melampaui proses yang mencakup tiga tahap yang dapat dibedakan;
1. Ketaatan
pada hukum
2. Penguasaan
diri sendiri yang merupakan bentuk kesadaran diri tentang pribadi
3. Kekhalifaan
Ilahi (Widyastini, 2008:136).
Iqbal juga dikenal sebagai filosof praktis:
filsafatnya tidak menyodorkan suatu cita niskala yang tidak dapat dipikirkan
perwujudannya (Widyastini, 2008:136).
Pemikiran
filsafat Iqbal dikenal istiah Naib atau
Manusia Unggul. Naib merupakan tingkatan ego yang paling sempurna, puncak
kehidupan mental atau fisik, dalam dirinya ketidakselarasan kehidupan mental
kita menjadi keharmonisan. Kemampuan tertinggi bersatu dalam dirinya menjadi
pengetahuan tertinggi. Ada penyatuan antara pikiran dan perbuatan, naluri dan
akal menjadi satu. Ia adalah penguasa umat manusia. Kerajaannya adalah kerajaan
Tuhan dimuka bumi (Widyastini, 2008:136).
Sejalan
dengan Manusia Unggul ada pula konsep Manusia Pelaku. Dipahami bahwa manusia
bebas melakukan sesuatu terkait dengan lingkungan sosialnya. Menurut Iqbal,
perubahan evolusioner yang lahir dari prinsip-prinsip Islam diperbarui dalam
waktu yang panjang tentulah maenghasilkan perubahan revolusioner. Jalan itu
menurut Iqbal mesti melahirkan situasi ideal yang menolak kapitalisme dan juga
sosialisme tanpa agama (Maitre, 1985:36-37).
Sang
Manusia Pelaku mempunyai peran dalam merubah lingkungan sosial maka mempunyai
cita-cita utopia tentang keadilan sosial. Hal ini dibahas Muhammad Iqbal.
Utopia sosial adalah suatu usaha mengabungkan kerja keras naluriah masyarkaat
menurut dogma-dogma Islam yang diperbaharui(Widyastini, 2008:136). Cita-cita
keadilan sosial Iqbal akan membawa kepada konsep negara Islam yang memuat
cita-cita sosialisme.
Dalam
pandangan Iqbal semangat filsafat adalah semangat penelahaan secara bebas.
Segala macam ketentuan diragukannya. Tugasnya ialah mengikuti rekaan-rekaan
pikiran manusia yang tidak kritits sampai ketempat-tempat yang masih
tersembunyi, dan dalam pengusutan itu bisa juga akhirnya ia berkesudahan dengan
menolak atau menerima secara hati terbuka kelemahan akal semata untuk sampai
kepada kebenaran tertinggi. Inti sari agama ialah iman. Ia adalah sesuatu,
semacam isi pengertian (cognitive content)
(Iqbal, 2002: 4-5).
Muhammad Iqbal tidak mempertentangkan antara
akal dan intuisi. Menurutnya dalam menilai agama, filsafat mesti mengakui
posisi agama yang asasi, dan tak ada alternatif lain dalam proses pemikiran
yang sintesis, kecuali harus menerimanya sebagai sumber kekuatan. Keduanya
tumbuh dari akar yang sama dan masing-masing saling melengkapi. Yang satu
menangkap secara keseluruhan. Yang satu memusatkan perhatiannya pada aspek
kekekalan, sementara yang lain kefanaan. Yang satu mendasarkan keseluruhan
kebenaran itu dengan perlahan-lahan memasuki dan mendekati pelbagai macam bagian
dari keseluruhan itu dengan maksud melakukan peninjauan semata. Keduanya saling
membutuhkan untuk mengadakan peremajaan bersama. Keduanya mencari
pandangan-pandangan kebenaran yang sama pula, dimana ia menjelma sesuai dengan
tugasnya dalam hidup (Iqbal, 2002: 4-5).
Muhammad
Iqbal menyinggung pula tentang filsafat keindahan. Filsafat ini erat kaitannya
dengan Ego Tertinggi atau ego mutlak Tuhan. Kehidupan manusia dalam keegoannnya
adalah perjuangan terus menerus menaklukkan rintangan dan halangan demi
tergapainya ego tertinggi. Karena rintangan yang terbesar adalah benda atau
manusia harus menumbuhkan instrumen-instrumen tertenu dalam dirinya, misalnya
daya indera, daya nalar dan lainnya yang membantunya nmenyesuaikan
penghalang-penghalangnya. Selain itu, manusia juga harus terus menerus
menciptakan hasrat dan cita-cita dalam kilatan cinta (‘isyg), keberanian dan kreativitas yang merupakan esensi dari
keteguhan pribadi. Keindahan tidak lain adalah bentuk dari ekspresi kehendak
hasrat dan cinta ego dalam mencapai ego mutlak tersebut (Iqbal, 2002: 4-5).
Dengan
demikian, keindahan tidak lain adalah hasil ciptaan ego. Keindahan adalah hasil
ekspresinya, karena tenaga-hidup ego sendirilah yang mengekspresikan diri dalam
perwujudan keindahan. Menurut Syarif, teori estetika Iqbal masuk dalam kategori
kedua, objektif, karena bagi Iqbal, keindahan adalah kualitas benda (objek)
yang diciptakan oleh ekspresi ‘ego-ego’ mereka sendiri. Untuk memperoleh keindahan,
ego tidak berhutang pada jiwa penaggap, subjek, melainkan pada
tenaga-kehidupannya sendiri (Soleh, 2004: 303).
Adakah menyakitkan seorang merdeka
Hidup dalam dunia ciptaan orang
lain
Ia yang kehilangan daya cipta
Bagi-Ku tidak punya arti apa-apa
Selain pembangkang dan penyebal
Tak diperkenalkan ambil bagian
dalam keindahan-Ku
Ia tak memetik sebijipun buah kurma
kehidupan
Pahatlah
lagi bingkaimu yang lama
Bangunlah
wujud yang baru
Wujud
seperti itu adalah wujud sebenarnya
Atau
jika tidak demikian
Egomu
hanyalah gumpalan asap belaka
Dalam
pemikiran filsafat, gagasan Iqbal tersebut disebut sebagai estetika vitalisme, yakni bahwa keindahan merupakan ekspresi
ego-ego dalam kerangka prinsip-prinsip universal dari suatu dorongan hidup yang
berdenyut di balik kehidupan sehingga harus juga memberikan kehidupan baru atau
memberikan semangat hidup bagi lingkungannya (Soleh, 2004: 304).
Muhammad
Iqbal membahas pula tentang seni. Ada dua aliran seni yang selama ini
berkembang. Pertama, gerakan anti-fungsionalisme,
yakni gerakan yang menyatakan bahwa seni tidak mempunyai tujuan dan tidak
mengejar tujuan diluar dirinya, karena ia adalah tujuan itu sendiri. Kedua, gerakan yang membedakan antara
kandungan dan bentuk seni. Menurutnya, kandungan seni tidak mempunyai nilai
estetik, tetapi hanya sekedar alat untuk menimbulkan efek artistik.
Iqbal menolak
kedua model gerakan tersebut. Baginya, tanpa kandungan emosi, kemauan dan
gagasan-gagasan tidak lebih dari api yang telah padam. Sesuai dengan konsep-konsep
tentang kepribadian, kemauan adalah sumber utama dalam pandangan seni Iqbal,
sehingga seluruh isi seni-sensasi, perasaan, sentimen, ide-ide dan ideal-ideal-
harus muncul dari sumber ini. Karena itu, seni tidak sekedar gagasan
intelektual atau bentuk-bentuk estetika melainkan pemikiran yang dibumbui emosi
dan mampu menggetarkan manusia (penanggap). Jadi menurut pandangan Iqbal seni
adalah ekspresi-diri sang seniman (Soleh, 2004: 306).
Filsafat Islam | Sejarah Kehidupan Muhammad Iqbal | Sinau Filsafat
Kelahiran Muhammad Iqbal masih menjadi perdebatan terdapat perbedaan dalam menentukan waktu kelahirannya. Muhammad Iqbal adalah seorang pujangga Islam yang terlahir di Sialkat (Punjab) sebuah kota industri, pada 9 November 1877, sekarang berada di wilayah Pakistan. Iqbal adalah keturunan Brahmana dari subkasta Sapru yang leluhurnya berasal dari Kashmir, yang sekitar abad ke-18 dan awal abad ke-19 pindah ke Sialkot.
Iqbal
meninggal dunia pada usia 61 tahun. Selama hidupnya ia banyak mendapatkan
kesempatan untuk menuntut ilmu. Ada dua orang yang sangat berpengaruh dalam
hidup Muhammad Iqbal yaitu Maulana Mir Hasan yang kemudian lebih dikenal dengan
sebutan Syam al-Maulana, Matahari Para
Ulama dan Prof. Thomas Arnolod.
Dimasa
belia Muhammad Iqbal banyak dibimbing oleh Maulana Mir Hasan di Scootish
Mission School Sialkot. Muhamamd Iqbal diberikan pelajaran tentang agama,
bahasa Arab dan Persia. Karena melihat kelebihan Muhammad Iqbal dalam menggubah
sajak-sajak kedalam bahasa Urdu Mir Hasan terus mendorong pada kelebihannya
tersebut.
Setelah
mendapatkan pelajaran agama dari seorang ulama yang ternama pada saat itu
Muhamamd Iqbal malanjutkan studinya di Lahore. Di Lahore dia mendapat bimbingan
langsung dari Prof. Thomas Arnold. Atas desakan dari Thomas Arnold, Muhammad
Iqbal meneruskan studinya ke Universitas Cambridge, London. Kemudian Muhammad
Iqbal memperdalam filsafat dibawah bimbingan McTaggart. Iqbal menulis tersis
doktoralnya di Universitas Muinich Jerman dengan judul The Development of Metaphysics In Persia pada 1907 dbawah bimbingan
Prof. F. Hammel.
Adapun karya yang
dituliskan oleh Muhammad Iqbal diantaranya: The
Development of Metaphysics In Persia;Bang-I-Dara; Asrar-I-Khudi;
Rumuz-I-Bekhudi; dan the reconstruction of muslim Jurispudence (tak
terselesaikan).
Perempuan dan Tasawuf - Sinau Filsafat
Apakah ada kajian tentang laki-laki? Pertanyaan ini muncul, ketika realita
menunjukkan bahwa sangat banyak sekali yang mengkaji seputar perempuan. Seakan-akan
dunia adalah milik laki-laki dan perempuan sebagai obyek yang diperbincangkan dan
berhak untuk dikuliti dari berbagai penjuru. Akan tetapi jika tidak mengangkat isu-isu
perempuan, realita menunjukkan perempuan sering mengalami penindasan.
Banyak pihak dengan beragam pendekatan berjuang untuk memposisikan perempuan pada tempatnya,
dan persoalan yang muncul apakah sama antara laki-laki dan perempuan? Ada yang berpendapat sama dan ada yang berpendapat berbeda. Pertanyaan lain muncul kenapa jika perempuan dan laki-laki berbeda, dan kenapa jika keduanya sama? Apakah jika berbeda harus dipertentangkan? Tulisan ini muncul dari kejenuhan melihat keduanya dipertentangkan dan einginan untuk mencari sebuah warna
baru yang lebih ramah, dan menimalisir munculnya polemik yang baru. Dan melihat
kondisi perempuan yang dianggap "rendah" serta posisinya "di bawah laki-laki", terutama dalah hal spiritualitas maka tulisan ini menggunakan prespektif tasawuf. Dimana tasawuf sangat dekat bahkan bertalian erat dengan perkara spiritualitas. Selain itu, tasawuf merupakan khasanah keilmuan Islam yang ramah terhadap segala perbedaan, karena tasawuf lebih menitikberatkan pada sisi esoteris, yang tidak melihat sisi luar dari seseorang, begitu pula dengan jenis kelaminnya. Tulisan ini menggunakan pendekatan filosofis, lebih
tepatnya menggunakan kacamata tasawuf.
Tasawuf merupakan khasanah keilmuan Islam yang terlepas dari sekat-sekat yang
ada, lebih ramah dengan berbagai perbedaan. Karena tasawuf tidak berbicara tentang
aspek fisik atau materi, akan tetapi lebih bahkan melampauinya. Berdasarkan pemahaman
tersebut, penulis mencoba melihat berbagai polemik yang dihadapi oleh perempuan
dengan menggunakan prespektif tasawuf. Berbeda dengan khasanah keilmuan Islam
lainnya, seperti Fiqh dan Ilmu kalam, tasawuf menampilkan Tuhan dengan sangat ramah,
sisi feminin Tuhan lebih ditonjolkan, sehingga perempuan yang selalu dianggap sangat kental sisi femininnya memiliki kedudukan karena ternyata Tuhan juga memiliki sisi
feminin. Sedang kedua keilmuan di atas lebih menunjukkan sisi maskulin Tuhan, dan
kedua keilmuan tersebut banyak diminati orang sehingga Islam terkesan sangat kasar
terhadap perempuan.
Anggapan bahwa perempuan memiliki spiritualitas yang rendah tidaklah beralasan,
karena sifat feminin yang dimilikinyalah sebenarnya yang memudahkannya berhubungan
dengan Tuhan. Akan tetapi sebenarnya tasawuf tidak mengunggulkan jenis kelamin
seseorang yang lebih dilihat bagaimana kedudukannya di hadapan Tuhan. Dalam prespektif
tasawuf perbedaan antara laki-laki dan perempuan bukan untuk dipertentangkan karena
keduanya saling melengkapi, jika mempertentangkan keduanya, semua yang terkait dengan
relasi keduanya tidak akan berakhir. Perempuan dengan kecenderungan femininnya dan
laki-laki dengan maskulinnya, jika keduanya disatukan mengeejawantahkan diri Tuhan,
karena Tuhan memiliki sisi feminin maupun maskulin.
Saturday, September 30, 2017
Outline The Thought Of David Hume - Sinau Filsafat
Short Biography; Hume was born in Edinburgh, Scotland on 26 April 1711 with the name was originally David Home. But in 1734 he changed his name because in the United Kingdom the difficulty pronouncing "Home" with a Scottish accent. Hume was the son of Joseph Shrinside and couples Khaterine Falcorner. But his father died when the age of Hume was a child, so he was raised by his mother.
Hume have enrolled in the University of Edinburgh to study classical literature. thenhe decided to come out of University and chose to go to France to finally be a great philosopher. Hume reached its peak as a historian in his work The History Of England. The paper describes the search events from the invasion of Julius Caesar to the revolution of 1688, which is a best seller in one day. David Hume in his view, that onlyreligion can deflect others from their everyday lives to think about things pertaining to politics.
The thought of David Hume was heavily influenced by the empiricism of John Lockeand George Berkeley, a few French-speaking writers such as Pierre Bayle, and also figures in the intellectual community Foundation United Kingdom such as Isaac Newton, Samuel Clarke, Francis Hutcheson, Adam Smith, and Joseph Butler. Hume died at age 65 in the year 1776 in his hometown of Edinburgh, Scotland. And throughout his life, Hume never married.
Outline The Thought Of David Hume
Hume States that human beings are driven to do the positive traits that not by moral feeling but rather the ratio. With the ratio of man produces a tool or a way to reach pleasure, but which drove the action it is the feeling of moral work subjectively based on self-love (which is useful in order to make ourselves feel scrumptious) and sympathy (making others also felt deliciously and protect others from fear). Sympathy it according to Hume, encouraging humans to cultivate public welfare and justice as the protection of their rights (Copleston, 1993:337-338). Hume added that feelings of Justice that human nature is owned artificial, not natural.New justice evolved after humans dealing with social problems. Everyone agreed to the demands of Justice and stick to it through refraction to follow rules based on sympathy-sympathy we feel for others. To engage in justice that each should adhere to the agreement and otang rules together.
In ethical Hume also discard all forms of causality, as common sense can only point to the existence of an act of a certain alignment of that de facto exists with a particular purpose that de facto exists, or by a specific regulation which de facto there. Just feeling that give the nature of the good or evil in morality to a certain deeds. Therefore the feelings and belief are important in ethics.
Subscribe to:
Posts (Atom)
About me
M. Fahim Warseno
Penggiat dan Pembaca di bidang Filsafat-Sosial-Politik, Organisasi dan Kepemimpinan, Filsafat Ilmu Pengetahuan serta Literasi Islam., "Bohim" sapaannya, Ia bocah dari pelosok desa di pinggiran Jawa Timur. Baginya "Ilmu amaliyah, Amal Ilmiyah dan Akhlaqul Karimah", adalah visi hidup. Mari Berkawan di Sosial Media atau di Dunia nyata.
Select Category
Popular Posts
-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada hakikatnya epistemologi membahas tentang pengetahuan, yang berkaitan denga...
-
ALIRAN-ALIRAN DALAM EPISTEMOLOGI Epistemologi , (dari bahasa Yunani episteme (pengetahuan) dan logos (kata/pembicaraan/ilmu) adalah caba...
-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Filsafat Islam tumbuh begitu pesat dibagian Timur tepatnya didaerah semenanjung Arab. P...
-
PLAGIARISME DALAM TEORI PENDIDIKAN EMPIRISME BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, permasalahan menge...
-
BAB I PENDAHULUAN METAFISIKA JEAN PAUL SARTRE - SINAU FILSAFAT...