Thursday, September 28, 2017

Makalah Filsafat Islam Muhammad Iqbal - Sinau Filsafat

BAB I
PENDAHULUAN


muhammad-iqbal-filsafat-islam


A. Latar Belakang
Filsafat Islam tumbuh begitu pesat dibagian Timur tepatnya didaerah semenanjung Arab. Pertumbuhan mencapai puncaknya dimasa kekhalifaan Abbasyiah. Perkembangan itu tidak terlepas dari usaha para kaum cendekiawan untuk menerjemahkan buku-buku berbahasa Yunani, Mesir dan Persia. Selain itu dialog langsung yang dilakukan oleh orang muslim dengan orang non muslim dengan harapan adanya pertemuan budaya yang saling berbeda, menjadi faktor selanjutnya.
Filsafat Islam banyak dipengaruhi aliran-aliran teologi yang timbul oleh proses politik pada saat itu. Dalam teologi Islam terdapat beberapa aliran besar yaitu Khawarij, Murjiah, Mu’tazillah, As-syariah, Al-Maturuddi (Samarkand dan Bukharah). Aliran teologi yang disebutkan diawal menekan empat hal mendasar yang menjadi pembahasannya, mengetahui Tuhan, kewajiban mengetahui Tuhan, mengetahui baik dan buruk, dan kewajiban mengetahui baik dan buruk. Perbedaan dari aliran teologi adalah peranan antara akal dan wahyu dalam mengetahui keempat hal mendasar tadi yang telah disebutkan. Sebagian besar para filsuf Islam berkiblat pada aliran teologi Mu’tazilah yang banyak memberikan peranan pada akal. Dapat diberikan contoh filsuf Islam yang berlandaskan pada As-syariah yaitu Al-Ghazali. Namun perlu diketahui dalam pembahasan filsafat Islam ada tiga hal yang sangat ditekankan yaitu tentang Tuhan, manusia dan alam.
Setelah perkembangan ilmu dan kebudayaan manusia yang begitu pesat yang menembus batas ruang dan waktu. Lahirlah filsuf-filsuf baru bukan hanya didaerah Timur Tengah. Di India pada saat itu sebelum menjadi Pakistan sekarang ini lahirlah seorang filsuf yang bernama Muhammad Iqbal. Pengaruhnya sangat besar dalam dunia Islam, kekhasan pemikirannya dapat ditangkap melalui puisi-pusinya yang menggetarkan hati dan menimbulkan tanya pada pikiran. Untuk penjelasan yang lebih lanjut akan dijelaskan dalam materi makalah ini.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan diuraikan terkait dengan filsuf Muhammad Iqbal yaitu;
1. Bagaimana sejarah kehidupan Muhammad Iqbal?
2. Apa yang dibahas Muhammad Iqbal dalam filsafatnya?
3. Bagaimana pengaruh filsafat Muhammad Iqbal hingga masa kini?

C. Tujuan 
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yang mengangkat filsafat Islam modern kontemporer Muhammad Iqbal yaitu;
1. Memperkenalkan Muhammad Iqbal kepada mahasiswa yang sedang menempuh mata kuliah Filsafat Islam Modern Kontemporer.
2. Mengetahui pembahasan yang menjadi tema sentral dari filsafat Muhammad Iqbal.
3. Pengaruh filsafat Muhammad Iqbal dalm dunia Islam hingga saat ini.







BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Kehidupan Muhammad Iqbal

Kelahiran Muhammad Iqbal masih menjadi perdebatan terdapat perbedaan dalam menentukan waktu kelahirannya. Muhammad Iqbal adalah seorang pujangga Islam yang terlahir di Sialkat (Punjab) sebuah kota industri, pada 9 November 1877, sekarang berada di wilayah Pakistan. Iqbal adalah keturunan Brahmana dari subkasta Sapru yang leluhurnya berasal dari Kashmir, yang sekitar abad ke-18 dan awal abad ke-19 pindah ke Sialkot.
Iqbal meninggal dunia pada usia 61 tahun. Selama hidupnya ia banyak mendapatkan kesempatan untuk menuntut ilmu. Ada dua orang yang sangat berpengaruh dalam hidup Muhammad Iqbal yaitu Maulana Mir Hasan yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan Syam al-Maulana, Matahari Para Ulama dan Prof. Thomas Arnolod.
Dimasa belia Muhammad Iqbal banyak dibimbing oleh Maulana Mir Hasan di Scootish Mission School Sialkot. Muhamamd Iqbal diberikan pelajaran tentang agama, bahasa Arab dan Persia. Karena melihat kelebihan Muhammad Iqbal dalam menggubah sajak-sajak kedalam bahasa Urdu Mir Hasan terus mendorong pada kelebihannya tersebut.
Setelah mendapatkan pelajaran agama dari seorang ulama yang ternama pada saat itu Muhamamd Iqbal malanjutkan studinya di Lahore. Di Lahore dia mendapat bimbingan langsung dari Prof. Thomas Arnold. Atas desakan dari Thomas Arnold, Muhammad Iqbal meneruskan studinya ke Universitas Cambridge, London. Kemudian Muhammad Iqbal memperdalam filsafat dibawah bimbingan McTaggart. Iqbal menulis tersis doktoralnya di Universitas Muinich Jerman dengan judul The Development of Metaphysics In Persia pada 1907 dbawah bimbingan Prof. F. Hammel.
Adapun karya yang dituliskan oleh Muhammad Iqbal diantaranya: The Development of Metaphysics In Persia;Bang-I-Dara; Asrar-I-Khudi; Rumuz-I-Bekhudi; dan the reconstruction of muslim Jurispudence (tak terselesaikan).

B. Pokok pembahasan dalam filsafat Muhammad Iqbal

Keseluruhan filsafat Iqbal pada hakikatnya adalah suatu pencarian yang dapat dikatakan: Pencarian manusia. Kemanusiaan adalah tujuan menuju terciptanya suatu ras ideal individu, akan tetapi datangnya Manusia Unggul tidak akan mungkin hingga melampaui proses yang mencakup tiga tahap yang dapat dibedakan;
1. Ketaatan pada hukum
2. Penguasaan diri sendiri yang merupakan bentuk kesadaran diri tentang pribadi
3. Kekhalifaan Ilahi (Widyastini, 2008:136).
 Iqbal juga dikenal sebagai filosof praktis: filsafatnya tidak menyodorkan suatu cita niskala yang tidak dapat dipikirkan perwujudannya (Widyastini, 2008:136).
Pemikiran filsafat Iqbal dikenal istiah Naib atau Manusia Unggul. Naib merupakan tingkatan ego yang paling sempurna, puncak kehidupan mental atau fisik, dalam dirinya ketidakselarasan kehidupan mental kita menjadi keharmonisan. Kemampuan tertinggi bersatu dalam dirinya menjadi pengetahuan tertinggi. Ada penyatuan antara pikiran dan perbuatan, naluri dan akal menjadi satu. Ia adalah penguasa umat manusia. Kerajaannya adalah kerajaan Tuhan dimuka bumi (Widyastini, 2008:136).
Sejalan dengan Manusia Unggul ada pula konsep Manusia Pelaku. Dipahami bahwa manusia bebas melakukan sesuatu terkait dengan lingkungan sosialnya. Menurut Iqbal, perubahan evolusioner yang lahir dari prinsip-prinsip Islam diperbarui dalam waktu yang panjang tentulah maenghasilkan perubahan revolusioner. Jalan itu menurut Iqbal mesti melahirkan situasi ideal yang menolak kapitalisme dan juga sosialisme tanpa agama (Maitre, 1985:36-37).
Sang Manusia Pelaku mempunyai peran dalam merubah lingkungan sosial maka mempunyai cita-cita utopia tentang keadilan sosial. Hal ini dibahas Muhammad Iqbal. Utopia sosial adalah suatu usaha mengabungkan kerja keras naluriah masyarkaat menurut dogma-dogma Islam yang diperbaharui(Widyastini, 2008:136). Cita-cita keadilan sosial Iqbal akan membawa kepada konsep negara Islam yang memuat cita-cita sosialisme.
Dalam pandangan Iqbal semangat filsafat adalah semangat penelahaan secara bebas. Segala macam ketentuan diragukannya. Tugasnya ialah mengikuti rekaan-rekaan pikiran manusia yang tidak kritits sampai ketempat-tempat yang masih tersembunyi, dan dalam pengusutan itu bisa juga akhirnya ia berkesudahan dengan menolak atau menerima secara hati terbuka kelemahan akal semata untuk sampai kepada kebenaran tertinggi. Inti sari agama ialah iman. Ia adalah sesuatu, semacam isi pengertian (cognitive content) (Iqbal, 2002: 4-5).
 Muhammad Iqbal tidak mempertentangkan antara akal dan intuisi. Menurutnya dalam menilai agama, filsafat mesti mengakui posisi agama yang asasi, dan tak ada alternatif lain dalam proses pemikiran yang sintesis, kecuali harus menerimanya sebagai sumber kekuatan. Keduanya tumbuh dari akar yang sama dan masing-masing saling melengkapi. Yang satu menangkap secara keseluruhan. Yang satu memusatkan perhatiannya pada aspek kekekalan, sementara yang lain kefanaan. Yang satu mendasarkan keseluruhan kebenaran itu dengan perlahan-lahan memasuki dan mendekati pelbagai macam bagian dari keseluruhan itu dengan maksud melakukan peninjauan semata. Keduanya saling membutuhkan untuk mengadakan peremajaan bersama. Keduanya mencari pandangan-pandangan kebenaran yang sama pula, dimana ia menjelma sesuai dengan tugasnya dalam hidup (Iqbal, 2002: 4-5).
Muhammad Iqbal menyinggung pula tentang filsafat keindahan. Filsafat ini erat kaitannya dengan Ego Tertinggi atau ego mutlak Tuhan. Kehidupan manusia dalam keegoannnya adalah perjuangan terus menerus menaklukkan rintangan dan halangan demi tergapainya ego tertinggi. Karena rintangan yang terbesar adalah benda atau manusia harus menumbuhkan instrumen-instrumen tertenu dalam dirinya, misalnya daya indera, daya nalar dan lainnya yang membantunya nmenyesuaikan penghalang-penghalangnya. Selain itu, manusia juga harus terus menerus menciptakan hasrat dan cita-cita dalam kilatan cinta (‘isyg), keberanian dan kreativitas yang merupakan esensi dari keteguhan pribadi. Keindahan tidak lain adalah bentuk dari ekspresi kehendak hasrat dan cinta ego dalam mencapai ego mutlak tersebut (Iqbal, 2002: 4-5).
Dengan demikian, keindahan tidak lain adalah hasil ciptaan ego. Keindahan adalah hasil ekspresinya, karena tenaga-hidup ego sendirilah yang mengekspresikan diri dalam perwujudan keindahan. Menurut Syarif, teori estetika Iqbal masuk dalam kategori kedua, objektif, karena bagi Iqbal, keindahan adalah kualitas benda (objek) yang diciptakan oleh ekspresi ‘ego-ego’ mereka sendiri. Untuk memperoleh keindahan, ego tidak berhutang pada jiwa penaggap, subjek, melainkan pada tenaga-kehidupannya sendiri (Soleh, 2004: 303).

Adakah menyakitkan seorang merdeka
Hidup dalam dunia ciptaan orang lain
Ia yang kehilangan daya cipta
Bagi-Ku tidak punya arti apa-apa
Selain pembangkang dan penyebal
Tak diperkenalkan ambil bagian dalam keindahan-Ku
Ia tak memetik sebijipun buah kurma kehidupan

Pahatlah lagi bingkaimu yang lama
Bangunlah wujud yang baru
Wujud seperti itu adalah wujud sebenarnya
Atau jika tidak demikian
Egomu hanyalah gumpalan asap belaka

Dalam pemikiran filsafat, gagasan Iqbal tersebut disebut sebagai estetika vitalisme, yakni bahwa keindahan merupakan ekspresi ego-ego dalam kerangka prinsip-prinsip universal dari suatu dorongan hidup yang berdenyut di balik kehidupan sehingga harus juga memberikan kehidupan baru atau memberikan semangat hidup bagi lingkungannya (Soleh, 2004: 304).
Muhammad Iqbal membahas pula tentang seni. Ada dua aliran seni yang selama ini berkembang. Pertama, gerakan anti-fungsionalisme, yakni gerakan yang menyatakan bahwa seni tidak mempunyai tujuan dan tidak mengejar tujuan diluar dirinya, karena ia adalah tujuan itu sendiri. Kedua, gerakan yang membedakan antara kandungan dan bentuk seni. Menurutnya, kandungan seni tidak mempunyai nilai estetik, tetapi hanya sekedar alat untuk menimbulkan efek artistik.
Iqbal menolak kedua model gerakan tersebut. Baginya, tanpa kandungan emosi, kemauan dan gagasan-gagasan tidak lebih dari api yang telah padam. Sesuai dengan konsep-konsep tentang kepribadian, kemauan adalah sumber utama dalam pandangan seni Iqbal, sehingga seluruh isi seni-sensasi, perasaan, sentimen, ide-ide dan ideal-ideal- harus muncul dari sumber ini. Karena itu, seni tidak sekedar gagasan intelektual atau bentuk-bentuk estetika melainkan pemikiran yang dibumbui emosi dan mampu menggetarkan manusia (penanggap). Jadi menurut pandangan Iqbal seni adalah ekspresi-diri sang seniman (Soleh, 2004: 306).

C. Pengaruh Filsafat Muhammad Iqbal di Masa Kini

Pengaruh fisafat Iqbal yang paling signifikan adalah tentang sistem politik Negara Islam. Yang tidak terlepas dari cita-cita tentang keadilan sosial. Hal ini banyak mengisnpirasi para tokoh-tokoh seperti Sayyid ‘Ali Khamene’i, ‘Ali Syari’ati, dan Murtadha Muthahhari. Ketiga tokoh yang disebutkan merupakian para pelaku revolusi Iran yang menajdikan negara Iran sebagai Negara Islam.

Akan dirangkumkan lima pokok pemikiran Muhammad Iqbal yang sampaikan sekarang masih menjadi rujukan para intelektul dari kalangan muslim dan non-muslim.
1. Memandang sejarah sebagai gerakan progresif. Iqbal memulai argumentasinya dengan menunjukkan sifat teleologis (kebertujuan) alam semesta ciptaan Tuhan. Selanjutnya, dalam proses pergerakan menuju tujuan penciptaan itu, Iqbal menunjukkan sifat dinamis penciptaan itu sendiri. Iqbal melihat waktu sebagai sesuatu yang sakral sehingga ia mengutip sebuah hadist Qudsi yang melarang “mencaci waktu (dahr)” karena “waktu adalah Allah”
2. Ijtihad sebagai sokoguru gerak Islam. Ijtihad merupakan usaha yang dilakukan manusia untuk mengerahkan pemikiran-pemikiran dalam rangka menanggapi aksi Allah, menjawab tantanganNya yang terus menerus menambahkan ciptaan baru itu. Dengan ijtihad bukannya mengadung distorsi terhada ajaran Islam yang auntentik. Justru merupakan inti khilafah. Iqbal mnyebutnya kemitraan dengan Allah.
3. Penegasan kembali konsep Alquran mengenai alam semesta empiris sebagai tanda-tanda (ayat) Allah. Kendatipun demikian, penghargaan al-Quran terhadap empiris sama sekali tak mengurangi penekanannya kepada rasio sebagai fakultas untuk mendapatkan kebenaran .
4. Intuisi sebagai kelanjutan rasio, meski pada tataran yang lebih tinggi. Lebih dari pada itu Iqbal menunjuk pada peran intelek (intuisi atau qalb/fu’ad) yang mampu mendapatkan kebenaran yang lebih tinggi. Berbeda dengan pemikir Muslim yang lain seperti Al-Ghazali yang terkadasng terkesan mempertentangkan rasio dengan intuisi.
5. Menegaskan penekanan al-Quran kepada amal. Yakni, setelah segenap penghargaanya kepada alam empiris, rasio, dan intusisi, itu akhirnya keberadaan seseorang dinilai dari kualitas amalnya. Butir terak ini kiranya melengkapi sifat pemikiran Iqbal yang dalam segenap intelektualismenya yang terkadang amat liberal, dinamistik, dan aktivistik ( Khamenei, Syariati, 2002: vii-ix).

BAB III
KESIMPULAN

Muhammad Iqbal dilahirkan di Sialkat (Punjab) sebuah kota industri, pada 9 November 1877. Ia merupakan filsuf Islam yang berasal dari anak benua India sebelum akhirnya menjadi negara Pakistan.sepanjang hidupnya dia mendapatkan pendidikan yang baik. Ada dua orang yang paing berpengaruh dalam hidupnya yaitu; Maulana Mir Hasan yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan Syam al-Maulana, Matahari Para Ulama dan Prof. Thomas Arnold. Mir Hasan memompakan ruh keagmaan dalam diri Iqbal. Lalu dari Prof. Thomas Arnold seupa dengan Mir Hasan sarjana inilah yang pertama kali memasukkan filsafat barat kedalam jiwa Iqbal. Dari Sir Thomas Arnold mendapat dorongan untuk melanjutkan studinya di Eropa.
Ada tiga hal pokok yang ingin disampikan Iqbal dalam filsafatnya yang bersifat praktis yaitu; Pertama, Manusia Unggul merupakan tingkatan ego yang paling sempurna, puncak kehidupan mental atau fisik, dalam dirinya ketidakselarasan kehidupan mental kita menjadi keharmonisan. Kedua, konsep Manusia Pelaku hal ini masih erat kaitannya dengan Manusia Unggul. Dimaksudkan bahwa manusia bebs melakukan perubahan dalam kehidupan sosialnya. Ketiga, tentang keadilan sosial yang perlu diwujudkan melalui pembentukan negara sesuai dengan nafas keIslaman.
Pengaruh Muhammad Iqbal sangatlah besar diseluruh dunia pandangannya banyak dilirik oleh intelktual muslim dan non-muslim. Ha ini dapat terlihat jelas dengan pengaruh filsafatnya pada para pelaku revolusi di Iran hingga terbentuknya negara Islam Iran, seperti ‘Ali Syariati tokoh Syiah.

DAFTAR PUSTAKA
Iqbal, Muhammad, 2002, Rekonstruksi Pemikiran Agama dalam Islam, Penerbit Jalasutra,
Yogyakarta
Sholeh, Khudori, 2004, Wacana Baru Filsafat Islam, Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Widyastini, 2008, Filsafat Islam “Abad Tengah Modern Kontemporer”, Penerbit Kepel Press,
Yogyakarta

Load disqus comments

0 comments