Sunday, September 9, 2018

Makalah Filsafat Pendidikan | PLAGIARISME DALAM TEORI PENDIDIKAN EMPIRISME


PLAGIARISME DALAM TEORI PENDIDIKAN EMPIRISME


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah

Dewasa ini, permasalahan mengenai plagiarisme bukanlah sesuatu yang asing lagi bagi masyarakat Indonesia khususnya para akademisi. Apalagi ditambah dengan perkembangan media informasi, pemberitaan mengenai plagiarisme semakin marak saja diperbincangkan di media masa maupun media elektronik. Sesungguhnya setiap hari masyarakat menyaksikan plagiarisme, plagiat dan plagiator, baik yang sengaja maupun yang tidak.
Membahas dunia pendidikan maka tidak terlepas juga dari plagiarisme. Baik siswa, mahasiswa maupun kalangan pengajar banyak yang melakukan tindakan plagiarisme, meskipun tidak semua namun sebagian besar pernah melakukan hal tersebut. Latar belakang mereka melakukan plagiarisme pada dasarnya memiliki motif yang serupa yaitu memberikan kesempatan untuk menyelesaikan persyaratan akademis agar cepat selesai dan mudah, apalagi berkaitan dengan nilai. Namun ironisnya, pelaku plagiarisme sering yang mendapatkan nilai yang lebih tinggi dari yang seharusnya mereka dapatkan. Beberapa diantaranya bahkan mendapatkan nilai akademis yang lebih tinggi dibandingkan orang-orang yang meneliti dan menulis sendiri tugasnya. Sebagian dari pelaku plagiarisme mengaku tidak menyadari bahwa mereka telah melakukan plagiarisme dan sebagian lagi dilakukan karena kesengajaan.
Pada umumnya tindakan Plagiarisme atau plagiat dapat terjadi karena kurang memahami tatakrama pengutipan atau perujukan gagasan atau pendapat orang lain, atau bisa juga karena keterbatasan pelacakan sumber-sumber informasi dari literatur-literatur ilmiah. Hal-hal tersebut membuktikan bahwa pendidikan di Indonesia masih perlu dibenahi. Pendidikan yang seharusnya adalah mengajarkan kejujuran kepada yang pihak diajari, maka para pendidik haruslah menanamkan hal-hal tersebut didalam penyampaian materi-materi.
Jika ditinjau lebih mendalam masalah plagiarisme dalam pendidikan seharusnya bisa diatasi, dengan banyaknya teori-teori filsafat pendidikan yang ada, setidaknya mampu meminimalisir plagiarisme dengan memberikan solusi pemecahan masalah tersebut. Salah satunya adalah dengan teori Empirisme dari John locke, teori ini menyatakan bahwa pendidikanlah yang membentuk dan mengembangkan manusia karena manusia terlahir bagaikan selembar kertas putih yang tidak ada coretan /tabula rasa. Pendidikan maha kuasa dalam membentuk anak didik. Dengan teori yang sangat optimis terhadap usaha pendidikan setidaknya dapat mengungkap permasalahan mendasar apa yang dapat menimbulkan masalah plagiarisme, serta solusi yang paling esensial yang dapat membantu menyelesaikan permasalahan ini

  1. Rumusan Masalah

1.      Apa yang dimaksud dengan plagiarisme?
2.      Apa saja yang termasuk dalam tindakan plagiarisme?
3.      Bagaimana plagiarisme ditinjau dari teori pendidikan Empirisme?

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Plagiarisme

Plagiarisme, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ialah penjiplakan yang melanggar hak cipta, yaitu hak seseorang atas hasil penemuannya yang dilindungi oleh undang-undang. Plagiat adalah pengambilan karangan atau argumen orang lain dan menjadikannya seolah-olah karangan atau pendapat sendiri. Misalnya menerbitkan karya tulis orang lain atas nama dirinya sendiri. Orang yang melakukan plagiat disebut plagiator atau penjiplak.
Plagiarisme dalam bidang akademis, sebagaimana dikutip dari Bobby Elliot, plagiarisme dapat diartikan sebagai tindakan menggunakan sebagian atau keseluruhan hasil karya orang lain (baik berupa tulisan, produk, ataupun ide) tanpa mencantumkan sumber naskah asli, dengan maksud menjadikannya seolah hasil karya sendiri http://knol.google.com/k/plagiarism-definition-causes-consequence).
            Plagiarisme merupakan tindakan pencurian intelektual milik orang lain, termasuk di dalamnya pencurian terhadap ide dan konsep tak tertulis, catatan,data komputer, desain, dan bahan tertulis lainnya.Menurut Adimihardja (2005), plagiarisme adalah pencurian dan penggunaan gagasan atau tulisan orang lain (tanpa cara-cara yang sah) dan diakui sebagai miliknya sendiri. Plagiarisme juga didefinisikan sebagai kegiatan dengan sengaja menyalin pemikiran atau kerja orang laintanpa cara-cara yang sah (Adimihardja, 2002). Pelaku plagiarisme dikenal juga dengan sebutan plagiat (Rosyidi, 2007)

B.     Tindakan Yang Termasuk Plagiarisme

Dalam buku  Sebuah Pengantar Penulisan Ilmiah karya Felicia Utorodewo dkk. menggolongkan tindakan yang termasuk plagiarisme adalah sebagai berikut:
1.      Mengakui tulisan orang lain sebagai tulisan sendiri,
2.      Mengakui gagasan orang lain sebagai pemikiran sendiri
3.      Mengakui temuan orang lain sebagai kepunyaan sendiri
4.      Mengakui karya kelompok sebagai kepunyaan atau hasil sendiri,
5.      Menyajikan tulisan yang sama dalam kesempatan yang berbeda tanpa menyebutkan asal-usulnya
Meringkas dan memparafrasekan (mengutip tak langsung) tanpa menyebutkan sumbernya, dan
Meringkas dan memparafrasekan dengan menyebut sumbernya, tetapi rangkaian kalimat dan pilihan katanya masih terlalu sama dengan sumbernya.


            Secara garis besar, tindakan yang termasuk plagiarisme akademis antara lain (Rosyidi,2007):
a.menyalin tulisan orang lain mentah-mentah, tanpa memberikan penjelasan bahwa tulisantersebut diambil dari tulisan lain dan/atau tanpa menyebutkan sumbernya, 
b.mengambil gagasan orang lain tanpa memberikan keterangan yang cukup tentang sumber gagasan tersebut. Menurut Adimihardja (2005) terdapat banyak sekali jenis plagiarisme, antara lain sebagai berikut:
1.      .Mengutip atau mengulang gagasan orang lain dalam suatu percakapan tanpa merujuk kepada yang mempunyai gagasan, tanpa memberi penghargaan atau ucapan terima kasih kepada yang mempunyai gagasan tersebut. Mencuri gagasan orang lain dalam suatu percakapan kemudian menuliskannya tanpa izin sah dari yang mempunyai gagasan tersebuttermasuk plagiarisme; dan ini merupakan kesalahan ilmiah.
2.      .Semua pendapat atau pernyataan orang lain secara tertulis yang dikutip tanpa memberi penghargaan kepada yang punya pendapat melalui catatan kaki atau daftar pustaka.
3.      Melakukan kutipan tak langsung dari pendapat atau pernyataan orang lain secara tertulis tanpa melakukan parafrase.
4.      Mengutip tabel dan gambar tanpa menyebutkan sumbernya
5.      Dua tulisan berjudul dan berisi sama, maka yang keluar belakangan merupakan hasil plagiat.
6.      Menyalin seluruh hasil karya orang lain, dan salinan itu diakui sebagai tulisan sendiriwalaupun pemilik karya tulis mengizinkan secara tulus. Hasil karya yang dimaksudkanmeliputi yang dipublikasi (buku, artikel dalam jurnal/prosiding/majalah) dan yang tidak dipublikasi (makalah untuk seminar, laporan penelitian, skripsi, tesis, disertasi, diktat, bukuajar).
7.      Tulisan mahasiswa yang dipublikasi tanpa menuliskan nama mahasiswa sebagai penulis pertama.
8.      Penulis yang dengan sengaja mengirimkan tulisan berjudul sama pada dua jurnal ataulebih.
9.      Menerjemahkan suatu tulisan orang lain dan menulis dirinya sebagai penulis. 
10.  Tulisan orang lain yang dimodifikasi baik organisasi maupun frasenya tanpamencantumkan nama penulis aslinya

C.    Plagiarisme Ditinjau dari Teori Pendidikan Empirisme

           Tokoh aliran Empirisme adalah John Lock, filosof Inggris yang hidup pada tahun 1632-1704. Teorinya dikenal dengan Tabulae rasae (meja lilin), yang menyebutkan bahwa anak yang lahir ke dunia seperti kertas putih yang bersih. Kertas putih akan mempunyai corak dan tulisan yang digores oleh lingkungan. Faktor bawaan dari orangtua (faktor keturunan) tidak dipentingkan. Pengalaman diperoleh anak melalui hubungan dengan lingkungan (sosial, alam, dan budaya). Pengaruh empiris yang diperoleh dari lingkungan berpengaruh besar terhadap perkembangan anak. Menurut aliran ini, pendidik sebagai faktor luar memegang peranan sangat penting, sebab pendidik menyediakan lingkungan pendidikan bagi anak, dan anak akan menerima pendidikan sebagai pengalaman.Pengalaman tersebut akan membentuk tingkah laku, sikap, serta watak anak sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan. Misalnya: Suatu keluarga yang kaya raya ingin memaksa anaknya menjadi pelukis.Segala alat diberikan dan pendidik ahli didatangkan. Akan tetapi gagal, karena bakat melukis pada anak itu tidak ada. Akibatnya dalam diri anak terjadi konflik, pendidikan mengalami kesukaran dan hasilnya tidak optimal. Contoh lain, ketika dua anak kembar sejak lahir dipisahkan dan dibesarkan di lingkungan yang berbeda. Satu dari mereka dididik di desa oleh keluarga petani golongan miskin, yang satu dididik di lingkungan keluarga kaya yang hidup di kota dan disekolahkan disekolah modern. Ternyata pertumbuhannya tidak sama. Kelemahan aliran ini adalahhanya mementingkan pengalaman. Sedangkan kemampuan dasar yang dibawa anak sejak lahir dikesampingkan. Padahal, ada anak yang berbakat dan berhasil meskipun lingkungan tidak mendukung.
(1) Aliran ini bertumpu pada pandangan John Locke (1704-1932), yang mengembangkan teori “ Tabula Rasa “, yaitu anak lahir ke dunia bagaikan kertas putih. Oleh karena itu perkembangan anak bergantung pada stimulasi eksternal, yaitu bergantung pada stimulus lingkungan. Stimulus ini berasal dari alam atau diciptakan oleh orang dewasa. Aliran ini tidak mementingkan pembawaan.
(2) Keberhasilan anak disebabkan dari faktor yang ada di dalam dirinya berupa kecerdasan atau kemauan keras. Oleh karena itu, anak mencari lingkungan yang dapat mengembangkan bakat atau kemampuan yang ada dalam dirinya.
(3)  Aliran ini memandang anak sebagai makhluk yang pasif yang diberi stimulus melalui pembelajaran. Perilaku yang baik karena diberi stimulus secara terus menerus.
           Seseorang yang  beraliran empisime mendasarkan pengetahuannya terhadap pengalaman indrawi. Baginya pengalaman indrawi merupakan landasan paling dasar bagi pengetahuan manusia, meski untuk dapat dikatakan ilmiah harus melalui syarat-syarat tertentu. Pengalaman saja tidak cukup dijadikan sebagai landasan pengetahuan, karena itu juga mengakui peran ingatan, kesaksian, minat dan rasa ingin tahu, pikiran dan penalaran, logika, bahasa dan kebutuhan hidup manusia.
           Memori suatu pengalaman yang disaksikan oleh orang-orang tertentu kemudian dapat direfleksikan menggunakan penalaran tertentu sehingga menghasilkan suatu informasi/pengetauan yang valid. Tentu untuk mengungkapkan hal tersebut diperlukan peran bahasa di samping adanya minat dan rasa ingin tahu dari sang peneliti. Bagi kegiatan ilmiah ialah kegiatan penelitian dengan melalui syarat-syarat tertentu.
           Jika dalam empirisme peran lingkungan sangat berpengaruh dalam membentuk pribadi seorang anak, maka peran guru juga sangat penting. Guru sebagai pembimbing harus sepenuh hati mendidik anak didiknya. Terutama mengenai penanaman pengetahuan mengenai plagiarisme itu sendiri. Plagiarisme bisa terjadi sebab anak didik tidak mengetahui bahwa apa yang dilakukannya adalah sebuah tindak plagiat. Dalam kurikulum mata pelajaran Bahasa Indonesia di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA), sebenarnya terdapat materi mengenai berbagai jenis kutipan, seperti kutipan langsung-tidak langsung, catatan kaki, maupun catatan perut. Namun di beberapa sekolah tidak menyampaikan materi tersebut. Jika mungkin disampaikan hanya sebatas dasar-dasarnya saja.

BAB III

KESIMPULAN

           Plagiarisme penjiplakan yang melanggar hak cipta, yaitu hak seseorang atas hasil penemuannya yang dilindungi oleh undang-undang. Plagiat adalah pengambilan karangan atau argumen orang lain dan menjadikannya seolah-olah karangan atau pendapat sendiri. Misalnya menerbitkan karya tulis orang lain atas nama dirinya sendiri. Orang yang melakukan plagiat disebut plagiator atau penjiplak.
           Beberapa tindakan yang tergolong plagiarisme diantaranya Mengakui tulisan orang lain sebagai tulisan sendiri,. Mengakui gagasan orang lain sebagai pemikiran sendiri. Mengakui temuan orang lain sebagai kepunyaan sendiri. Mengakui karya kelompok sebagai kepunyaan atau hasil sendiri. Menyajikan tulisan yang sama dalam kesempatan yang berbeda tanpa menyebutkan asal-usulnya
           Empirisme dipelopori oleh seorang filsuf berkebangsaan inggris bernama John Locke. Locke berpendapat bahwa seorang anak lahir di dunia ini ibarat sebuah kertas kosong atau ibarat meja berlapis lilin (tabula rasa) yang belum ada tulisan apapun di atasnya. Mendidik merupakan kegiatan yang membentuk pribadi sang anak didik. Oleh karena itu guru harus senantiasa mendidik dengan sepenuh hati. Jika plagiarisme yang dilakukan oleh peserta didik disebabkan ketidaktahuannya, maka peran guru harus dievaluasi, sebab hal ini juga menunjukkan ketidakberhasilan guru membentuk pribadi baik sang anak didik.

DAFTAR PUSTAKA


Jaelani, Endang, 2012, Rencana Program Kegiatan Perkuliahan Semester, Filsafat                               Pendidikan,Yogyakarta
 Sumber Internet
http://ditowisnu.wordpress.com/2010/04/29/plagiarisme-dalam-dunia-pendidikan/
diakses padatanggal 02 september 2012

http://edukasi.kompasiana.com/2010/02/10/kasus-plagiarism-dan-sikap-ilmiah/diakses pada tanggal 02 September 2012

http://erywijaya.wordpress.com/2010/04/16/plagiarisme-dan-solusi,pencegahannya/ diakses padatanggal 02  September 2012

http://flpngaliyan.wordpress.com/page/2/  diakses padatanggal 02 september 2012

http://edukasi.kompasiana.com/2010/04/07/plagiarisme-kejahatan-akademia/
 diakses padatanggal 02 september 2012

Load disqus comments

0 comments