tag:blogger.com,1999:blog-43396393357465910402024-03-06T08:53:00.680+07:00Sinau FilsafatTempat Belajar BijaksanaSmarttekhno.comhttp://www.blogger.com/profile/15305183533971293605noreply@blogger.comBlogger37125tag:blogger.com,1999:blog-4339639335746591040.post-7411997877783610552018-09-09T11:36:00.002+07:002018-09-09T11:38:15.226+07:00Makalah Filsafat Pendidikan | PLAGIARISME DALAM TEORI PENDIDIKAN EMPIRISME<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<h2 style="text-align: center;">
<span lang="EN-US" style="font-size: 18.6667px; line-height: 115%;"><span style="font-family: "times new roman" , serif;"><b>PLAGIARISME DALAM TEORI PENDIDIKAN EMPIRISME</b></span></span></h2>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEglCXIKGyRv_eXAd7jPE2CHIJRLzHchf8PGDB7k17WkTKgKKm3hsDVIUZVulmyaTRWAlK3n4nvonvckdJxi1UiIoSlPBBKhLhGWzA_FbIWWaHbqoRmA5ASS5Iz6ey0k9RTUJtVMUSFUHmc5/s1600/philosophy.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="200" data-original-width="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEglCXIKGyRv_eXAd7jPE2CHIJRLzHchf8PGDB7k17WkTKgKKm3hsDVIUZVulmyaTRWAlK3n4nvonvckdJxi1UiIoSlPBBKhLhGWzA_FbIWWaHbqoRmA5ASS5Iz6ey0k9RTUJtVMUSFUHmc5/s1600/philosophy.png" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<span lang="EN-US" style="font-size: 18.6667px; line-height: 115%;"><span style="font-family: "times new roman" , serif;"><b><br /></b></span></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 14.0pt; line-height: 115%;">BAB I</span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 14.0pt; line-height: 115%;">PENDAHULUAN<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<h3 style="mso-list: l4 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><span style="mso-list: Ignore;">A.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span></b><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Latar Belakang Masalah<o:p></o:p></span></b></h3>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: 28.35pt;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Dewasa ini, permasalahan mengenai
plagiarisme bukanlah sesuatu yang asing lagi bagi masyarakat Indonesia khususnya
para akademisi. Apalagi ditambah dengan perkembangan media informasi, pemberitaan
mengenai plagiarisme semakin marak saja diperbincangkan di media masa maupun media
elektronik. Sesungguhnya setiap hari masyarakat menyaksikan plagiarisme,
plagiat dan plagiator, baik yang sengaja maupun yang tidak.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: 28.35pt;">
<span lang="EN" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Membahas dunia pendidikan maka tidak terlepas juga dari
plagiarisme. Baik siswa, mahasiswa maupun kalangan pengajar banyak yang
melakukan tindakan plagiarisme, meskipun tidak semua namun sebagian besar
pernah melakukan hal tersebut. Latar belakang mereka melakukan plagiarisme pada
dasarnya memiliki motif yang serupa yaitu memberikan kesempatan untuk
menyelesaikan persyaratan akademis agar cepat selesai dan mudah, apalagi berkaitan
dengan nilai. Namun ironisnya, pelaku plagiarisme sering yang mendapatkan nilai
yang lebih tinggi dari yang seharusnya mereka dapatkan. Beberapa diantaranya
bahkan mendapatkan nilai akademis yang lebih tinggi dibandingkan orang-orang
yang meneliti dan menulis sendiri tugasnya. Sebagian dari pelaku plagiarisme
mengaku tidak menyadari bahwa mereka telah melakukan plagiarisme dan sebagian
lagi dilakukan karena kesengajaan. </span><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: 28.35pt;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pada umumnya tindakan Plagiarisme
atau plagiat dapat terjadi karena kurang memahami tatakrama pengutipan atau
perujukan gagasan atau pendapat orang lain, atau bisa juga karena keterbatasan
pelacakan sumber-sumber informasi dari literatur-literatur ilmiah. Hal-hal
tersebut membuktikan bahwa pendidikan di Indonesia masih perlu dibenahi.
Pendidikan yang seharusnya adalah mengajarkan kejujuran kepada yang pihak
diajari, maka para pendidik haruslah menanamkan hal-hal tersebut didalam
penyampaian materi-materi.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: 28.35pt;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Jika ditinjau lebih mendalam masalah
plagiarisme dalam pendidikan seharusnya bisa diatasi, dengan banyaknya
teori-teori filsafat pendidikan yang ada</span><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">,</span><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">
setidaknya mampu meminimalisir plagiarisme dengan memberikan solusi pemecahan
masalah tersebut. Salah satunya adalah dengan teori Empirisme dari John locke,
teori ini menyatakan bahwa pendidikanlah yang membentuk dan mengembangkan
manusia karena manusia terlahir bagaikan selembar kertas putih yang tidak ada
coretan /tabula rasa. Pendidikan maha kuasa dalam membentuk anak didik. Dengan
teori yang sangat optimis terhadap usaha pendidikan setidaknya dapat mengungkap
permasalahan mendasar apa yang dapat menimbulkan masalah plagiarisme, serta
solusi yang paling esensial yang dapat membantu menyelesaikan permasalahan ini<o:p></o:p></span></div>
<h3>
<ol start="2" style="margin-top: 0in; text-align: left;" type="A">
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-list: l4 level1 lfo1; text-align: justify;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Rumusan
Masalah</span></b></li>
</ol>
</h3>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: .75in; mso-list: l0 level1 lfo2; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]--><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-list: Ignore;">1.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Apa yang dimaksud dengan plagiarisme?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: .75in; mso-list: l0 level1 lfo2; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]--><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-list: Ignore;">2.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Apa saja yang termasuk dalam tindakan
plagiarisme?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: .75in; mso-list: l0 level1 lfo2; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]--><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-list: Ignore;">3.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Bagaimana plagiarisme ditinjau dari teori
pendidikan Empirisme?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: .75in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">BAB II<o:p></o:p></span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">PEMBAHASAN<o:p></o:p></span></b></div>
<h3 style="line-height: 150%; margin-left: 39.3pt; mso-list: l1 level1 lfo3; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-list: Ignore;">A.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span></b><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pengertian Plagiarisme<o:p></o:p></span></b></h3>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 39.3pt; text-align: justify; text-indent: 32.7pt;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Plagiarisme, menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, ialah penjiplakan yang melanggar hak cipta, yaitu hak
seseorang atas hasil penemuannya yang dilindungi oleh undang-undang. Plagiat
adalah pengambilan karangan </span><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">atau argumen</span><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">
orang lain dan menjadikannya seolah-olah karangan </span><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">atau</span><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> pendapat sendiri</span><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">.</span><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">M</span><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">isalnya
menerbitkan karya tulis orang lain atas nama dirinya sendiri. Orang yang
melakukan plagiat disebut plagiator atau penjiplak.</span><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .5in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span lang="EN" style="color: black; font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Plagiarisme dalam bidang akademis,
sebagaimana dikutip dari Bobby Elliot</span><span style="color: black; font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">, plagiarisme dapat </span><span lang="EN" style="color: black; font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">diartikan
sebagai</span><span lang="EN" style="color: black; font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span><span lang="EN" style="color: black; font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">tindakan menggunakan
sebagian atau keseluruhan hasil karya orang lain (baik berupa
tulisan, produk, ataupun ide) tanpa mencantumkan sumber naskah asli,
dengan maksud menjadikannya</span><span lang="EN" style="color: black; font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span><span lang="EN" style="color: black; font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">seolah
hasil karya sendiri</span><span lang="EN" style="color: black; font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span><u><span lang="EN" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">http://knol.google.com/k/plagiarism-definition-causes-consequence</span></u><u><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">)</span></u><span style="color: black; font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 35.45pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span></span><span style="color: black; font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>P</span><span lang="EN" style="color: black; font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">lagiarisme </span><span style="color: black; font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">merupakan</span><span lang="EN" style="color: black; font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">
tindakan pencurian intelektual</span><span lang="EN" style="color: black; font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span><span lang="EN" style="color: black; font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">milik
orang lain, termasuk di dalamnya pencurian terhadap ide dan konsep tak
tertulis, catatan,data komputer, desain, dan bahan tertulis lainnya.Menurut Adimihardja
(2005), plagiarisme adalah pencurian dan penggunaan gagasan atau</span><span lang="EN" style="color: black; font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span><span lang="EN" style="color: black; font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">tulisan
orang lain (tanpa cara-cara yang sah) dan diakui sebagai miliknya sendiri.
Plagiarisme juga didefinisikan sebagai kegiatan dengan sengaja menyalin
pemikiran atau kerja orang laintanpa cara-cara yang sah (Adimihardja, 2002).
Pelaku plagiarisme dikenal juga dengan sebutan plagiat (Rosyidi, 2007)</span><span style="color: black; font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 39.3pt; text-align: justify; text-indent: 32.7pt;">
<br /></div>
<h3 style="line-height: 150%; margin-left: 39.3pt; mso-list: l1 level1 lfo3; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-list: Ignore;">B.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span></b><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Tindakan Yang Termasuk Plagiarisme<o:p></o:p></span></b></h3>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-align: justify; text-indent: 29.45pt;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Dalam buku Sebuah Pengantar
Penulisan Ilmiah karya Felicia Utorodewo dkk. menggolongkan tindakan yang
termasuk plagiarisme adalah sebagai berikut:<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 78.0pt; mso-list: l2 level1 lfo4; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]--><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-list: Ignore;">1.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Mengakui tulisan orang lain sebagai
tulisan sendiri,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 78.0pt; mso-list: l2 level1 lfo4; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]--><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-list: Ignore;">2.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Mengakui gagasan orang lain sebagai
pemikiran sendiri<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 78.0pt; mso-list: l2 level1 lfo4; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]--><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-list: Ignore;">3.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Mengakui temuan orang lain sebagai
kepunyaan sendiri<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 78.0pt; mso-list: l2 level1 lfo4; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]--><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-list: Ignore;">4.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Mengakui karya kelompok sebagai kepunyaan
atau hasil sendiri,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 78.0pt; mso-list: l2 level1 lfo4; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]--><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-list: Ignore;">5.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Menyajikan tulisan yang sama dalam
kesempatan yang berbeda tanpa menyebutkan asal-usulnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 35.45pt; text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Meringkas dan memparafrasekan (mengutip tak langsung)
tanpa menyebutkan sumbernya, dan</span><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 35.45pt; text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Meringkas dan memparafrasekan dengan menyebut
sumbernya, tetapi rangkaian kalimat dan pilihan katanya masih terlalu sama
dengan sumbernya.<o:p></o:p></span></div>
<span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br clear="all" style="page-break-before: always;" />
</span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 35.45pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-tab-count: 2;"> </span></span><span lang="EN" style="color: black; font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Secara
garis besar, tindakan yang termasuk plagiarisme akademis antara lain
(Rosyidi,2007):</span><span style="color: black; font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 35.45pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">a.</span><span lang="EN" style="color: black; font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">menyalin
tulisan orang lain mentah-mentah, tanpa memberikan penjelasan bahwa tulisantersebut
diambil dari tulisan lain dan/atau tanpa menyebutkan sumbernya, </span><span style="color: black; font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 35.45pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify;">
<span lang="EN" style="color: black; font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">b.mengambil
gagasan orang lain tanpa memberikan keterangan yang cukup tentang
sumber gagasan tersebut. Menurut Adimihardja (2005) terdapat banyak
sekali jenis plagiarisme, antara lain sebagai berikut:</span><span style="color: black; font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 71.45pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; mso-list: l3 level1 lfo5; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]--><span lang="EN" style="color: black; font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-list: Ignore;">1.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span lang="EN" style="color: black; font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">.Mengutip
atau mengulang gagasan orang lain dalam suatu percakapan tanpa
merujuk kepada yang mempunyai gagasan, tanpa memberi penghargaan atau
ucapan terima kasih</span><span lang="EN" style="color: black; font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span><span lang="EN" style="mso-ansi-language: EN;"></span><span lang="EN" style="color: black; font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">kepada yang mempunyai gagasan tersebut.
Mencuri gagasan orang lain dalam suatu percakapan kemudian menuliskannya
tanpa izin sah dari yang mempunyai gagasan tersebuttermasuk plagiarisme; dan
ini merupakan kesalahan ilmiah.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 71.45pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; mso-list: l3 level1 lfo5; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="color: black; font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-list: Ignore;">2.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span style="color: black; font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">.</span><span lang="EN" style="color: black; font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Semua
pendapat atau pernyataan orang lain secara tertulis yang dikutip tanpa
memberi penghargaan kepada yang punya pendapat melalui catatan kaki atau
daftar pustaka.</span><span style="color: black; font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 71.45pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; mso-list: l3 level1 lfo5; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]--><span lang="EN" style="color: black; font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-list: Ignore;">3.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span lang="EN" style="color: black; font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Melakukan
kutipan tak langsung dari pendapat atau pernyataan orang lain secara tertulis</span><span lang="EN" style="color: black; font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span><span lang="EN" style="color: black; font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">tanpa
melakukan</span><span style="color: black; font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> parafrase.</span><span lang="EN" style="color: black; font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 71.45pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; mso-list: l3 level1 lfo5; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="color: black; font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-list: Ignore;">4.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span lang="EN" style="color: black; font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Mengutip
tabel dan gambar tanpa menyebutkan sumbernya</span><span style="color: black; font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 71.45pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; mso-list: l3 level1 lfo5; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="color: black; font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-list: Ignore;">5.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span lang="EN" style="color: black; font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Dua
tulisan berjudul dan berisi sama, maka yang keluar belakangan merupakan
hasil plagiat</span><span style="color: black; font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 71.45pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; mso-list: l3 level1 lfo5; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="color: black; font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-list: Ignore;">6.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span lang="EN" style="color: black; font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Menyalin
seluruh hasil karya orang lain, dan salinan itu diakui sebagai tulisan
sendiriwalaupun pemilik karya tulis mengizinkan secara tulus. Hasil karya yang
dimaksudkanmeliputi yang dipublikasi (buku, artikel dalam
jurnal/prosiding/majalah) dan yang tidak dipublikasi (makalah untuk
seminar, laporan penelitian, skripsi, tesis, disertasi, diktat, bukuajar).</span><span style="color: black; font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 71.45pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; mso-list: l3 level1 lfo5; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="color: black; font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-list: Ignore;">7.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span lang="EN" style="color: black; font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Tulisan
mahasiswa yang dipublikasi tanpa menuliskan nama mahasiswa sebagai
penulis pertama</span><span style="color: black; font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 71.45pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; mso-list: l3 level1 lfo5; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="color: black; font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-list: Ignore;">8.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span lang="EN" style="color: black; font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Penulis
yang dengan sengaja mengirimkan tulisan berjudul sama pada dua jurnal
ataulebih.</span><span style="color: black; font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 71.45pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; mso-list: l3 level1 lfo5; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="color: black; font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-list: Ignore;">9.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span lang="EN" style="color: black; font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Menerjemahkan
suatu tulisan orang lain dan menulis dirinya sebagai penulis. </span><span style="color: black; font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 71.45pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; mso-list: l3 level1 lfo5; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]--><span lang="EN" style="color: black; font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-list: Ignore;">10.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span lang="EN" style="color: black; font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Tulisan orang lain yang dimodifikasi baik
organisasi maupun frasenya tanpamencantumkan nama penulis aslinya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 7.1pt; text-align: justify; text-indent: 27.8pt;">
<br /></div>
<h3 style="line-height: 150%; margin-left: 39.3pt; mso-list: l1 level1 lfo3; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-list: Ignore;">C.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span></b><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">P</span></b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">lagiarisme
</span></b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">D</span></b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">itinjau dari </span></b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">T</span></b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">eori </span></b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">P</span></b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">endidikan Empirisme</span></b></h3>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 39.3pt; text-align: justify;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span></span></b><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Tokoh aliran Empirisme adalah John
Lock, filosof Inggris yang hidup pada tahun 1632-1704. Teorinya dikenal dengan
Tabulae rasae (meja lilin), yang menyebutkan bahwa</span><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">anak yang lahir ke dunia seperti
kertas putih yang bersih. Kertas putih akan mempunyai</span><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">corak dan tulisan yang digores oleh
lingkungan. Faktor bawaan dari orangtua (faktor keturunan) tidak
dipentingkan. Pengalaman diperoleh anak melalui hubungan dengan</span><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">lingkungan (sosial, alam, dan
budaya). Pengaruh empiris yang diperoleh dari lingkungan berpengaruh besar
terhadap perkembangan anak. Menurut aliran ini, pendidik sebagai</span><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">faktor luar memegang peranan sangat
penting, sebab pendidik menyediakan lingkungan pendidikan bagi anak, dan
anak akan menerima pendidikan sebagai pengalaman.Pengalaman tersebut akan
membentuk tingkah laku, sikap, serta watak anak sesuai</span><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">dengan tujuan pendidikan yang
diharapkan.</span><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Misalnya: Suatu keluarga yang kaya raya ingin memaksa
anaknya menjadi pelukis.Segala alat diberikan dan pendidik ahli didatangkan.
Akan tetapi gagal, karena bakat</span><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">melukis pada anak itu tidak ada.
Akibatnya dalam diri anak terjadi konflik, pendidikan</span><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">mengalami kesukaran dan hasilnya
tidak optimal.</span><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Contoh lain, ketika dua anak kembar sejak lahir dipisahkan
dan dibesarkan di lingkungan</span><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">yang berbeda. Satu dari mereka
dididik di desa oleh keluarga petani golongan miskin,</span><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">yang satu dididik di lingkungan
keluarga kaya yang hidup di kota dan disekolahkan disekolah modern. Ternyata
pertumbuhannya tidak sama. Kelemahan aliran ini adalahhanya mementingkan
pengalaman. Sedangkan kemampuan dasar yang dibawa anak sejak lahir
dikesampingkan. Padahal, ada anak yang berbakat dan berhasil meskipun</span><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">lingkungan tidak mendukung.</span><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 39.3pt; text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">(1) Aliran
ini bertumpu pada pandangan John Locke (1704-1932), yang mengembangkan teori <i style="mso-bidi-font-style: normal;">“ Tabula</i> <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Rasa</i> “, yaitu anak lahir ke dunia bagaikan kertas putih. Oleh
karena itu perkembangan anak bergantung pada stimulasi eksternal, yaitu
bergantung pada stimulus lingkungan. Stimulus ini berasal dari alam atau
diciptakan oleh orang dewasa. Aliran ini tidak mementingkan pembawaan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 39.3pt; text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">(2)
Keberhasilan anak disebabkan dari faktor yang ada di dalam dirinya berupa
kecerdasan atau kemauan keras. Oleh karena itu, anak mencari lingkungan yang
dapat mengembangkan bakat atau kemampuan yang ada dalam dirinya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 39.3pt; text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">(3)<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Aliran ini memandang anak sebagai makhluk
yang pasif yang diberi stimulus melalui pembelajaran. Perilaku yang baik karena
diberi stimulus secara terus menerus.<o:p></o:p></span></div>
<div style="line-height: 150%; margin-left: 39.3pt; text-align: justify;">
<span style="mso-ansi-language: IN;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span></span><span lang="EN-US">Seseorang yang beraliran empisime mendasarkan pengetahuannya
terhadap pengalaman indrawi. Baginya pengalaman indrawi merupakan landasan
paling dasar bagi pengetahuan manusia, meski untuk dapat dikatakan ilmiah harus
melalui syarat-syarat tertentu. Pengalaman saja tidak cukup dijadikan sebagai
landasan pengetahuan, karena itu juga mengakui peran ingatan, kesaksian, minat
dan rasa ingin tahu, pikiran dan penalaran, logika, bahasa dan kebutuhan hidup
manusia.</span><span style="mso-ansi-language: IN;"><o:p></o:p></span></div>
<div style="line-height: 150%; margin-left: 39.3pt; text-align: justify;">
<span style="mso-ansi-language: IN;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span></span><span lang="EN-US">Memori suatu pengalaman yang disaksikan oleh orang-orang tertentu
kemudian dapat direfleksikan menggunakan penalaran tertentu sehingga
menghasilkan suatu informasi/pengetauan yang valid. Tentu untuk mengungkapkan
hal tersebut diperlukan peran bahasa di samping adanya minat dan rasa ingin
tahu dari sang peneliti. Bagi kegiatan ilmiah ialah kegiatan penelitian dengan
melalui syarat-syarat tertentu.</span><span style="mso-ansi-language: IN;"><o:p></o:p></span></div>
<div style="line-height: 150%; margin-left: 39.3pt; text-align: justify;">
<span style="mso-ansi-language: IN;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Jika
dalam empirisme peran lingkungan sangat berpengaruh dalam membentuk pribadi
seorang anak, maka peran guru juga sangat penting. Guru sebagai pembimbing
harus sepenuh hati mendidik anak didiknya. Terutama mengenai penanaman
pengetahuan mengenai plagiarisme itu sendiri. Plagiarisme bisa terjadi sebab
anak didik tidak mengetahui bahwa apa yang dilakukannya adalah sebuah tindak
plagiat. Dalam kurikulum mata pelajaran Bahasa Indonesia di tingkat Sekolah
Menengah Atas (SMA), sebenarnya terdapat materi mengenai berbagai jenis
kutipan, seperti kutipan langsung-tidak langsung, catatan kaki, maupun catatan
perut. Namun di beberapa sekolah tidak menyampaikan materi tersebut. Jika
mungkin disampaikan hanya sebatas dasar-dasarnya saja.<o:p></o:p></span></div>
<div style="line-height: 150%; margin-left: 39.3pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div align="center" style="line-height: 150%; margin-left: 39.3pt; text-align: center;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="mso-ansi-language: IN;">BAB III<o:p></o:p></span></b></div>
<h3 style="line-height: 150%; margin-left: 39.3pt; text-align: center;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="mso-ansi-language: IN;">KESIMPULAN</span></b></h3>
<div style="line-height: 150%; margin-left: 39.3pt; text-align: justify;">
<span style="mso-ansi-language: IN;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span></span><span lang="EN-US">Plagiarisme</span><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: IN;"> </span><span lang="EN-US">penjiplakan yang melanggar hak cipta, yaitu hak seseorang atas hasil
penemuannya yang dilindungi oleh undang-undang. Plagiat adalah pengambilan
karangan </span><span style="mso-ansi-language: IN;">atau argumen</span><span lang="EN-US"> orang lain dan menjadikannya seolah-olah karangan </span><span style="mso-ansi-language: IN;">atau</span><span lang="EN-US"> pendapat sendiri</span><span style="mso-ansi-language: IN;">.</span> <span style="mso-ansi-language: IN;">M</span><span lang="EN-US">isalnya menerbitkan karya tulis orang lain atas nama dirinya
sendiri. Orang yang melakukan plagiat disebut plagiator atau penjiplak.</span><span style="mso-ansi-language: IN;"><o:p></o:p></span></div>
<div style="line-height: 150%; margin-left: 39.3pt; text-align: justify;">
<span style="mso-ansi-language: IN;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Beberapa
tindakan yang tergolong plagiarisme diantaranya </span><span lang="EN-US">Mengakui
tulisan orang lain sebagai tulisan sendiri,</span><span style="mso-ansi-language: IN;">. </span><span lang="EN-US">Mengakui gagasan orang lain sebagai pemikiran
sendiri</span><span style="mso-ansi-language: IN;">. </span><span lang="EN-US">Mengakui
temuan orang lain sebagai kepunyaan sendiri</span><span style="mso-ansi-language: IN;">. </span><span lang="EN-US">Mengakui karya kelompok sebagai kepunyaan atau
hasil sendiri</span><span style="mso-ansi-language: IN;">. </span><span lang="EN-US">Menyajikan tulisan yang sama dalam kesempatan yang berbeda tanpa
menyebutkan asal-usulnya<o:p></o:p></span></div>
<div style="line-height: 150%; margin-left: 39.3pt; text-align: justify;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="mso-ansi-language: IN;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span></span></b><span style="mso-ansi-language: IN;">E</span><span lang="EN-US">mpirisme dipelopori oleh seorang filsuf
berkebangsaan inggris bernama John Locke. Locke berpendapat bahwa seorang anak
lahir di dunia ini ibarat sebuah kertas kosong atau ibarat meja berlapis lilin
(tabula rasa) yang belum ada tulisan apapun di atasnya</span><span style="mso-ansi-language: IN;">. Mendidik merupakan kegiatan yang membentuk
pribadi sang anak didik. Oleh karena itu guru harus senantiasa mendidik dengan
sepenuh hati. Jika plagiarisme yang dilakukan oleh peserta didik disebabkan
ketidaktahuannya, maka peran guru harus dievaluasi, sebab hal ini juga
menunjukkan ketidakberhasilan guru membentuk pribadi baik sang anak didik.<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><o:p></o:p></b></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: center;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></b></div>
<h3 style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: center;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">DAFTAR PUSTAKA</span></b></h3>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 35.45pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 56.7pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt;">Jaelani, Endang, 2012, Rencana </span><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt;">Program</span><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt;">
</span><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt;">Kegiatan </span><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt;">Perkuliahan </span><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt;">Semester, </span><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt;">Filsafat </span><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt;"><span style="mso-tab-count: 3;"> </span><span style="mso-tab-count: 1;"> </span></span><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt;">Pendidikan,Yogyakarta<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 56.7pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;">
<o:p style="text-indent: -21.25pt;"> </o:p><b style="text-indent: -21.25pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Sumber Internet</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 35.45pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify;">
<u><span lang="EN" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt;"><span style="color: windowtext;">http://ditowisnu.wordpress.com/2010/04/29/plagiarisme-dalam-dunia-pendidikan/</span></span></u><u><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt;"> <o:p></o:p></span></u></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 56.15pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify; text-indent: .55pt;">
<span lang="EN" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt;">diakses</span><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt;"> padatanggal 02 september 2012</span><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 56.15pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify; text-indent: .55pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 56.7pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify; text-indent: -20.7pt;">
<u><span lang="EN" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt;"><span style="color: windowtext;">http://edukasi.kompasiana.com/2010/02/10/kasus-plagiarism-dan-sikap-ilmiah/diakses</span></span></u><span lang="EN" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt;"> pada</span><span lang="EN" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt;"> </span><span lang="EN" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt;">tanggal </span><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt;">02</span><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt;"> </span><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt;">September 2012</span><span lang="EN" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt;"> <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 56.7pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify; text-indent: -20.7pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 56.7pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;">
<u><span lang="EN" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt;"><span style="color: windowtext;">http://erywijaya.wordpress.com/2010/04/16/plagiarisme-dan-solusi,pencegahannya/</span>
</span></u><span lang="EN" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt;">diakses
padatanggal 02<span style="mso-spacerun: yes;"> </span></span><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt;">September 2012</span><span lang="EN" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt;"> <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 56.7pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 35.45pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify;">
<u><span lang="EN" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="color: windowtext;">http://flpngaliyan.wordpress.com/page/2/</span></span></u><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span></span><span lang="EN" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">diakses</span><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> padatanggal 02 september 2012</span><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 35.45pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
<u><span lang="EN" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt;">http://edukasi.kompasiana.com/2010/04/07/plagiarisme-kejahatan-akademia/</span></u><u><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt;"> <o:p></o:p></span></u></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 78.0pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;">
<span lang="EN" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>diakses</span><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt;"> padatanggal 02 september 2012</span><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 78.0pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt;"><br /></span></div>
<div style="text-align: center;">
<a href="http://www.smarttekhno.com/"></a><a href="http://www.smarttekhno.com/">www.smarttekhno.com</a></div>
</div>
Smarttekhno.comhttp://www.blogger.com/profile/15305183533971293605noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4339639335746591040.post-25574383296392131642018-05-16T16:02:00.000+07:002018-05-16T16:02:33.480+07:00Makalah METAFISIKA JEAN PAUL SARTRE | Sinau Filsafat<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span lang="IN" style="font-size: 14pt; line-height: 21.4667px;"> <b>BAB I <o:p></o:p></b></span></div>
<br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 24px; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<b><span lang="IN" style="font-size: 14pt; line-height: 28px;">PENDAHULUAN</span></b><span lang="IN"><br /></span></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjoQluOuQlEb-X30xY6XkQeF1Be2aDqHhl6ae2u6valKSM_U4xFVa5nc8pWQpJCyH0nkQjwZo-F8zcQIA1lx5CIw_pHOxhXfw9oQryKhdJI0Yh3VsT1UxJ-Y41qSapf2qHEyE2w9ZnOIqst/s1600/existensialisme-jean-paul-sartre.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="METAFISIKA-JEAN-PAUL-SARTRE-SINAU-FILSAFAT" border="0" data-original-height="900" data-original-width="1600" height="360" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjoQluOuQlEb-X30xY6XkQeF1Be2aDqHhl6ae2u6valKSM_U4xFVa5nc8pWQpJCyH0nkQjwZo-F8zcQIA1lx5CIw_pHOxhXfw9oQryKhdJI0Yh3VsT1UxJ-Y41qSapf2qHEyE2w9ZnOIqst/s640/existensialisme-jean-paul-sartre.jpg" title="METAFISIKA-JEAN-PAUL-SARTRE-SINAU-FILSAFAT" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="color: orange;">METAFISIKA JEAN PAUL SARTRE - SINAU FILSAFAT</span></td></tr>
</tbody></table>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span lang="IN" style="font-size: 14.0pt; line-height: 115%;"> </span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: center;">
<span lang="IN">
<!--[endif]--><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
<b><span lang="IN">1.1 Latar Belakang
Masalah </span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN"> <span style="color: orange;">Jean Paul Sartre</span> (1905-1980) adalah
seorang filsuf yang terkenal di Perancis. Tulisannya bukan hanya di bidang
filsafat murni, tetapi juga dalam bidang seni dan sosial. Ia juga mempengaruhi
pemikiran para penulis, seniman, ahli-ahli sosial dan para aktivis politik pada
masanya. Sartre lahir di Paris pada 21 Juni 1905 dari sebuah keluarga agamawan.
Ayahnya meninggal ketika ia masih berusia satu tahun, ibunya mengajak Sartre
tinggal bersama sang kakek, Charles Schmeitzer, yang kemudian sangat memberikan
pengaruh yang besar bagi pemikiran Sartre mendatang.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span lang="IN"> Pada
September 1933, Sartre pergi ke Berlin untuk belajar filsafat Edmund Russerl
sang pencetus “fenomenologi”. Setelah mempelajari fenomenologi, ia membuat
sebuah esay yang berjudul “ Transendensi Ego”. Baginya, fenomenologi adalah
sarana mengungkapkan realitas dan pengalaman kongkret. Kemudian ia menerapkan
fenomenologinya dalam psikologi, terutama fantasi dan emosi. Dalam berfilsafat
dan berpikir tentang konsep politik Sartre cenderung “berhaluan kiri”. Ia
selalu berusaha mengkritisi sistem kapitalisme dan memperjuangkan hak-hak kaum
buruh. Ia menulis “ Percobaan Satu Ontologi Fenomenologis” sebagai kritiknya
tasa rasio dialektis ( Bertens, 2006: 91-98). <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN"> Kemudian di tahun 1938 ia
menerbitkan sebuah karya novel terkenal yang berjudul <i>Nausea. </i>Karya besar Sartre yang lain adalah <i>Being and Nothingness </i>yang diterbitkan pada 1943. Waktu itu ia
menulis karya ini di dalam tahanan. Seperti pada judulnya, salah satu yang menjadi
bahasan buku tersebut adalah mengenai ‘Ketiadaan dalam Ada’. Ada dan Ketiadaan
adalah tema aktual yang dibicarakan dalam karya-karya Sartre. Menurutnya, Ada
terbagi menjadi dua macam, yaitu: <i>l’etre-en-soi</i> (berada dalam dirinya) dan <i>l’etre-pour-soi (</i>berada untuk dirinya)<i>.</i> Kedua macam Ada ini diulas dalam <i>Being and Nothingness</i> sebagai suatu
sistem metafisika.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN"> Menurut </span><span lang="IN">Frederick Sontag:</span><span lang="IN"> <i>“Philosophy, insofar as it is the search for
first principles or the basic assumptions implicit in any question, is
metaphysics.”</i> (Sontag, 1970:1)</span><span lang="IN"> Metafisika adalah filsafat pokok yang menelaah ‘prinsip pertama’ (the
first principle)</span><span lang="IN">. Dalam metafisikanya, Sontag juga
berpendapat bahwa masalah yang ada merupakan persoalan yang hendak di jawab
oleh setiap pemikiran metafisika. Kajian atas persoalan yang-ada mengiringi
munculnya persoalan baru, yakni masalah “yang-tiada” (<i>nothingness) </i>(Siswanto, 2004:29). Berdasarkan dua hal diatas,
nampak adanya kemiripan dalam pembahasan metafisika Sartre dan problem
metafisika Sontag yang perlu dikaji lebih lanjut. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<b><span lang="IN">1.2 Rumusan Masalah<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN"> 1.2.1 Bagaimana problem metafisika
Frederick Sontag?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN"> 1.2.2 Bagaimana sistem metafisika
J.P.Sartre?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN"> 1.2.3 Bagaimana analisis koherensi
pemikiran metafisika Sontag dan Sartre?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<b><span lang="IN">1.3 Tujuan<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN"> Berdasarkan latar belakang
permasalahan dan rumusan masalah tersebut iatas, dapat dirumuskan tujuan
penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN"> 1.3.1 Mengetahui problem metafisika menurut Frederick Sontag.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN"> 1.3.2 Mengetahui pemikiran sistem
metafisika J.P.Sartre.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN"> 1.3.3 Menganalisis koherensi
pemikiran metafisika Sontag dan Sartre.<o:p></o:p></span></div>
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin;"><br clear="all" style="mso-special-character: line-break; page-break-before: always;" />
</span>
<br />
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">
<b><span lang="IN" style="font-size: 14.0pt; line-height: 150%;">BAB II<o:p></o:p></span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">
<b><span lang="IN" style="font-size: 14.0pt; line-height: 150%;">PEMBAHASAN<o:p></o:p></span></b></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhFfTKw8m7LHYO48g_C6a6xUD69OTdpRPnHaJSg_ZKhB4DMS1QocLAvjTiKGDHOK8KcII2TzBC2N5w8T5F7MjRq2HsNGNZZbbbbChfs5egcBbhoCIVT-kY9MuufcEVlzx8Vbz6OACOYQQIT/s1600/Makalah-sartre.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="METAFISIKA-JEAN-PAUL-SARTRE-SINAU-FILSAFAT" border="0" data-original-height="720" data-original-width="1280" height="360" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhFfTKw8m7LHYO48g_C6a6xUD69OTdpRPnHaJSg_ZKhB4DMS1QocLAvjTiKGDHOK8KcII2TzBC2N5w8T5F7MjRq2HsNGNZZbbbbChfs5egcBbhoCIVT-kY9MuufcEVlzx8Vbz6OACOYQQIT/s640/Makalah-sartre.jpg" title="METAFISIKA-JEAN-PAUL-SARTRE-SINAU-FILSAFAT" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="color: blue;"><i><b>METAFISIKA JEAN PAUL SARTRE</b></i></span></td></tr>
</tbody></table>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<b><span lang="IN">2.1 Problem Metafisika Frederick Sontag <o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span lang="IN">Metafisika adalah salah satu cabang filsafat yang membahas tentang
“yang-ada sebagai yang-ada”. Metafisia berasal dari istilah Yunani: <i>ta meta ta physika</i>; artinya “sesudah
atau dibelakang realitas fisik”(Siswanto, 2004:2). Aristoteles menyebut
metafisika dengan istilah <i>being qua being</i>.
Sehingga pengertian metafisika adalah cabang filsafat yang mengkaji yang-ada
sebagai yang ada (Aristoteles). Menurut Anton Bakker metafisika adalah cabang
filsafat yang menyelidiki dan menggelar gambaran umum tentang struktur realitas
yang berlaku mutlak dan umum.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span lang="IN">Orang sering mengkaitkan metafisika dengan sang filsuf besar
Aristoteles. Alasannya adalah melalui karya Aristoteles <i>The First Philsophy</i>. Karya Aristoteles ini membahas pengetahuan
tentang tujuan segala disiplin. Kemudian Andronikos dari Rodhos menyebut
sebagai metafisika. Christian Wolff seorang filsuf yang hidup pada abad ke-17
memberikan nama baru untuk cabang filsafat ini. Istilah yang digunakannya
adalah <i>ontology</i>. Menurut Wolf
ontology dapat dibagi menjadi dua yaitu: ontology umum dan ontology khusus.
Ontology umum membahas <i>being just
that-being</i> dengan perspketif yang lebih luas. Serta ontology khusus, yang
terdiri dari psikologi rasional, kosmologi, dan teologi natural.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span lang="IN">Dalam perkembangannya metafisika mendapat kritik yang tajam. Kritik itu
datang dari para filsuf empirisisme yang melandaskan pemikirannya pada yang
nampak. Sesuatu yang tak dapat ditangkap indera menurut kaum empirisisme tak
dapat dimengerti. Dengan kata lain pengalaman menjadi titik pangkal pengetahuan.
Ide-ide yang dibangun kaum rasionalisme tentang metafisika adalah X yang tak
dapat dipahami.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span lang="IN">Dari tokoh diatas Aristoteles dan Wolff melahirkan pembedaan akan
istilah yang digunakan untuk cabang filsafat ini. Pada abad kontemporer orang
tidak lagi mempermasalahkannya. Metafisika diberi konotasi baru sebagai cabang
filsafat yang menggarap atau menyelidiki prinsip-prinsip pertama (Siswanto,
2004:6).<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span lang="IN">Sebagai salah satu cabang filsafat metafisika mempunyai objek material
dan objek formal. Objek materialnya adalah yang-ada. Yang-ada disini harus
pertama-tama ditemukan dalam manusia dan kosmos. Objek formalnya menyelidiki <i>noumenon </i>kenyataan;yaitu semua unsur
structural yang berlaku “dimana-mana” dan untuk “apa saja” yang-ada (Siswanto,
2004:8)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span lang="IN">Dalam perkembangan metafisika sebagai salah satu cabang filsafat.
Metafisik tidak luput dari problem-problem yang harus dihadapi. Terdapat
perbedaan pandangan dari para filsuf dalam hal ini. Maka dari itu makalah ini
memilih salah satu saja dari para filsuf. Filsuf yang dirasa cukup
representantif pandangannya adalah Sontag.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span lang="IN">Sontag dalam pandangnnya memaparkan lima persoalan metafisika. Pertama,
<i>being and nothingness</i>. Secara umum
masalah <i>being </i>disetujui oleh para
metafisikawan. Karena menjadi tujuan metafisika adalah menggelar gambaran
secara umum tentang struktur segala sesuatu atau realitas tertentu. Jika ada
“yang-ada” maka ada juga “yang-tiada” (<i>nothingness</i>).
Sebab, fakta menunjukkan bahwa tidak semua “yang-ada” itu hadir setiap saat
(Siswanto, 2004:16). “yang-tiada” dimaksud disini adalah sesuatu yang mungkin
untuk “ada”. Persoalan “yang-ada” melahirkan pertanyaan lanjutan. Pertanyaan
itu menyangkut jumlah, apakah “yang-ada” itu satu (<i>the one</i>) atau banyak (<i>the
many</i>).<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span lang="IN">Kedua, <i>time and necessity </i>masih
berkaitan dengan “yang-ada”. Bagaimana “yang-ada” hadir dalam masalah <i>time and necessity</i>. Terkait masalah
waktu, persoalan paling mendasar adalah bagaimana memahami tatanan hubungan
antara masa lampau, masa sekaran dan masa yang akan datang; serta bagaimana
kemampuan pikiran mempertimbangkan ketiganya secara simultan (Siswanto,
2004:17). Masalah keniscayaan (<i>necessity</i>)
yakni masalah apakah waktu berlaku bagi semua “yang-ada” atau bagi “yang-ada”
tertentu saja (Siswanto, 2004:17).<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span lang="IN">Ketiga, <i>substance and accidens</i>,
problem ini mempertanyakan watak “yang-ada” yang paling umum. Membedakan antara
subtansi dan aksidensia. Kajian atas masalah ini membawa pada implikasi masalah
baru, yakni masalah esensi (prinsip internal yang menyusun kualitas tertentu)
dan masalah aksidensia (sesuatu yang tidak tetap, eksistensinnya tergantung
pada yang lain dan tanpa itu sesuatu tetap dapat eskis) (Siswanto, 2004:17).<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 348.75pt; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span lang="IN">Keempat, <i>the
first and the last things </i>permasalahan ini ditambahkan oleh Sontag.
Permasalahan <i>the first and the last
things </i>banyak tidak disetujui oleh filsuf lainnya. Hal ini membahas tentang
apakah “yang-ada” itu “yang-pertama” ataukah “yang-terakhir”.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span lang="IN"> Kelima, <i>god and freedom </i>ini merupakan permasalahn terkahir yang disebutkan
oleh Sontag. Persoalan tentang <i>god and
freedom </i>ditempatkan pada bagian terakhir bukan karena paling tidak penting;
justru sebaliknya (Siswanto, 2004:18). Persoalan tentang Tuhan dalam kaitannya
dengan persoalan keniscayaan, membawa implikasi metafisis munculnya masalah
kebebasan (Siswanto, 2004:18).<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<b><span lang="IN">2.2 Sistem
Metafisika Jean Paul Sartre <o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN"> Jean-Paul Sarte membagi status
ontologis yang transenden, ke dalam dua
bentuk yaitu <i>etre-en-soi</i> (<i>being-in-itself</i>,
ada-dalam-dirinya) dan <i>etre-pour-soi</i>
(<i>being-for-itself</i>, ada-bagi-dirinya).<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin-left: 27.0pt; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]--><i><span style="font-family: "Times New Roman",serif; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">a.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span></span></i><!--[endif]--><i><span style="font-family: "Times New Roman",serif;">etre-en-soi</span></i><span style="font-family: "Times New Roman",serif;"> (<i>being-in-itself</i>, ada-dalam-dirinya) <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN"> Maksud dari <i>etre-en-soi</i> (<i>being-in-itself</i>,
ada-dalam-dirinya) adalah sesuatu yang tidak sadar atau tidak memiliki
kesadaran, statusnya sama seperti benda-benda mati seperti batu atau kertas.
Dilihat hanya sebagai suatu benda saja. </span><span lang="IN">Dia gelap bagi diri sendiri, karena padat dan
penuh dengan diri sendiri</span><span lang="IN">. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN"> Apa yang ada adalah identik dengan
dirinya sendiri<i>, It is what it is</i>.
Keadan ini bersifat masif, tertutup rapat, tanpa lobang, tanpa celah, <i>self-contained</i>, dan tidak ada hubungan
dengan apa pun juga. (Siswanto : 1998). En-soi itu ada karena ada secara
kebetulan, dan bukan ciptaan tuhan. Karena, andaikata diciptakan Tuhan maka,
en-soi itu ada didalam pikiran Tuhan atau diluarnya. Bila didalam, maka belum
tercipta, bila diluar maka ia bukan ciptaan karena berdiri sendiri.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin-left: 27.0pt; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]--><i><span style="font-family: "Times New Roman",serif; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">b.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span></span></i><!--[endif]--><i><span style="font-family: "Times New Roman",serif;">etre-pour-soi</span></i><span style="font-family: "Times New Roman",serif;"> (<i>being-for-itself</i>, ada-bagi-dirinya)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN"> Maksud dari <i>etre-en-soi</i> (<i>being-in-itself</i>,
ada-dalam-dirinya) adalah <span style="background: white;">sesuatu sudah mempunyai kesadaran tentang sesuatu
diluar dirinya . Sadar akan adanya Subjek dan Objek, sadar bahwa ada jarak
antara diri dan kesadaran. Dan sadar akan sesuatu, akan adanya jarak, bagi Sartre
adalah meniadakan (neantiser) sesuatu. Sadar akan diri sendiri adalah
meniadakan diri sendiri. Ketika menjadi pour-soi, pengada itu menjadi retak,
karena ia mempunyai kesadaran. Memang kesadaran menghubungkan subjek<span class="apple-converted-space">. </span></span><i>etre-en-soi</i> <span class="apple-converted-space"><span style="background: white;">bukanlah
benda dan berbeda secara radikal dengan <i>etre-en-soi</i>.
<i>Etre-pour-soi</i> memiliki ciri khas
negativitas. Menurut <i>etre-pour-soi</i>,
kesadaran berarti suatu jarak, distansi, non-identitas. <i>Etre-pour-soi</i> adalah Ada yang berkesadaran. Bagi Sartre, manusia
adalah makhluk yang membawa ‘ketiadaan’. Aktivitas <i>etre-pour-soi</i> adalah ‘menidak’ apa yang ada. Sartre menyimpulkan
bahwa ‘ketiadaan’ muncul dengan ‘menidak’ dunia. (Bertens : 1996). Sebagai c</span></span>ontoh
misalnya terdapat seorang manusia yang sedang berbuat suatu hal, dia sadar
bahwa dia sedang melakukan suatu proses peralihan. Peniadaan itu terjadi terus
menerus, tidak pernah berhenti sebab manusia tidak pernah berhenti berbuat
sesuatu. Jadi, proses itu tidak pernah selesai, selalu meniadakan dirinya sendiri
dan berusaha untuk menjadi diri yang lain.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN"> Jika dibandingkan kedua cara berada
tersebut, <i>etre-en-soi</i> sama sekali
tidak mempunyai relasi dengan <i>etre-pour-soi</i>.
Sedangkan, <i>etre-pour-soi</i> mempunyai
relasi dengan <i>etre-en-soi</i>, yaitu
menidak <i>etre-en-soi</i>. <i>Etre-pour-soi</i> mempunyai keinginan untuk
berada sebagai <i>etre-en-soi</i>, yakni
mempunyai identitas dan kepenuhan Ada.<span class="apple-converted-space"><span style="background: white;">(Bertens : 1996)<o:p></o:p></span></span></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="mso-list: l0 level1 lfo2; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Symbol; mso-bidi-font-family: Symbol; mso-fareast-font-family: Symbol;">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif;">Pemikiran
dalam <i>Ada dan Ketiadaan<o:p></o:p></i></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN"> Program yang akan dilaksanakan dalam
buku ini ditunjukkan oleh anak judulnya : suatu ontologi dasar fenomenologis.
Dengan metode fenomenologi Husserl, Sartre ingin merancangkan suatu ajaran
tentang Ada. Itu berarti, bagi Sartre problem pokok adalah hubungan antara
kesadaran dan Ada.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="mso-list: l0 level1 lfo2; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Symbol; mso-bidi-font-family: Symbol; mso-fareast-font-family: Symbol;">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><i><span style="font-family: "Times New Roman",serif;">Dua cara berada: etre-en-soi dan etre-pour-soi<o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN"> Titik tolak tidak bisa lain daripada
Cogito: kesadaran yang saya miliki tentang diri saya sendiri. Dalam hal ini, Descrates
benar. Tetapi filsuf abad ke-17 ini langsung menafsirkan <i>cogito</i> sebagai suatu <i>cogito</i>
tertutup, sebagai <i>cogito</i> yang
terpisah dari dunia dan terkurung dalam dirinya. Dari H`usserl dapat kita
pelajari bahwa intensionalitas merupakan ciri khas kesadaran. Menurut kodratnya
kesadaran terarah kepada yang lain dari dirinya. Menurut kodratnya kesadaran
adalah transendensi (bertentangan dengan imanensi yang menandai <i>cogito</i> Descartes).<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN"> Menurut Sartre, para fenomenolog dan
khususnya Husserl tidak memberikan penjelasan yang memuaskan tentang Ada-nya
fenomen-fenomen. Soalnya adalah apakah Ada-nya fenomen-fenomen merupakan suatu
fenomen juga atau tidak? Menurut Husserl Ada-nya suatu objek tidak berbeda
secara prinsipal dengan tampaknya obyek itu; Husserl berhenti pada esensi atau
eidos, tetapi dengan itu tidak pernah merupakan syarat bagi tampaknya sesuatu.
Ada itu selalu bersifat transfenomenal.
Apakah yang dapat dikatakan tentang Ada-nya kesadaran? Sudah kita
ketahui, kesadaran itu bersifat intensional: menurut kodratnya terarah kepada
dunia. Hal itu dirumuskan oleh Sartre sebagai berikut: kesadaran (akan) dirinya
berada sebagai kesadaran akan sesuatu. Kesadaran adalah kesadaran-diri. Tetapi
kesadaran (akan) dirinya tidak sama dengan pengalaman tentang dirinya:
mengambil dirinya sebagai obyek pengenalan. Cogito bukanlah pengenalan-diri,
melainkan kehadiran pada dirinya sebagai nontematis. Karena alasan itu kata
“akan” oleh Sartre ditulis antara kurung, jadi harus dibedakan kesadaran
tematis dan kesadaran nontematis; kesadaran akan sesuatu dan kesadaran (akan)
dirinya. Itu berarti bahwa prarefleksif. Kesadaran (akan) dirinya
“membonceng” pada kesadaran akan dunia.
Itu berarti bahwa cogito tidak menunjuk kepada sesuatu relasi pengenalan,
melainkan kepada suatu relasi Ada. Kesadaran adalah kehadiran (pada) dirinya.
Kehadiran (pada) dirinya merupakan syarat yang perlu dan cukup untuk kesadaran.
Kita tidak membutuhkan suatu Subyek Transendental atau Aku Absolut seperti
diterima oleh idealisme.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN"> Seperti kita lihat, kesadaran akan
sesuatu yang lain. Sartre menyimpulkan: terdapat Ada yang transenden (dalam
arti: tidak bisa disamakan dengan kesadaran). Disuatu pihak terdapat kesadaran,
dilain pihak terdapat Ada-nya fenomen-fenomen atau Ada begitu saja. (<i>being-in-itself</i>; ada pada dirinya
sendiri). Tentang <i>etre-en-soi</i> itu
harus dikatakan: <i>“it is what it is”. Etre-en-soi</i>
tidak mempunyai masa silam, masa depan; tidak mempunyai kemungkinan ataupun
tujuan. <i>Etre-en-soi</i> itu sama sekali
kontingen. Artinya: ada begitu saja tanpa fondamen, tanpa diciptakan, tanpa dapat
diturunkan dari sesuatu yang lain.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN"> Suatu hal lain yang ditekankan Sartre
(dan ini pun diterima oleh semua fenomenolog) ialah bahwa kesadaran
sekali-sekali tidak boleh disamakan dengan benda.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN"> Sartre menggunakan istilah <i>etre-pour-soi</i> (being-for-sel; ada bagi
dirinya) untuk menunjukkan kesadaran. <i>Etre-pour-soi</i>
bukanlah benda, bisa dikatakan; berarti juga bahwa <i>etre-pour-soi</i> berbeda radikal dengan <i>etre-en-soi</i>; <i>etre-pour-soi</i>
mempunya status yang sama sekali berlainan dengan <i>etre-en-soi</i>. Jadi terdapat dua cara berbeda, dua modes of being
yang sama sekali berbeda: <i>etre-en-soi</i>
dan <i>etre-pour-soi</i>.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN"> Lebih lanjut kekhususan <i>etre-pour-soi</i>, kesadaran (akan) dirinya
berada sebagai kesadaran akan sesuatu. Dengan perkataan lain, kesadaran adalah
intensional. Perumusan ini dapat dibalik juga: kesadaran akan sesuatu berada
sebagai kesadaran (akan) dirinya. Kehadiran (pada) dirinya sendiri adalah
konstitutif bagi kesadaran. Suatu maksud, rasa senang, rasa sedih, atau lain
sebagainya hanya bisa berada sebagai sadar (akan) dirinya; persis seperti
sesuatu benda tidak mungkin berada kecuali dengan memiliki tiga dimensi, kata Sartre.
Kalau saya sadar akan sesuatu, berarti juga bahwa saya bukan “sesuatu”, bahwa
saya tidak sama dengan “sesuatu” itu. Saya melihat lukisan di dinding sana tau
gelas berisi teh dimeja sini: itu berarti, saya sadar bahwa saya bukanlah
lukisan atau gelas. Untuk dapat melihat sesuatu, syarat mutlak ialah adanya
jarak. Bila sesuatu dekat sekali dengan mata, apalagi bila sesuatu identik
dengan mata (seperti misalnya retina atau selaput jala), maka saya tidak akan
melihat apa-apa. Contoh lain lagi: saya sementara mengetik; itu tidak berarti
saya sadar akan diri saya sebagai orang mengetik, tetapi serentak juga saya
sadar bahwa saya tidak identik dengan orang yang mengetik. Saya juga bisa
berhenti mengetik dan berjalan jalan atau membaca koran umpamanya. Dari semua
ini harus disimpulkan bahwa negatifvitas merupakan ciri khas <i>etre-pour-soi</i>. Manusia sanggup untuk
mengadakan relasi dengan yang tidak ada. Tentang entre-pour-soi hatus dikatakan <i>“it is not what it is”</i>. Kesadaran berarti distansi, jarak,
non-identitas. Bagi Sartre itu berarti lagi, kesadaran sama dengan kebebasan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN"> Dengan demikian, Sartre dapat
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang banyak memusingkan para filsuf: darimana
asalnya ketiadaan? Jawabannya ialah bahwa ketiadaan muncul dengan manusia,
dengan <i>etre-pour-soi</i>. Manusia adalah
mahkluk yang membawa “ketiadaan”. Aktivitas khusus <i>etre-pour-soi</i> adalah “menindak”.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN"> Jika kita membandingkan dua cara
berada <i>etre-en-soi</i> dan etrepout-soi
itu, maka <i>etre-en-soi</i> sama sekali
tidak mempunyai relasi dengan <i>etre-pour-soi</i>,
sedangkan <i>etre-pour-soi</i> mempunyai
relasi dengan <i>etre-en-soi</i>, yaitu
tidak lain daripada “menindak” <i>etre-en-soi</i>.
Salah satu keinginan <i>etre-pour-soi</i>
adalah berada sebagai <i>etre-en-soi</i>:
mempunyai identitas dan kepenuhan ada (seperti:<i>etre-en-soi</i>) dan toh mempertahankan sifatnya sebagai <i>etre-pour-soi</i>. Manusia senantiasa
berusaha menjadi Allah, sintesa dari <i>etre-en-soi</i>
dan <i>etre-pour-soi</i>. Karena itu pada
akhir bukunya Sartre mengatakan bahwa manusia merupakan <i>une passion inutile</i>: suatu gairah yang sia-sia saja.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<b><span lang="IN">2.3 Analisis Koherensi Problem
Metafisika Sontag dengan Sistem Metafisika Sartre<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span lang="IN">Persoalan pertama yang diajukan Sontag adalah keterkaitan antara
metafisika Sontag dan Sartre yang akan diungkap disini yaitu mencoba menjawab
persoalan metafisika yang diajukan oleh Sontag mrnggunakan pemikiran Sartre. Persoalan
yang diajukan Sontag adalah mengenai <i>being
and nothingness</i>. Pertanyaan tersebut
kemudian menyangkut jumlah, apakah “yang-ada” itu satu (<i>the one</i>) atau banyak (<i>the
many</i>). Sartre menjawab persoalan ini dengan karyanya yang berjudul <i>Being and Nothingness.</i> Dalam buku
tersebut dijelaskan bahwa manusia berhubungan dengan dunia melalui hubungan
pertanyaan. Dalam kehidupannya, manusia mengajukan pertanyaan-pertanyaan
terhadap realitas dan kemudian akan mendapatkan jawaban “Ya” atau “Tidak”.
Sartre menjelaskan argumen tersebut dengan sebuah cerita ketika ia mencari
temannya, Piere, di sebuah cafe yang penuh sesak oleh pengunjung. Satu demi
satu ia melihat orang-orang dan memberikan kesimpulan apakan itu Piere yang ia
cari atau bukan. Ternyata, setelah mengamati sekian banyak orang, Piere tidak
ada disana. Realitas telah menyatakan suatu ketidakhadiran atau ketidakberadaan
yang bukan sekedar fakta gramatikal atau subjektif belaka, tetapi nyata. Ada
maupun ketiadaan dari realitas, keduanya menjadi alasan bagi tindakan manusia.
Misalnya, setelah ia menyadari bahwa Piere tidak ada di cafe itu, maka ia
tergerak untuk melanjutkan mencari Piere di tempat lain. Pertanyaan Sontag
tersebut menyangkut jumlah, apakah “yang-ada” itu satu (<i>the one</i>) atau banyak (<i>the
many</i>). Berdasarkan (Siswanto, 1998: 140) ontologi Sartre didasarkan pada
dualisme. Secara fenomenologis, yang ada (<i>being</i>) dapat dibedakan menjadi dua macam “Ada dalam
diri” (<i>Being in itself – L’etre-en-soi</i>)
dan “Ada untuk diri” (<i>Being for itself –
L’etre-pour-soi). </i>Maka dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa yang
ada menurut Sartre itu jamak (<i>the many).<o:p></o:p></i></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span lang="IN">Persoalan kedua mengenai <i>time and
necessity </i>yang masih berkaitan dengan “yang-ada”. Menurut Sartre,
berada-bagi-dirinya-sendiri dipisahkan dari masa lalu oleh suatu ketiadaan.
Masa lalu memang memiliki faktisitas, yaitu fakta-fakta tertentu yang tidak
dapat diubah (takdir). Tidak ada suatu hal pun di masa lalu yang menyebabkan
perbuatan kita di masa sekarang. Menurut Sartre, kebanyakan orang mendapat
pengaruh dari pengalaman masa lalunya dalam melakukan sebuah tindakan. Misalnya
kita memiliki sebuah pengalaman buruk dan tidak ingin peristiwa lalu itu
terjadi kembali, maka kita dianggap telah ‘putus’ dari masa lalu. Putusnya diri
kita sekarang dengan masa lalu memunculkan sebuah “ketiadaan”. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span lang="IN">Persoalan ketiga, <i>substance and
accidens</i>, problem ini mempertanyakan watak “yang-ada” yang paling umum.
Membedakan antara subtansi dan aksidensia. <i>L’etre-en-soi
</i>merupakan substansi, alasannya karena ada-dalam-diri merujuk pada cara
bereksistensi secara tertutup. Ia tidak berhubungan dengan hal luar-diluar
dirinya sendiri, berarti juga ia terlepas dari aksidensi-aksidensi. Menurut
Siswanto (1998: 140), <i>L’etre-en-soi </i>disebut
“ada yang tidak berkesadaran”, merupakan adanya benda-benda yang berada begitu
saja (<i>it is what it is). </i>Ia timbul
secara kebetulan tanpa memerlukan keterangan-keterangan lain. Dapat pula
dikatakan bahwa <i>L’etre-en-soi </i>tidak
dipengaruhi atau bersentuhan dengan aksidensi.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span lang="IN">Raymond dalam Siswanto (1998: 140) menyebutkan bahwa <i>L’etre-pour-soi </i>atau “ada untuk diri”
menunjuk cara beradanya manusia yaitu pada kesadaran manusia yang sifatnya
melebar dengan dunia kesadaran dan sifat kesadaran yang berada diluar diri
sesuatu atau seseorang. Selanjutnya kesadaran memunculkan subjek dan objek.
Subjek kemudian menjadi “pengada yang sadar” dan objek sebagai dirinya sendiri
yang disadari. Hal ini menunjukkan bahwa <i>L’etre-pour-soi
</i>melakukan aktivitas menjadikan diri sebagai subjek dan objek yang berperan
sebagai aksidensia.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span lang="IN">Keempat, <i>the first and the last things. </i>Setiap keinginan untuk menjadi yang ada dalam diri setiap orang adalah
suatu usaha untuk memecahkan masalah tentang yang Absolut, dan setiap usaha
perorangan adalah unik dan menyatakan suatu pilihan asli dari
berada-di-dalam-dunia. Sartre menyebutnya sebagai ‘Proyek Asli’ atau proyek
‘mendasar’ atau ‘awal’. Sehingga hal ini bermula dari berada-pada-diri <i>(le etre en soi), </i>sebagai<i> the first. </i>Meskipun terdapat
anggapan bahwa berada-dalam-diri hanya terdapat pada benda dan hewan namun
sekiranya juga terdapat pada manusia, bukankah manusia juga memiliki sifat
kodrat jasmani yang tersusun dari unsur <i>animal </i>dan <i>vegetatif. </i>Setelah
berada-dalam-diri kemudian manusia menuju pada <i>(le etre pour soi)<b> </b></i>atau
berada untuk diri sebagai <i>the last things. Etre pour soi </i>yang terakhir
ini hanya ada pada manusia yang kemudian sadar akan eksistensinya.<b><o:p></o:p></b></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span lang="IN">Persoalan terakhir mengenai <i>god
and freedom, </i> merupakan permasalahn
terkahir yang disebutkan oleh Sontag. Menurut Sartre, manusia dapat
didefinisikan sebagai kebebasan. Kebebasan tersebut tampak dalam kecemasan.
Kecemasan adalah kesadaran bahwa masa depan saya sepenuhnya ditentukan oleh
diri saya sendiri. Menurut K.Bertens (2001:100) Sartre mengungkapkan bahwa
manusia berada dalam dilema antara sama sekali bebas atau sama sekali tidak
bebas. Tidak ada kemungkinan ketiga. Kebebasan manusia betul-betul absolut, tak
ada batasnya selain batas yang ditentukan oleh kebebasannya itu sendiri. Konsep
tersebutlah yang menjadi alasan ateisme Sartre. Seandainya Allah ada tidak
mungkin dirinya bebas. Allah itu mahatahu yang sudah mengetahui segala-galanya
sebelum manusia melakukan suatu hal dan Allah pulalah yang akan menentukan
hukum moral. Jika demikian, tiada peluang lagi bagi kreatifitas kebebasan.
Allah sebagai Ada Absolut tidak boleh tidak akan memusnahkan kebebasan manusia.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 14.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 12.0pt; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin;"><br clear="all" style="mso-special-character: line-break; page-break-before: always;" />
</span></b>
<br />
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b><span lang="IN" style="font-size: 14.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 12.0pt;">BAB III<o:p></o:p></span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b><span lang="IN" style="font-size: 14.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 12.0pt;">KESIMPULAN<o:p></o:p></span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b><span lang="IN" style="font-size: 14.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 12.0pt;"> <table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhNUYLf13iBxiy2uhqaHVxh-E-aWmVBsEKZ5oK0UuODVf3-PmdNR9nFe_t7zrYX2Mhxpxn-K0r-zC2Xp8XjXaLqOZ84juP7CbSqWBNk1ZJSjVljoTCe9HFcN4sTWOI4tPRhGJNlOHkEesa5/s1600/jean-paul-sartre.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="METAFISIKA-JEAN-PAUL-SARTRE-SINAU-FILSAFAT" border="0" data-original-height="906" data-original-width="1265" height="458" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhNUYLf13iBxiy2uhqaHVxh-E-aWmVBsEKZ5oK0UuODVf3-PmdNR9nFe_t7zrYX2Mhxpxn-K0r-zC2Xp8XjXaLqOZ84juP7CbSqWBNk1ZJSjVljoTCe9HFcN4sTWOI4tPRhGJNlOHkEesa5/s640/jean-paul-sartre.jpg" title="METAFISIKA-JEAN-PAUL-SARTRE-SINAU-FILSAFAT" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">METAFISIKA-JEAN-PAUL-SARTRE-SINAU-FILSAFAT</td></tr>
</tbody></table>
</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span lang="IN">Sontag dalam pandangnnya memaparkan lima persoalan metafisika. Pertama,
<i>being and nothingness</i>. </span>Kedua, <i>time
and necessity</i> yang masih berkaitan dengan “yang-ada”. Bagaimana “yang-ada”
hadir dalam masalah <i>time and necessity.</i>
Ketiga, <i>substance and accidents </i>yang
mempertanyakan watak “yang-ada” yang paling umum. Membedakan antara substansi
dan aksidensia. Keempat, <i>the first and
the last things</i>. Hal ini membahas tentang apakah “yang-ada” itu “yang-pertama”
ataukah “yang-terakhir”. Kelima, <i>god and
freedom</i>. Persoalan tentang Tuhan dalam kaitannya dengan persoalan
keniscayaan, membawa implikasi metafisis munculnya masalah kebebasan.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
Sedangkan <span lang="IN">Jean-Paul Sarte
membagi status ontologis yang transenden,
ke dalam dua bentuk yaitu <i>etre-en-soi</i> (<i>being-in-itself</i>, ada-dalam-dirinya) dan <i>etre-pour-soi</i> (<i>being-for-itself</i>,
ada-bagi-dirinya).</span><span lang="IN"> </span><i>Etre-en-soi</i> adalah sesuatu yang tidak sadar atau tidak
memiliki kesadaran statusnya sama seperti benda-benda mati. <i>Etre-pour-soi</i> adalah sesuatu yang sudah
mempunyai kesadaran tentang sesuatu diluar dirinya. <i>E</i><i><span lang="IN">tre-en-soi</span></i><span lang="IN"> sama sekali tidak mempunyai relasi dengan <i>etre-pour-soi</i>. Sedangkan, <i>etre-pour-soi</i>
mempunyai relasi dengan <i>etre-en-soi</i>,
yaitu menidak <i>etre-en-soi</i>. <i>Etre-pour-soi</i> mempunyai keinginan untuk
berada sebagai <i>etre-en-soi</i>, yakni
mempunyai identitas dan kepenuhan Ada</span>.<span class="apple-converted-space"><u><o:p></o:p></u></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span lang="IN">Persoalan yang diajukan Sontag adalah mengenai <i>being and nothingness</i>. Sartre menjawab persoalan ini dengan
karyanya yang berjudul <i>Being and
Nothingness</i></span><i><span lang="IN"> </span></i>yang menjelaskan bahwa manusia berhubungan dengan dunia melalui hubungan
pertanyaan<i><span lang="IN">.</span></i><span lang="IN"> Secara fenomenologis, yang ada (<i>being</i>) dapat dibedakan menjadi dua macam “Ada dalam
diri” (<i>Being in itself – L’etre-en-soi</i>)
dan “Ada untuk diri” (<i>Being for itself –
L’etre-pour-soi). </i>Maka dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa yang
ada menurut Sartre itu jamak (<i>the many).</i></span><span lang="IN"> </span><span lang="IN">Persoalan kedua
mengenai <i>time and necessity </i>yang
masih berkaitan dengan “yang-ada”. Menurut Sartre, berada-bagi-dirinya-sendiri
dipisahkan dari masa lalu oleh suatu ketiadaan. Tidak ada suatu hal pun di masa
lalu yang menyebabkan perbuatan kita di masa sekarang. Menurut Sartre,
kebanyakan orang mendapat pengaruh dari pengalaman masa lalunya dalam melakukan
sebuah tindakan. Persoalan ketiga, <i>substance
and accidens</i>, problem ini mempertanyakan watak “yang-ada” yang paling umum.
Membedakan antara subtansi dan aksidensia. <i>L’etre-en-soi
</i>merupakan substansi, alasannya karena ada-dalam-diri merujuk pada cara
bereksistensi secara tertutup. Ia tidak berhubungan dengan hal luar-diluar
dirinya sendiri, berarti juga ia terlepas dari aksidensi-aksidensi.</span><span lang="IN"> </span><span lang="IN">Keempat, <i>the
first and the last things. </i>Setiap
keinginan untuk menjadi yang ada dalam diri setiap orang adalah suatu usaha
untuk memecahkan masalah tentang yang Absolut, dan setiap usaha perorangan
adalah unik dan menyatakan suatu pilihan asli dari berada-di-dalam-dunia.
Sartre menyebutnya sebagai ‘Proyek Asli’ atau proyek ‘mendasar’ atau ‘awal’.
Sehingga hal ini bermula dari berada-pada-diri <i>(le etre en soi), </i>sebagai<i>
the first. </i>Meskipun terdapat anggapan bahwa berada-dalam-diri hanya
terdapat pada benda dan hewan namun sekiranya juga terdapat pada manusia,
bukankah manusia juga memiliki sifat kodrat jasmani yang tersusun dari unsur <i>animal
</i>dan <i>vegetatif.</i></span><span lang="IN"> </span><span lang="IN">Persoalan terakhir mengenai <i>god and freedom</i>. Menurut Sartre, manusia dapat didefinisikan
sebagai kebebasan. Kebebasan tersebut tampak dalam kecemasan. Kecemasan adalah
kesadaran bahwa masa depan saya sepenuhnya ditentukan oleh diri saya sendiri.
Manusia berada dalam dilema antara sama sekali bebas atau sama sekali tidak
bebas. Tidak ada kemungkinan ketiga. Kebebasan manusia betul-betul absolut, tak
ada batasnya selain batas yang ditentukan oleh kebebasannya itu sendiri.</span><o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin;"><br clear="all" style="mso-special-character: line-break; page-break-before: always;" />
</span></b>
<br />
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<b><span lang="IN">Daftar Pustaka<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span lang="IN">Bertens,
K. 1996. <b><i>Filsafat Barat Abad XX, Jilid II Prancis</i></b>. PT. Gramedia: Jakarta.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span lang="IN">_________. 2006. <b><i>Filsafat Barat Kontemporer
Prancis. </i></b>PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
<span lang="IN"> <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IN">Palmer, Donald.
2003. <b><i>Sartre Untuk Pemula</i></b> diterjemahkan oleh B. Dwianta Edi Prakosa
dan Stepanus Wakidi. Kanisius:
Yogyakarta.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IN">Siswanto, Joko.
1998. <b><i>Sistem-Sistem Metafisika Barat: Dari Aristoteles sampai Derrida. </i></b>Pustaka
Pelajar: Yogyakarta.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span lang="IN">____________.
2004. <b><i>Metafisika Sistematik</i></b><i>. </i>Taman
Pustaka Kristen: Yogyakarta.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span lang="IN">Sontag,
Frederick. 1970. <b><i>Problems of Metaphysics</i></b><i>. </i>Chandler Publishing Company: USA.<o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
Smarttekhno.comhttp://www.blogger.com/profile/15305183533971293605noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4339639335746591040.post-56663165209303597242017-10-27T10:11:00.001+07:002018-02-08T22:48:08.627+07:00<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
MANUSIA DAN HASRAT INGIN TAHU. </div>
<div style="text-align: justify;">
Manusia memiliki pengetahuan, binatang dan tumbuhanpun juga memilii pengetahuan.</div>
<div style="text-align: justify;">
bagaimana dengan malaikat?jelas. malaikatpun juga mempunyait pengetahuan. lalu apa bedanya manusia dengan mahluk tyhan yang lain?</div>
<div style="text-align: justify;">
Bedanya, jika pada mahluk selain manusia pengetahuannya bersifat statis, dari masa kemasa seperti itu aja. sejak zaman purba hingga sekarang burung dan lebah jika membuat sarang atau rumah tidak mengalami perubahan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sarang lebah dari zaman dahulu hingga sekarang ya seperti yang kita lihat saat ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tetapi pengetahuan yang dimiliki manusia bersifat dinamis, terus berkembang dari zaman ke zaman, karena manusia mempunyai kemampuan mencerna pengalaman, merenung, merefleksikan, dan meneliti dalam upaya memahami lingkungan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kemampuan-kemampuan yang dimiliki manusia disebabkan manusia dibekali akal dan ratio oleh tuhan dalam rangka berfikir.Dengan akalnya manusia memiliki rasa ingin tau.</div>
<div style="text-align: justify;">
Manusia mempertanyakan hal-hal yang dipikirkannya dan mencari segala bentuk jawaban dari apa yang dipikirkannya.Proses mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang muncul inilah yang disebut dengan proses berfikir.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Menurut Francis Bacon akal manusia mempunyai tiga macam daya:</div>
<div style="text-align: justify;">
1.Ingatan menciptakan sejarah</div>
<div style="text-align: justify;">
2.Imajinasi menciptakan puisi</div>
<div style="text-align: justify;">
3.Fikiran menciptakan filsafat, filsafat sendiri dibagi menjadi 3 yaitu filsafat tentang tuhan atau teologi, filsafat tentang alam atau kosmologi, dan filsafat tentang manusia/antropologi.</div>
</div>
Smarttekhno.comhttp://www.blogger.com/profile/15305183533971293605noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4339639335746591040.post-70672723089629480252017-10-11T22:55:00.000+07:002017-10-11T22:55:15.523+07:00Filsafat Nietzche | Kehendak untuk Berkuasa | Sinau Filsafat<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<h3 style="margin-right: -.45pt; text-align: justify;">
<span style="font-weight: normal;"><span style="font-size: small;">Kali ini Sinau Filsafat akan membahas Filsafat Nietzche | Kehendak untuk Berkuasa, setidaknya, dua
aspek dari “kehendak untuk berkuasa” yang paling terkenal, yaitu sebagai
kekuatan alamiah dan sebagai pengetahuan. </span></span></h3>
<div class="MsoNormal" style="margin-right: -.45pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><span style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><a href="http://sinaufilsafat.blogspot.com/" target="_blank"><img alt="Filsafat Nietzche | Kehendak untuk Berkuasa | Sinau Filsafat" border="0" height="203" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh3K1RZ2NsHORRYJHA0MElrZy0remzFmnFXeYJYPDKg5s49Mo7l84QqdFdiJD4zvD53WLBQusKWUliDrYSb6OP6J0nNdqLUXq7aeYGg8jXENeFF4fy7JU8a783PeSGbPaRGkGovixpEPpf_/s320/friedrich-nietzsche-Nihilisme.jpg" title="Filsafat Nietzche | Kehendak untuk Berkuasa | Sinau Filsafat" width="320" /></a></span></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><a href="http://sinaufilsafat.blogspot.com/" target="_blank">Filsafat Nietzche | Kehendak untuk Berkuasa | Sinau Filsafat</a></td></tr>
</tbody></table>
<div class="MsoNormal" style="margin-right: -.45pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-right: -.45pt; text-align: justify;">
Mari kita mulai dari yang <b>pertama. </b>Dalam
bab <i>Principles of a New Evaluation</i>,
Nietzsche menggambarkan <i>kehendak untuk berkuasa</i> sebagai: “the primitive form of
affect, that all other affects are only developments of it […] there is a
striving for power, for an increase of power.”<span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[1]</span></span><!--[endif]--></span>
<i>Kehendak untuk berkuasa</i> adalah daya dorong azali. Banyak hal yag dihasilkan
oleh kehendak untuk berkuasa ini, tetapi semua itu hanyalah residu atau ekses
sampingan, kehendak untuk berkuasa sendiri hanya bergolak untuk kekuasaan,
untuk pencapaian lebih dari kekuasaan itu sendiri. Bahkan bagi Nietzsche, hidup
itu sendiri juga hanyalah suatu kasus khusus dari kehendak untuk berkuasa<span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[2]</span></span><!--[endif]--></span>.
Ia menyebut kehendak untuk berkuasa ini sebagai “the innermost essence of
being”<span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[3]</span></span><!--[endif]--></span>;
“The world is will to power—and nothing besides! And you yourselvees are also
this will to power—and nothing besides!”<span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[4]</span></span><!--[endif]--></span>
Untuk lebih memahami kehendak untuk berkuasa, kita akan masuk ke dalam aspek
yang kedua: sebagai pengetahuan.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-right: -.45pt; text-align: justify;">
Pengetahuan pada dasarnya merupakan
manifestasi <i>kehendak untuk berkuasa</i>. <span style="color: #cc0000;">“Pengetahuan bekerja sebagai alat dari
kekuasaan”</span>, tulis Nietzsche. Esensi
keputusan (<i>the believe that something is
thus and thus</i>), skematisasi dan seluruh klaim kebenaran sebenarnya adalah
manifestasi dari kehendak untuk berkuasa. Kita ingin menguasai alam ini, oleh
karena itu kita ciptakan ilmu ukur, konsep baik-buruk dan sebagainya. “Kehendak
untuk kebenaran”, bagi Nietzsche, merupakan salah satu bentuk dari kehendask
untuk berkuasa. Maka ia berkata bahwa kriteria kebenaran adalah seberapa besar
ia meningkatkan perasaan kekuasaan<span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[5]</span></span><!--[endif]--></span>.
Hanya saja kata “kuasa” di sini jangan melulu dimengerti dalam arti yang
politis, ia lebih luas ketimbang itu. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-right: -.45pt; text-align: justify;">
Konsepsinya mengenai <i>kehendak untuk
berkuasa</i> sebenarnya terkait dengan upaya Nietzsche untuk melakukan <i>revaluasi atas seluruh nilai</i>. Mereka
yang mengafirmasi kehendak untuk berkuasa berarti mengafirmasi pula seluruh
gejolak alam-semesta ini, hal ini juga berarti bahwa mereka berkata “Ya”
terhadap hidup. Oleh karena itu, kita bisa mengerti revaluasi Nietzsche atas
“baik” dan “buruk” seperti yang ia tulis dalam <i>Der Antichrist</i>:<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-right: -.45pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .5in; margin-right: 35.55pt; margin-top: 0in; text-align: justify;">
What is
good?—All that heightens the feeling of power, the will to power, power itself
in man.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .5in; margin-right: 35.55pt; margin-top: 0in; text-align: justify;">
What is bad?—All
that proceeds from weakness.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .5in; margin-right: 35.55pt; margin-top: 0in; text-align: justify;">
What is
happines?—The feeling that power <i>increases</i>—that
a resistance is overcome.<span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[6]</span></span><!--[endif]--></span><o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-right: -.45pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-right: -.45pt; text-align: justify;">
Mengafirmasi
kehendak untuk berkuasa berarti terus-menerus mengalami pelampauan kehendak,
menjadi liar, mabuk-total seperti sehabis pulang dari “simposium” (pesta minum
minuman keras) Dionysius. Itulah kehendak untuk berkuasa, “the unexhausted,
procreating life-will”<span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[7]</span></span><!--[endif]--></span>.
Afirmasi atas kehendak untuk berkuasa menunjukkan penghormatan manusia atas
hidup, bukan penyangkalan atas hidup seperti yang dilakukan oleh para penganut
agama. Dengan begitu manusia menerima seluruhnya absurditas kehidupan, seluruh
gejolak <i>chaotic </i>alam raya, tanpa
mengharapkan surga. Itulah figur seorang <i>Übermensch
</i>(“Overman”)<span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[8]</span></span><!--[endif]--></span> seperti
yang diwartakan oleh Zarathustra: “I teach you Superman. Man is something that
is to be surpassed. […] The Superman is the meaning of the earth.”<span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[9]</span></span><!--[endif]--></span> <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">Itulah <i>Übermensch</i></st1:city>,
<st1:state w:st="on">ia</st1:state></st1:place> yang berani berkata “Ya” pada
gejolak kehendak untuk berkuasa, pada absurditas hidup. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-right: -.45pt; text-align: justify;">
Lalu jika hidup ini absurd dan
surga, apapun itu, tak ada, akan kemanakah kita? Dengan pertanyaan ini, kita
masuk ke ajaran Nietzsche yang lain: <i>eternal
return of the same</i>.<o:p></o:p></div>
<br />
<div>
<!--[if !supportFootnotes]--><br clear="all" />
<hr align="left" size="1" width="33%" />
<!--[endif]-->
<div id="ftn1">
<div class="MsoFootnoteText">
<span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[1]</span></span><!--[endif]--></span>
Friedrich Nietzsche, <i>The Will to Power</i>,
op.cit. hlm. 366.<o:p></o:p></div>
</div>
<div id="ftn2">
<div class="MsoFootnoteText">
<span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[2]</span></span><!--[endif]--></span> Ibid.
hlm. 369.<o:p></o:p></div>
</div>
<div id="ftn3">
<div class="MsoFootnoteText">
<span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[3]</span></span><!--[endif]--></span> Ibid.<o:p></o:p></div>
</div>
<div id="ftn4">
<div class="MsoFootnoteText">
<span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[4]</span></span><!--[endif]--></span> Ibid.
hlm. 550.<o:p></o:p></div>
</div>
<div id="ftn5">
<div class="MsoFootnoteText">
<span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[5]</span></span><!--[endif]--></span> Ibid.
hlm. 290.<o:p></o:p></div>
</div>
<div id="ftn6">
<div class="MsoFootnoteText">
<span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[6]</span></span><!--[endif]--></span> Friedric
Nietzsche, <i>Twilight of the Idols and The
Anti-Christ</i>, op.cit. hlm. 115.<o:p></o:p></div>
</div>
<div id="ftn7">
<div class="MsoFootnoteText">
<span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[7]</span></span><!--[endif]--></span>
Friedrich Nietzsche, <i>Thus Spake
Zarathustra</i>, op.cit. hlm. 164.<o:p></o:p></div>
</div>
<div id="ftn8">
<div class="MsoFootnoteText">
<span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[8]</span></span><!--[endif]--></span> Dalam
bahasa Inggris, istilah <i>Übermensch</i>
memiliki dua terjemahan, yaitu “Overman” dan “Superman”.<o:p></o:p></div>
</div>
<div id="ftn9">
<div class="MsoFootnoteText">
<span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[9]</span></span><!--[endif]--></span> Ibid.
hl. 67-68.<o:p></o:p></div>
</div>
</div>
</div>
Smarttekhno.comhttp://www.blogger.com/profile/15305183533971293605noreply@blogger.com0Indonesia-0.789275 113.92132700000002-31.6684965 72.61273300000002 30.0899465 155.22992100000002tag:blogger.com,1999:blog-4339639335746591040.post-45237609488779319692017-10-08T12:12:00.004+07:002017-10-08T12:12:53.138+07:00Pengertian Emanasi | Filsafat Islam | Sinau Filsafat<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 18.4px;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Untuk memahami lebih jauh tentang dunia, tentang jagad raya, tentang kosmis dan segala keruwetannya. Emanansi dalam pandangan filsafat islam baik untuk dibaca. Sinau filsafat sedikit menggoreskan tinta untuk pembaca semua. selamat membaca.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEirYwuL7XM3LyXB4J-0H3dg_aOjTRMbmJWlsV7BZ-CNlfpIgmuR48bowAU_iytsVyeOykPTThQwpHb35WyAHlijaDxf9_qpCTODSUI4tiuAVMbZgvTHX0wV59evOTBYbMPWy9XXCvoursxZ/s1600/emanansi-filsafat-islam.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Emanasi-Filsafat-Islam" border="0" data-original-height="480" data-original-width="480" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEirYwuL7XM3LyXB4J-0H3dg_aOjTRMbmJWlsV7BZ-CNlfpIgmuR48bowAU_iytsVyeOykPTThQwpHb35WyAHlijaDxf9_qpCTODSUI4tiuAVMbZgvTHX0wV59evOTBYbMPWy9XXCvoursxZ/s400/emanansi-filsafat-islam.jpg" title="Pengertian Emanasi | Filsafat Islam | Sinau Filsafat" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><a href="https://sinaufilsafat.blogspot.com/2017/10/pengertian-emanasi-filsafat-islam.html" target="_blank">Pengertian Emanasi | Filsafat Islam | Sinau Filsafat</a></td></tr>
</tbody></table>
<h3 style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 115%;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: small;"> Pengertian Emanasi</span></span></h3>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Secara etimologis emanasi
mempunyai arti sesuatu yang mengalir (memancar). <o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Emanasi menurut Ibnu Sina<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Teori
Ibnu Sina mengenai emanasi bahwa Tuhan, dan hanya Tuhan saja yang memiliki
wujud tunggal, secara mutlak. Sedangkan segala sesuatu yang lain memiliki
kodrat yang mendua. Karena ketunggalanya, maka apakah Tuhan itu, dan kenyataan
bahwa Ia ada, bukanlah dua unsur dalam satu wujud tetapi satu unsur atomic
dalam wujud yang tunggal. Tentang apakah Tuhan itu, hakikat Dia, adalah identik
dengan eksistensi-Nya. <o:p></o:p></span></span></div>
<h3 style="text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="line-height: 115%;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: small;">Doktrin
Ibnu Sina tentang Wujud </span></span></h3>
<div style="text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sebagaimana para filosof Muslim terdahulu, bersifat
emanasionistis. Dari Tuhanlah, Kemaujudan Yang Mesti, mengalir intelegensi
pertama, sendirian karena hanya dari yang tunggal, yang mutlak, sesuatu dapat
mewujud. Tetapi sifat intelegensi yang pertama itu tidak mutlak satu, karena ia
bukan ada dengan sendirinya, ia hanya <i>mungkin,
</i>dan kemungkinannya itu diwujudkan oleh Tuhan. </span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Berkat
kedua sifat itu, yang sejak saat itu melingkupi seluruh ciptaan didunia,
intelegensi pertama memunculkan dua kemaujudan yaitu :</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
</div>
<ol style="text-align: left;">
<li><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 115%; text-indent: -0.25in;">Intelegensi kedua melalui kebaikan ego
tertinggi dari adanya aktualitas.</span></li>
<li><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 115%; text-indent: -0.25in;">Lingkung pertama dan tertinggi berdasarkan
segi terendah dari adanya, kemungkinan alamiahnya.</span></li>
</ol>
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Dalam<i>
<span style="color: red;"><a href="https://sinaufilsafat.blogspot.com/2017/10/pengertian-emanasi-filsafat-islam.html" target="_blank">emanasinya</a></span></i>, pendapat <span style="color: red;">Ibnu Sina</span> tak jauh berbeda dengan <span style="color: red;">Al-Farabi</span>, hanya saja,
ada sedikit tambahan dari Ibnu Sina mengenai wujud lain yang berbeda dari
pemikiran Al-Farabi, yaitu jirmul faalakil aqsha dan nafsul falaqil aqsha yang
muncul tatkala akal ber-ta’aqqul mengeluarkan akal kedua. Yang dimaksud jirmul
faalakil aqsha adalah langit dengan semua planetnya, sedangkan nafsul falaqil
aqsha adalah jiwa dari langit denga semua planetnya. Jadi, menurut Ibnu Sina,
tiap-tiap al-‘aql itu menyebabkan timbulnya tiga macam keadaan, yaitu selain
dengan akal yang berikutnya juga mengeluarkan jirim langit dan planetnya serta
jiwa langit dan planet-planetnya.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Menurutnya,
falak mempunyai jiwa dan menggerakannya secara langsung karena berhubungan
langsung dengan falak, sedangkan al-aql menggerakannya dari jauh karena al-aql
terasing (munfarid). Al-aql mempunyai hal yang disebut al-khair (kebaikan), dan
kebaikan inilah yang menjadi tujuan falak untuk mencapai kesempurnaan dirinya.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Untuk
mencapai kesempurnaannya, falak berputar mengelilingi al-aqlul-mufarid. Namun
falak tidak bisa mencapainya karena setiap falak mencapai satu tingkatan
kesempurnaan dalam lingkungan akalnya, dia mempunyai hajat baru kearah akal
yang lebih tinggi kesempurnaanya. Maka dari itu, <b><i>akal pertamalah yang paling
sempurna karena merupakan limpahan langsung dari Tuhan.</i></b> Selanjutnya akal kedua
lebih rendah dari akal pertama, dan akal ketiga lebih rendah dari akal kedua,
dan seterusnya. Pelimpahan Tuhan atas akal-akal ini terjadi atas kerelaan yang
dipikirkan (faidlu ridla ma’qul) oleh Tuhan. Alasan logikanya, limpahan ini
berarti bahwa barang yang diingini lebih tinggi tingkatanya dari yang
mengingini.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Karena
itulah, kenapa Ibnu Sina berkeyakinan bahwa hanya dari bentuk dan materi saja
anda tidak akan pernah mendapatkan eksistensi yang nyata, tetapi hanya
kualitas-kualitas esensial kebetulan.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sumber :<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Syarif M.M. 1993. <i>Para Filosof Muslim. </i>Mizan. Bandung <o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Amroeni Drajat, <i>Filsafat Islam Buat yang Pengen Tahu,</i>
Erlangga, Jakarta, 2006.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Poerwantana DKK, <i>Seluk-Beluk Filsafat Islam, Remaja
Rosdakarya</i>, Bandung, 1994.<o:p></o:p></span></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Utsman Najati Muhammad, <i>Jiwa Dalam Pandangan Para Filosof Muslim,</i>
Pustaka Hidayah, Bandung, 2002.</span><span style="font-family: Times New Roman, serif;"><o:p></o:p></span></span></div>
</div>
Smarttekhno.comhttp://www.blogger.com/profile/15305183533971293605noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4339639335746591040.post-39993247771353141952017-10-06T21:32:00.004+07:002017-10-06T21:32:46.496+07:00METAFISIKA FILSAFAT | NIETZSCHE : SANG NABI NIHILISME<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span id="docs-internal-guid-4ccac65d-f030-3f60-d1fd-1cf75f28fc1f"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><i>NIETZSCHE: SANG NABI NIHILISME</i></span><span style="font-size: 12pt; font-weight: 700; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> </span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">adalah runtutan tulisan dari tema Metafisika Filsafat. Untuk itu, silahkan untuk membaca postingan sebelumnya [ <a href="https://sinaufilsafat.blogspot.com/2017/10/pengantar-metafisika-dalam-filsafat-apa.html" target="_blank">PENGANTAR METAFISIKA DALAM FILSAFAT</a> ] agar pemahaman anda tentang nihilisme dalam metafisika lebih komprehensif. </span></span></span><br />
<span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEho7EhXaKodBCY30kbHiCCQTD1EyD2kOBcuL1gc0COWkQSXSXHAq2ijEUyl-bN7EZgBDPeXlA1jFQ8Op54OvvbtTYEj0kSZETFktyRJ-U188D6J7ZPKMSikAz1WXaVwlIc4eR25kHKZamyU/s1600/friedrich-nietzsche-Nihilisme.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><span style="font-family: inherit;"><img border="0" data-original-height="895" data-original-width="720" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEho7EhXaKodBCY30kbHiCCQTD1EyD2kOBcuL1gc0COWkQSXSXHAq2ijEUyl-bN7EZgBDPeXlA1jFQ8Op54OvvbtTYEj0kSZETFktyRJ-U188D6J7ZPKMSikAz1WXaVwlIc4eR25kHKZamyU/s400/friedrich-nietzsche-Nihilisme.jpg" width="320" /></span></a></div>
<span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span>
<br />
<h3 style="line-height: 1.2; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: transparent; color: black; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 700; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><span style="font-family: inherit;"> Nihilisme</span></span></h3>
<div dir="ltr" style="line-height: 1.2; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="background-color: transparent; color: black; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 700; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span></span><span style="background-color: transparent; color: black; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Barangkali kita dapat menangkap semangat nihilisme Nietzschean dengan melihat sebagian dari aforisme yang terkenal dalam bukunya, </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-size: 12pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Die fröchliche Wissenschaft </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">(Ilmu yang Ceria):</span></span></div>
<b id="docs-internal-guid-4ccac65d-f034-5fca-e712-6bb13230cdc2" style="font-weight: normal;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></b>
<br />
<div dir="ltr" style="line-height: 1.2; margin-bottom: 0pt; margin-left: 36pt; margin-right: 35.55pt; margin-top: 0pt; text-align: center;">
<span style="background-color: transparent; color: black; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><span style="font-family: inherit;">The Madman</span></span></div>
<div dir="ltr" style="line-height: 1.2; margin-bottom: 0pt; margin-left: 36pt; margin-right: 35.55pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="background-color: transparent; color: black; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span></span><span style="background-color: transparent; color: black; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Have you not heard of that madman who lit a lantern in the bright morning hours, ran to the market place, and cried incessantly: “I seek God! I seek God!”—As many of those who did not believe in God were standing around just then, he provoked to much laughter. Has he got lost? asked one. Did he lose his way like a child? asked another. Or is he hiding? Is he afraid of us? He has gone on a voyage? Emigrated?—Thus they yelled and laughed.</span></span></div>
<div dir="ltr" style="line-height: 1.2; margin-bottom: 0pt; margin-left: 36pt; margin-right: 35.55pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="background-color: transparent; color: black; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span></span><span style="background-color: transparent; color: black; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">The madman jumped into their midst and pierced them with his eyes. “Whither is God?” he cried; “I will tell you. </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-size: 12pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">We have killed him</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">—you and I. All of us are his murderers. But how did we do this? How could we drink up the sea? Who gave us the sponge to wipe away the entire horizon? What were we doing when we unchained this earth from its sun? Whither is it moving now? Whither are we moving? Away from all suns? Are we not straying as through infinite nothing? Do we not feel the breath of empty space? Has it not become colder? Is not night continually closing in on us? Do we not need to light lanterns in the morning? Do we hear nothing as yet of the noise of the gravediggers who are burying God? Do we smell nothing as yet of the divine decomposition? Gods, too, decompose. God is dead. God remains dead. And we have killed him.</span></span></div>
<b style="font-weight: normal;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></b>
<br />
<div dir="ltr" style="line-height: 1.2; margin-bottom: 0pt; margin-right: -0.45pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="background-color: transparent; color: black; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Memang bombastis kedengarannya. Namun kita tak menemukan definisi tentang nihilisme di kutipan tersbut—bahkan kita tak menemukan kata </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-size: 12pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">nihilism</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> di sana—selain seruan yang keras tentang “matinya Tuhan”.</span></span></div>
<br />
<div dir="ltr" style="line-height: 1.2; margin-bottom: 0pt; margin-right: -0.45pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="background-color: transparent; color: black; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span></span><span style="background-color: transparent; color: black; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Kata “Tuhan” dalam konteks Nietzschean </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-size: 12pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">tidak hanya</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> merujuk pada artian “Tuhan” secara harafiah saja, yaitu Tuhan sebagai suatu entitas yang transenden. “Tuhan” juga berarti suatu titik teguh yang absolut dan niscaya tempat kita menambatkan diri kita sepenuhnya. Itulah dia. Itulah </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-size: 12pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">kebenaran</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">. Tepat di sinilah nihilisme itu mengejawantah: </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-size: 12pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">kebenaran telah mati</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">.</span></span></div>
<div>
<span style="font-size: 10pt; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div>
<div>
<span style="font-size: 10pt; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><span style="font-family: inherit;"></span></span><br />
<div dir="ltr" style="line-height: 1.2; margin-bottom: 0pt; margin-right: -0.45pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 10pt; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;">Istilah “nihilisme” memiliki akar katanya dalam bahasa Latin, yaitu </span><span style="font-size: 12pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">nihil</span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;"> yang artinya “tiada”, “nothing”. Lewat ajarannya tentang nihilisme, Nietzsche langsung menggoyang pondasi tunggal dari seluruh realitas: </span><span style="font-size: 12pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">kebenaran</span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;">. Lebih persisnya, ia mempertanyakan secara radikal </span><span style="font-size: 12pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">validitas klaim kebenaran</span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;">. Kita akan kembali membahas tentang nihilisme dan aforisme panjang itu setelah merenung terlebih dahulu mengenai kebenaran.</span></span></span></div>
<span style="font-size: 10pt; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><span style="font-family: inherit;">
<h3 style="line-height: 1.2; margin-bottom: 0pt; margin-right: -0.45pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span></span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;">Apa itu “kebenaran”? </span></h3>
<div dir="ltr" style="line-height: 1.2; margin-bottom: 0pt; margin-right: -0.45pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">Truth is the kind of error without which a certain species of life could not live</span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;">, tulis Nietzsche dalam </span><span style="font-size: 12pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">Der Wille zur Macht</span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;">. Nampak di sini bahwa Nietzsche berbicara tentang kebenaran sebagai suatu kondisi yang merupakan prasyarat bagi kehidupan (</span><span style="font-size: 12pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">condition for life</span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;">) suatu makhluk tertentu, atau persisnya, manusia. Dalam aforisme yang sama, ia melanjutkan, “The value for </span><span style="font-size: 12pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">life</span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;"> is ultimately decisive.”</span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;"> “Nilai” (</span><span style="font-size: 12pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">value</span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;">) memiliki kedudukan yang sangat menentukan dalam kehidupan. Kebenaran sebagai </span><span style="font-size: 12pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">condition for life</span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;"> itu memiliki bentuknya yang konkret dalam </span><span style="font-size: 12pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">nilai</span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;">. </span></div>
<div dir="ltr" style="line-height: 1.2; margin-bottom: 0pt; margin-right: -0.45pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span></span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;">Kebenaran sebagai nilai—tetapi apakah </span><span style="font-size: 12pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">nilai </span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;">yang ia maksud itu? Dalam </span><span style="font-size: 12pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">Jenseits von Gut und Böse: Vorspiel einer Philosophie der Zukunft </span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;">(Melampaui Baik dan Buruk: Prelud untuk Filsafat Masa Depan), Nietzsche memberikan </span><span style="font-size: 12pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">insight</span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;">:</span></div>
<br /><div dir="ltr" style="line-height: 1.2; margin-bottom: 0pt; margin-left: 36pt; margin-right: 35.55pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;">[…] and it is high time to replace the Kantian question, “How are synthetic judgements </span><span style="font-size: 12pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">a priori</span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;"> possible?” by another question, “Why is belief in such judgements </span><span style="font-size: 12pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">necessary</span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;">?”—and to comprehend that such judgements must be </span><span style="font-size: 12pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">believed </span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;">to be true, for the sake of the preservation of creatures like ourselves […]</span></div>
<br /><div dir="ltr" style="line-height: 1.2; margin-bottom: 0pt; margin-right: -0.45pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;">Seperti kita ketahui, Immanuel Kant berupaya memberikan landasan rasional-</span><span style="font-size: 12pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">a priori</span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;"> bagi validitas klaim kebenaran. Dengan upaya itulah, ia mengajukan pertanyaan tentang kemungkinan keputusan sintesis </span><span style="font-size: 12pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">a priori</span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;">. Namun Nietzsche membalik pemikiran Kant: mengapa kita memerlukan pembuktian bahwa kita dapat meraih kebenaran? Bagi Nietzsche, peryataan yang diajukan oleh Kant itu justru menunjukkan bahwa validitas klaim kebenaran adalah suatu “kepercayaan” (</span><span style="font-size: 12pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">belief</span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;">). Kita takut untuk mengakui bahwa memang tak ada kebenaran sehingga kebenaran itu “must be </span><span style="font-size: 12pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">believed</span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;"> to be true”; dan tujuan dari kepercayaan itu adalah “for the sake of the preservation of creatures like ourselves”.</span></div>
<div dir="ltr" style="line-height: 1.2; margin-bottom: 0pt; margin-right: -0.45pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span></span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;">Dalam konteks yang sama, Nietzsche menerangkan lebih lanjut. Menurutnya, “keputusan” (</span><span style="font-size: 12pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">judgement</span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;">) atau secara lebih umum, klaim kebenaran, adalah kepercayaan kita yang tertua, “our most habitual holding-true or holding-untrue, an assertion or denial, a certainty that something is thus and not otherwise, a belief that here we really “know” […]”</span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;">. Kebenaran, sebagai </span><span style="font-size: 12pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">belief</span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;">, memiliki karakter khas yaitu </span><span style="font-size: 12pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">holding-true</span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;">. Jadi, bagi Nietzsche, kebenaran adalah sesuatu yang diperlukan dan bukan sesuatu yang niscaya. Dalam </span><span style="font-size: 12pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">Jenseits von Gut und Böse</span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;">, ia menulis:</span></div>
<span style="color: #cc0000;"><br /></span><div dir="ltr" style="line-height: 1.2; margin-bottom: 0pt; margin-left: 36pt; margin-right: 35.55pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;"><span style="color: #cc0000;">[…] that without accepting the fictions of logic, without measuring reality against the purely invented world of the unconditional and self-identical, without a constant falsification of the world by means of numbers, man could not live […]</span></span></div>
</span></span><br />
<h3 style="line-height: 1.2; margin-bottom: 0pt; margin-right: -0.45pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: 10pt; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><br /></span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;">Serangan Nietzsche atas validitas klaim kebenaran sangat radikal. </span></span></h3>
<span style="font-size: 10pt; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><span style="font-family: inherit;"></span></span><br />
<div dir="ltr" style="line-height: 1.2; margin-bottom: 0pt; margin-right: -0.45pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 10pt; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;">Kita percaya pada logika berpikir yang “sah”: bahwa jika orang mengatakan, “Tak ada kebenaran!”, maka pernyataan itu akan menyangkal dirinya sendiri dan juga seluruh implikasi dari pernyataan itu. Kita seringkali tak sadar bahwa logika semacam itu hanyalah ciptaan kita saja; logika adalah fiksi. Begitu pula dengan logika matematika. Kita yakin bahwa 1+1=2 adalah benar, sah, logis. Padahal itu pun hanya fiksi buatan manusia</span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;">. Lantas untuk apa manusia menciptakan “fiksi-fiksi” itu? Jawabannya jelas: “For the sake of the preservation of creatures like ourselves”, </span><span style="font-size: 12pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">to maintain</span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;"> “the condition of life”, singkatnya, “holding-to-be-true”. Dalam pengantarnya untuk buku </span><span style="font-size: 12pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">The Gay Science</span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;">, kita memperoleh gambaran yang sangat jelas:</span></span></span></div>
<span style="font-size: 10pt; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><span style="font-family: inherit;">
<br /><div dir="ltr" style="line-height: 1.2; margin-bottom: 0pt; margin-left: 36pt; margin-right: 35.55pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;">[<span style="color: red;">…] what was at stake in all philosophizing hitherto was not at all “truth” but something else—lut us say, health, future, growth, power, life.</span></span></div>
<br /><div dir="ltr" style="line-height: 1.2; margin-bottom: 0pt; margin-right: -0.45pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;">Lantas, dalam hal apakah “truth” sebagai fiksi itu nampak jelas? Jawabnya: dalam </span><span style="font-size: 12pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">skematisasi</span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;">. Nietzsche menuliskan hal ini dalam salah satu aforismenya pada </span><span style="font-size: 12pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">Der Wille zur Macht</span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;">: “Not “to know” but to schematize—to impose upon chaos as much regularity and form as our practical needs require.”</span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;"> Klaim kebenaran bekerja dengan menskematisasi realitas yang kacau-balau (</span><span style="font-size: 12pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">chaos</span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;">) ini, mengatur dan menyusunnya sedemikian sehingga realitas ini tampak tertata, rapih dan siap untuk kita gunakan. Contoh yang jelas: penemuan ilmu ukur (matematika dan geometri) di Mesir sebenarnya dilatarbelakangi oleh kebutuhan praktis (</span><span style="font-size: 12pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">practical need</span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;">) rakyat Mesir untuk mengukur tingginya peluapan air sungai Nil. Tak ada yang dramatis di sini—tak ada penemuan yang heroik seakan-akan penemuan itu </span><span style="font-size: 12pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">for the sake of truth itself</span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;">. Kebenaran hanyalah sederet konvensi yang dirayakan dengan ribuan konfeti.</span></div>
<div dir="ltr" style="line-height: 1.2; margin-bottom: 0pt; margin-right: -0.45pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span></span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;">Kini kita akan membahas “kebenaran” dalam tataran yang lebih kasat mata, yaitu moralitas. Nietzsche melihat moralitas sebagai tanda dekadensi, suatu sikap ketidakpercayaan-atas-hidup</span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;">. Dalam bab </span><span style="font-size: 12pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">Origin of Moral Valuations</span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;"> pada buku </span><span style="font-size: 12pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">Der Wille zur Macht</span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;">, Nietzsche menggambarkan moralitas senada dengan penjelasannya atas kebenaran: “I understand by “morality” a system of evaluations that partially coincides with the condition of a creature’s life.”</span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;"> Moralitas adalah bentuk nyata dari klaim kebenaran di dalam masyarakat. Bagi Nietzsche, fenomena moral tak pernah ada, yang ada hanyalah interpretasi moral atas fenomena itu</span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;">. Perbuatan seperti membantu orang tua, hidup sederhana, rendah hati, bukanlah perbuatan moral. Perbuatan semacam itu hanya kita </span><span style="font-size: 12pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">tafsirkan</span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;"> secara moral. Sedangkan interpretasi itu berasal dari sesuatu yang bersifat </span><span style="font-size: 12pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">extra-moral</span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;">. Apa itu “extra-moral”? Untuk memahami ini, terdapat sebuah aforisme Nietzsche yang menarik:</span></div>
<span style="color: red;"><br /></span><div dir="ltr" style="line-height: 1.2; margin-bottom: 0pt; margin-left: 36pt; margin-right: 35.55pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="color: red;"><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;">Formerly one said of every morality: “By their fruits ye shall know them.” I say of every morality: “It is a fruit by which I recognize the </span><span style="font-size: 12pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">soil</span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;"> from which it sprang.”</span></span></div>
<br /><div dir="ltr" style="line-height: 1.2; margin-bottom: 0pt; margin-right: -0.45pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;">Dalam aforisme itu, Nietzsche sebenarnya berbicara tentang fenomena </span><span style="font-size: 12pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">extra-moral</span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;">. Orang pada umumnya melihat moralitas dari buah yang dihasilkan moralitas itu (misalnya perbuatan etis). Namun Nietzsche melihat sebaliknya: moralitas merupakan buah dimana kita bisa menyadari dari </span><span style="font-size: 12pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">tanah</span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;"> macam manakah buah itu muncul. Bisa kita duga, “tanah” (</span><span style="font-size: 12pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">soil</span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;">) yang dimaksud oleh Nietzsche adalah masyarakat. Di sinilah kita dapat melihat analisa—dan juga kritik tajam—Nietzsche atas masyarakat Kristiani-Eropa.</span></div>
<div dir="ltr" style="line-height: 1.2; margin-bottom: 0pt; margin-right: -0.45pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span></span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;">Masyarakat Eropa yang Kristiani, bagi Nietzsche, telah menjadi masyarakat yang dekaden. “Apa yang ditolak oleh Kristus? Semua yang kini disebut Kristiani.”</span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;"> Dekadensi yang meresapi peradaban Eropa disebabkan oleh “paradigma berpikir Platonis”</span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;">. Paradigma ini membuat manusia Eropa menghasrati pembebasan setelah kematian, semacam dunia </span><span style="font-size: 12pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">Idea</span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;"> nya Plato, dan dengan itu menampik kehidupan itu sendiri. Maka itu, Nietzsche menyebut agama Kristiani sebagai “la religion de la souffrance humaine” (</span><span style="font-size: 12pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">the religion of human suffering</span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;">)</span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;">. Agama Kristiani mengajarkan manusia untuk menegasi dirinya sendiri, menyangkal eksistensinya di dunia, meredam gejolak manusiawinya. Semua itu dilakukan demi imbalan surga yang abadi dan final. Kritik Nietzsche atas Kristianitas “cukup” keras:</span></div>
<span style="color: red;"><br /></span><div dir="ltr" style="line-height: 1.2; margin-bottom: 0pt; margin-left: 36pt; margin-right: 35.55pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;"><span style="color: red;">From the start, the Christian faith is a sacrifice: a sacrifice of all freedom, all pride, all self-confidence of the spirit; at the same time, enslavement and self-mockery, self-mutilation.</span></span></div>
<br /><h3 style="line-height: 1.2; margin-bottom: 0pt; margin-right: -0.45pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;">Bagi Nietzsche, moralitas Kristiani adalah “moralitas budak”. </span></h3>
<div dir="ltr" style="line-height: 1.2; margin-bottom: 0pt; margin-right: -0.45pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;">Moralitas ini adalah moralitas milik para budak: kesetiakawanan, saling mengasihi, menyangkal diri demi komunitas, semua itu merupakan ciri khas moralitas budak. Moralitas ini disebut pula “moralitas kawanan”</span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;">. Moralitas semacam ini membuat orang-orang hanya berani hidup dalam kerumunan, dalam kebersamaan yang dangkal, dalam anonimitas yang aman. Nietzsche sendiri menulis, “Entry into </span><span style="font-size: 12pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">real </span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;">life—one rescues one’s personal life rom death by living a common life”</span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;">. Bagi Nietzsche, tak ada jalan lain,moralitas semacam itu harus dihancur-leburkan. Moralitas itu bertanggung jawab atas dekadensi masyarakt Eropa yang semakin takut untuk berpikir, yang hanya berani hidup dalam kerumunan. “[…] the whole morality of self-denial must be questioned mercilessly and taken to court […]” There is too much charm and sugar in these feeling of “for others,” “</span><span style="font-size: 12pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">not</span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;"> for myself,” […]”</span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;">. Oleh karena itu dalam suatu adegan singkat di tempi sungai, Zarathustra bersabda:</span></div>
<span style="color: red;"><br /></span><div dir="ltr" style="line-height: 1.2; margin-bottom: 0pt; margin-left: 36pt; margin-right: 35.55pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="color: red;"><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;">O my brethren, is not everything </span><span style="font-size: 12pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">at present in flux</span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;">? Have not all raillings and gangways fallen into the water? Who would still </span><span style="font-size: 12pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">hold on </span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;">to “good” and “evil”?</span></span></div>
</span></span><br />
<h3 style="line-height: 1.2; margin-bottom: 0pt; margin-right: -0.45pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: 10pt; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><br /></span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span></span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;">Sekarang kita akan beralih menuju pandangan Nietzsche mengenai atheisme. </span></span></h3>
<span style="font-size: 10pt; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><span style="font-family: inherit;"></span></span><br />
<div dir="ltr" style="line-height: 1.2; margin-bottom: 0pt; margin-right: -0.45pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 10pt; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;">Baginya, seperti ia tulis dalam </span><span style="font-size: 12pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">Der Antichrist </span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;"> (Sang Anti-Kristus), kepercayaan akan Tuhan tak hanya merupakan suatu kesalahan namun juga suatu “pengkhianatan atas hidup”</span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;">. Kita menganggap Tuhan memang sungguh ada, namun kita tak sadar bahwa kita, nun dahulu kala, telah menciptakan-“Nya” dari ketidaktahuan kita. Begitulah kira-kira yang dimaksud oleh Nietzsche ketika ia menulis dalam </span><span style="font-size: 12pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">Beyond Good and Evil</span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;">: “circulus vitiosus deus”</span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;">. “Lingkaran setan lah yang menciptakan Tuhan”. Nampaknya term “lingkaran setan” (</span><span style="font-size: 12pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">vicious circle</span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;">) di sini dapat diartikan sebagai “lingkaran setan logika”, yaitu hubungan antar konsep yang jalin-jemalin sehingga membentuk lingkaran penuh yang tanpa jalan keluar; </span><span style="font-size: 12pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">circulus in definiendo</span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;">. Contoh yang jelas adalah pertanyaan ini: “Manakah yang lebih dulu ada, telur atau ayam?”. Pertanyaan semacam itu hanya akan bergerak melingkar-lingkar saja tanpa jalan keluar, kecuali jika kita menghadirkan semacam </span><span style="font-size: 12pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">deus ex machina</span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;"> sebagai entitas ketiga yang melampaui keduanya. Dan persis di sinilah, Tuhan dihadirkan. Maka Tuhan tercipta justru dari lingkaran setan, dari ketidaktahuan kita. Selain itu, Tuhan membuat manusia menyangkal dirinya, sebagaimana Nietzsche menulis dalam </span><span style="font-size: 12pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">Ecce Homo </span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;">(Lihatlah Manusia): “[…] what has been the greatest objection to existence so far? God.”</span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;"> Penerimaan akan adanya Tuhan dan moralitas Kristiani sebetulnya hanya merupakan kedok ketakutan manusia. Hal-hal itu membuat manusia merasa memiliki legitimasi yang sah di atas bumi (sebagai </span><span style="font-size: 12pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">homo imago Dei</span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;">), yang dalam kenyataannya merupakan makhluk kecil yang tak berarti, sebuah aksiden selintas di tengah gelombang “kemenjadian” dan arus buas dari jagad raya yang </span><span style="font-size: 12pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">chaotic</span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;"> ini</span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;">.</span></span></span></div>
<span style="font-size: 10pt; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><span style="font-family: inherit;">
<h3 style="line-height: 1.2; margin-bottom: 0pt; margin-right: -0.45pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span></span><span style="font-size: 12pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">In summa</span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;">: kebenaran adalah nilai yang berguna untuk melestarikan kehidupan manusia. </span></h3>
<div dir="ltr" style="line-height: 1.2; margin-bottom: 0pt; margin-right: -0.45pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;">Moralitas, sebagai manifestasi kebenaran dalam tataran sosial, adalah ciptaan manusia, atau lebih persisnya dalam konteks Eropa, adalah ciptaan orang-orang lemah (budak) yang hanya berani hidup dalam kerumunan. Masyarakat Eropa yang diresapi </span><span style="font-size: 12pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">moralitas budak</span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;"> atau </span><span style="font-size: 12pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">kawanan</span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;"> mau tak mau akan segera terjatuh dalam dekadensi. Tuhan, sebagai manifestasi kebenaran dalam tataran spiritual, adalah konsep kosong hasil ciptaan manusia yang lemah, yang lari dari kenyataan hidupnya, yang tak bisa lagi berpikir. Semua ini adalah gejala, tanda-tanda lahirnya suatu zaman yang muram: </span><span style="font-size: 12pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">the age of nihilism</span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;">. </span></div>
<div dir="ltr" style="line-height: 1.2; margin-bottom: 0pt; margin-right: -0.45pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;"><br /></span></div>
<h3 style="line-height: 1.2; margin-bottom: 0pt; margin-right: -0.45pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span></span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;">Term “nihilisme” dalam pemikiran Nietzsche<span style="font-weight: normal;"> setidaknya memiliki dua arti: nihilisme sebagai kondisi dan sebagai laku. Sebagai kondisi, nihilisme merupakan sebuah keniscayaan historis. Sebagaimana ditulis oleh Nietzsche dalam </span></span><span style="font-size: 12pt; font-style: italic; font-weight: normal; vertical-align: baseline;">Der Wille zur Macht</span><span style="font-size: 12pt; font-weight: normal; vertical-align: baseline;">:</span></h3>
<br /><div dir="ltr" style="line-height: 1.2; margin-bottom: 0pt; margin-left: 36pt; margin-right: 35.55pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="color: red;"><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;">What I relate is the history of the next two centuries, I describe what is coming, what can be n longer come differently: </span><span style="font-size: 12pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">the advent of nihilism</span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;">. This history can be related even now; for necessity itself is at work here. This future speaks even now in a hundred signs, this destiny announces itself everywhere; for this music of the future all ears are cocked even now. For some time now, our whole European culture has been moving as toward a catastrophe, with a tortured tension that is growing from decade to decade: restlessly, violently, headlong, like a river that wants to reach the end, that no longer reflects, that is afraid to reflect. […] For why has the advent of nihilisme become </span><span style="font-size: 12pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">necessary</span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;">? Because the values we have had hitherto thus draw their final consequence; because nihilism represents the ultimate logical conclusion of our great values and ideals—because we must experience nihilism beferoe we can find out what value of these “values” really had.</span></span></div>
<br /><h3 style="line-height: 1.2; margin-bottom: 0pt; margin-right: -0.45pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;"> Kedatangan nihilisme adalah sesuatu yang niscaya.</span></h3>
<div style="line-height: 1.2; margin-bottom: 0pt; margin-right: -0.45pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;"><span style="font-weight: normal;">Nihilisme terlahir dari kesalahan manusia sendiri. Kepercayaan manusia terhadap nilai moral yang mutlak, kepercayaan manusia pada Tuhan dan surga, kepercayaan manusia pada kebenaran yang baku, itu semua membuat manusia tak lagi berrefleksi, tak berani berrefleksi (</span></span><span style="font-weight: normal;"><span style="font-size: 12pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">no longer reflects, afraid to reflects</span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;">). Kepercayaan kita pada nilai-nilai seperti itu telah mengantarkan kita pada konsekuensi finalnya: </span><span style="font-size: 12pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">the advent of nihilism</span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;">. Oleh karena itu, Nietzsche menulis pada bab </span><span style="font-size: 12pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">European Nihilism</span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;">: “What does nihilism mean? </span><span style="font-size: 12pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">That the highest values devaluate themselves</span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;">. The aim is lacking; “why?” finds no answer.”</span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;"> Kepercayaan manusia pada kebenaran sebagai kebenaran, pada adanya kebenaran absolut, kebenaran-pada-dirinya-sendiri, membuat kepercayaan itu sendiri runtuh. Nilai-nilai yang dulunya diyakini benar, kini mendevaluasi dirinya sendiri, hancur dengan sendirinya. Semuanya karena manusia hanya berani hudup dalam kawanan, tanpa bertanya, dan akhirnya, merasa tanpa tujuan, tanpa makna.</span></span></div>
<h3 style="line-height: 1.2; margin-bottom: 0pt; margin-right: -0.45pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span></span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;">Nietzsche menjelaskan tentang nihilisme sebagai kondisi ini dalam tiga tahap: </span></h3>
<div dir="ltr" style="line-height: 1.2; margin-bottom: 0pt; margin-right: -0.45pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;">“[1] when we have sought a “meaning “ in all events that is not there […] being ashamed in front of oneself, as if one had </span><span style="font-size: 12pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">deceived</span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;"> oneself all to long. [2] man has lost the faith in his own value when no infinitely valuable whole works through him; i.e. he conceived such a whole in order </span><span style="font-size: 12pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">to be able to believe in his own value</span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;">. [3] as man find out how thatworld is fabricated solely from psychological needs, and how he has absolutely no right to it, the last form of nihilism come into being: it includes disbelief in any metaphysical world and forbids itself any belief in a </span><span style="font-size: 12pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">true</span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;"> world.”</span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;"> Nihilisme menyelimuti masyarakat </span><span style="font-size: 12pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">kerumunan</span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;"> seperti awan gelap. Orang tak bisa menemukan makna yang sungguh menyentuh dalam kerumunan; ketika tersadar, ia merasa ditipu oleh dirinya sendiri. Orang menyadari bahwa nilai yang absolut itu tak ada; selama ini ia hanya </span><span style="font-size: 12pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">berusaha </span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;">percaya pada nilai yang ia pegang sendiri. Pada akhirnya, orang sadar bahwa semua yang kita anggap realitas, yang kita anggap benar, sebenarnya tak lain dari manifestasi kebutuhan praktis kita; ia kini merasa sakit hati karena telah dibohongi oleh keyakinannya sendiri ketika dulu percaya akan aadnya kebenaran, moralitas dan Tuhan. Oleh karena itu, Nietzche menggembar-gemborkan perlunya suatu upaya “revaluasi semua nilai” (</span><span style="font-size: 12pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">Umwertung aller Werte</span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;">), sebagaimana merupakan subjudul buku </span><span style="font-size: 12pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">Der Wille zur Macht</span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;">. Nilai-nilai lama seperti Tuhan, moralitas, kebenaran mutlak, harus dirombak total. </span></div>
<h3 style="line-height: 1.2; margin-bottom: 0pt; margin-right: -0.45pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span></span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;">Pada titik inilah kita bisa mengerti maksud aforisme </span><span style="font-size: 12pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">The Madman</span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;"> yang kita kutip tadi. </span></h3>
<div dir="ltr" style="line-height: 1.2; margin-bottom: 0pt; margin-right: -0.45pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;">“Tuhan telah mati!! Kebenaran telah mati!!!”. Lalu: “bagaimana jika bumi ini terlepas dari orbitnya? Apakah kita bergerak? Menjauh dari matahari? Menjauh dari segala patron? Apakah kita hanya berputar-putar saja? Mana barat, mana timur? Apakah kita tak menghirup udara kosong? Tidakkah kini terasa dingin? Kenapa hanya ada malam dan malam senantiasa? Tidakkah kita dengan suara bising penggali kubur yang sedang menguburkan Tuhan dengan ocehan gosip yang tolol, dengan sikap </span><span style="font-size: 12pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">letoy</span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;">, sebuah psikopatisme dalam kehidupan sehari-hari—seakan-akan kehidupan ini berjalan baik-baik saja? Mau kemana kita? Celaka, sungguh celaka…” Nietzsche bersorak: “Everything is false! Everything is permitted!”</span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;">. Nihilisme membuat kita hilang tak tentu arah, seperti orang yang hilang di padang tandus. Kita tak lagi punya </span><span style="font-size: 12pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">telos</span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;"> (tujuan), kita bahkan tak bisa tahu dari mana kita, kita terdampar. Maka: </span><span style="font-size: 12pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">dimulailah tragedi, Incipit Tragödia</span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;">. </span></div>
<div dir="ltr" style="line-height: 1.2; margin-bottom: 0pt; margin-right: -0.45pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span></span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;">Kini kita akan melihat arti kedua dari term “nihilisme”, yaitu sebagai laku. Sebagai laku, Nietzsche memaksudkan “nihilisme” sebagai suatu “sikap” dalam menghadapi kondisi nihilistis yang niscaya datang. Nietzsche membagi laku nihilis ini ke dalam dua bentuk: </span><span style="font-size: 12pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">nihilisme pasif </span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;">dan </span><span style="font-size: 12pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">nihilisme aktif</span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;">. Jika dalam menghadapi kondisi nihilitas manusia menyerah ke dalam sikap keputus-asaan, ketakutan, ingin lari dari hidup yang tanpa tujuan ini, maka manusia itu mennjalankan laku nihilisme pasif. Laku ini sangat dibenci oleh Nietzsche, nihilisme pasif adalah sebentuk penyangkalan atas hidup. Satu-satunya cara untuk “melampaui nihilisme” (</span><span style="font-size: 12pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">Überwindung der Nihilismus</span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;">) adalah dengan menjalankan laku nihilisme aktif. Laku ini mengatakan “Ya” pada hidup, dengan kata lain, mengafirmasi seluruh “kekacauan” (</span><span style="font-size: 12pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">khaos</span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;">) hidup ini. Dengan menjalankan laku ini, kita menjadi “manusia tragis”. Tapi perlu dibedakan antara </span><span style="font-size: 12pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">pesimisme </span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;">dan </span><span style="font-size: 12pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">tragisme</span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;">. Pesimisme adalah sikap menolak hidup, ketakutan atas ketidakbertujuan hidup ini. Pesimisme adalah muara sikap nihilisme pasif. Tragedi adalah sesuat yang agung di mata Nietzsche. Dalam </span><span style="font-size: 12pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">Die Geburt der Tragödie</span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;">, ia menulis: “Knowledge kills action; action requires the veils of illusion: that is the doctrine of Hamlet.”</span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;"> Sikap tragis hanya muncul karena ada unsur </span><span style="font-size: 12pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">ketidaktahuan</span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;"> dalam diri kita. Hamlet tak tahu persis apakah yang ia ketahui itu benar atau salah, dan dia tetap berani mengafirmasi kehidupan, melancarkan konfrontasi atas pamannya, walaupun sungguh tahu bahwa hal itu dapat mengakibatkan kematian dirinya; ia mengamini itu semua dan berjuang hingga akhir. Dalam </span><span style="font-size: 12pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">Götzen-Dämmerung</span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;"> (Senjakala Para Dewa), Nietzsche menuliskan bahwa orang sebijak Sokrates pun, pada akhirnya hidupnya, mengakui bahwa hidup itu sia-sia; hal itu terlihat lewat kata-kata terakhirnya: “To live—that means to be a long time sick: I owe a cock to the saviour Asclepius.”</span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;"> Nietzsche melihat dalam kata-kata Sokrates: hidup adalah sesuatu yang sia-sia. Bahkan kalimatnya yang terakhir, bahwa Sokrates berhutang seekor ayam pada Asklepius, menunjukkan betapa remehnya kehidupan itu, sebuah aksiden selintas yang tanpa arti. Jadi, sejak awal, hidup itu sendiri adalah tragedi. Manusia tragis adalah ia yang berkata “Ya”, mengafirmasi, menerima sepenuhnya absurditas kehidupan ini tanpa harapan akan surga dan segala tujuan final yang lain, tanpa menambatkan diri pada kepercayaan akan kebenaran absolut, tanpa takut tersingkir dari kawanan. Manusia tragis adalah manusia yang berani dipeluk oleh kesepian. </span></div>
</span></span><br />
<h4 style="text-align: left;">
<span style="font-size: 10pt; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><span style="font-family: inherit;"><span style="color: red; font-size: 12pt; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span></span><span style="color: red;"><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;">Berkata “Ya” pada hidup, mengafirmasi hidup, menerima sepenuhnya seluruh gejolak alam yang “chaotic”, maka kita akan sampai pada ajaran Nietzsche yang terkenal: </span><span style="font-size: 12pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">kehendak untuk berkuasa</span><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;">.</span></span></span></span></h4>
</div>
<div>
<span style="font-size: 10pt; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></span></div>
<div>
<span style="font-size: 10pt; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></span></div>
<div>
<span style="font-size: 10pt; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;"><span id="docs-internal-guid-4ccac65d-f038-7cf4-c4e9-a161efaa620a"><span style="color: #e69138; font-family: inherit;"><span style="font-size: 10pt; vertical-align: baseline;">Friedrich Nietzsche, </span><span style="font-size: 10pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">The Will to Power </span><span style="font-size: 10pt; vertical-align: baseline;">diterjemahkan oleh RJ Hollingdale</span><span style="font-size: 10pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;"> </span><span style="font-size: 10pt; vertical-align: baseline;">(New York: Vintage Books), 1968, hlm. 272.</span></span></span></span></span></div>
<div>
<span style="font-size: 10pt; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;"><span id="docs-internal-guid-4ccac65d-f038-b797-7afc-db86d054fe85"><span style="color: #e69138; font-family: inherit;"><span style="font-size: 10pt; vertical-align: baseline;">Freidrich Nietzsche, </span><span style="font-size: 10pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">The Gay Science</span><span style="font-size: 10pt; vertical-align: baseline;"> diterjemahkan oleh Walter Kaufmann (New York: Random House), 1994, hlm. 181.</span></span></span></span></span></div>
<div>
<span style="font-size: 10pt; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;"><span id="docs-internal-guid-4ccac65d-f038-e7db-cca1-61cb774d53b9"><span style="color: #e69138; font-family: inherit;"><span style="font-size: 10pt; vertical-align: baseline;">Friedrich Nietzsche, </span><span style="font-size: 10pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">Beyond Good and Evil </span><span style="font-size: 10pt; vertical-align: baseline;">dalam Friedrich Nietzsche, </span><span style="font-size: 10pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">Basic Writing of Nietzsche </span><span style="font-size: 10pt; vertical-align: baseline;">diterjemahkan dan diedit oleh Walter Kaufmann (New York: The Modern Library), 2000, hlm. 209</span></span></span></span></span></div>
<div>
<span style="font-size: 10pt; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;"><span id="docs-internal-guid-4ccac65d-f039-12ea-b575-47c730da4419"><span style="color: #e69138; font-family: inherit;"><span style="font-size: 10pt; vertical-align: baseline;">Friedrich Nietzsche, </span><span style="font-size: 10pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">The Will to Power</span><span style="font-size: 10pt; vertical-align: baseline;">, op.cit. hlm. 288.</span></span></span></span></span></div>
<div>
<span style="color: #e69138; font-family: inherit;"><span style="font-size: 10pt; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Friedrich Nietzsche, </span><span style="font-size: 10pt; font-style: italic; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Beyond Good and Evil </span><span style="font-size: 10pt; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">dalam op.cit. hlm. 201.</span></span></div>
<div>
<span style="font-size: 10pt; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;"><span id="docs-internal-guid-4ccac65d-f039-4ccd-4cb7-451af004572c"><span style="color: #e69138; font-family: inherit;"><span style="font-size: 10pt; vertical-align: baseline;">Oleh karena itu, mungkin bukannya tidak sengaja jika Nietzsche memasukkan tulisan yang kita kutip tadi pada bab pertama yang berjudul </span><span style="font-size: 10pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">On the Prejudices of Philosophers </span><span style="font-size: 10pt; vertical-align: baseline;">(Tentang Prasangka-Prasangka Para Filsuf)</span></span></span></span></span></div>
<div>
<span style="font-size: 10pt; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;"><span id="docs-internal-guid-4ccac65d-f039-69a1-4be0-10459c023267"><span style="color: #e69138; font-family: inherit;"><span style="font-size: 10pt; vertical-align: baseline;">Friedrich Nietzsche, </span><span style="font-size: 10pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">The Gay Science</span><span style="font-size: 10pt; vertical-align: baseline;">, op.cit. hlm. 35</span></span></span></span></span></div>
<div>
<span style="font-size: 10pt; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;"><span id="docs-internal-guid-4ccac65d-f039-86a8-413e-c32abd422c93"><span style="color: #e69138; font-family: inherit;"><span style="font-size: 10pt; vertical-align: baseline;">Friedrich Nietzsche, </span><span style="font-size: 10pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">The Will to Power</span><span style="font-size: 10pt; vertical-align: baseline;">, op.cit. hlm. 278</span></span></span></span></span></div>
<div>
<span style="font-size: 10pt; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;"><span id="docs-internal-guid-4ccac65d-f039-e4b3-c81f-c2ecc66c1b95"><span style="color: #e69138; font-family: inherit;"><span style="font-size: 10pt; vertical-align: baseline;">Ibid. hlm. 148. Dalam buku </span><span style="font-size: 10pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">Genealogy of Moral</span><span style="font-size: 10pt; vertical-align: baseline;">, Nietzsche menunjukkan bahwa perkembangan moralitas selalu terkait dengan kekuasaan. Argumentasi tentang moral ini senada dengan argumentasinya tentang pengetahuan sebagai skematisasi (sebuah upaya penundukkan).</span></span></span></span></span></div>
<div>
<span style="color: #e69138; font-family: inherit;"><span style="font-size: 10pt; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><span style="font-size: 12pt; vertical-align: baseline;"><span id="docs-internal-guid-4ccac65d-f03a-1625-18df-a176420124df"><span style="font-size: 10pt; vertical-align: baseline;">Friedrich Nietzsche, </span><span style="font-size: 10pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">Basic Writing of Nietzsche</span><span style="font-size: 10pt; vertical-align: baseline;">, op.cit. hlm. 212. Dalam sebuah surat kepada kawannya, Franz Overbeck tanggal 8 Januari 1887, Nietzsche menuliskan bahwa Kristianitas dan dekadensi masyarakat Eropa merupakan kesalahan Plato: “And it is all Plato’s fault! He is still Europe’s greatest misfortune!”. Lih. Friedrich Nietzsche, </span><span style="font-size: 10pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">Selected Letters of Friedrich Nietzsche </span></span></span></span><span style="font-size: 10pt; white-space: pre-wrap;">diterjemahkan oleh Christopher Middleton (Indianapolis: Hackett Publishing Company), 1996. hlm. 258</span></span></div>
<div>
<span id="docs-internal-guid-4ccac65d-f03a-9bdd-ae4a-4a4e86302d44"></span><br />
<div dir="ltr" style="line-height: 1.2; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt;">
<span id="docs-internal-guid-4ccac65d-f03a-9bdd-ae4a-4a4e86302d44"><span style="color: #e69138; font-family: inherit;"><span style="font-size: 10pt; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> Friedrich Nietzsche, </span><span style="font-size: 10pt; font-style: italic; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Basic Writings of Nietzsche</span><span style="font-size: 10pt; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">, op.cit. hlm. 220.</span></span></span></div>
<span id="docs-internal-guid-4ccac65d-f03a-9bdd-ae4a-4a4e86302d44">
<div>
<span style="font-size: 10pt; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><span id="docs-internal-guid-4ccac65d-f03a-c240-bded-cd88d31448fa"></span></span><br />
<div dir="ltr" style="line-height: 1.2; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt;">
<span style="font-size: 10pt; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><span id="docs-internal-guid-4ccac65d-f03a-c240-bded-cd88d31448fa"><span style="color: #e69138; font-family: inherit;"><span style="font-size: 10pt; vertical-align: baseline;"> Friedrich Nietzsche, </span><span style="font-size: 10pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">Thus Spake Zarathustra</span><span style="font-size: 10pt; vertical-align: baseline;"> diterjemahkan oleh Thomas Common (London: George Allen & Unwin Ltd), 1967, hlm. 246.</span></span></span></span></div>
<span style="font-size: 10pt; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><span id="docs-internal-guid-4ccac65d-f03a-c240-bded-cd88d31448fa">
<div>
<span style="font-size: 10pt; vertical-align: baseline;"><span id="docs-internal-guid-4ccac65d-f03a-ea02-2402-54d55f38593a"></span></span><br />
<div dir="ltr" style="line-height: 1.2; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt;">
<span style="font-size: 10pt; vertical-align: baseline;"><span id="docs-internal-guid-4ccac65d-f03a-ea02-2402-54d55f38593a"><span style="color: #e69138; font-family: inherit;"><span style="font-size: 10pt; vertical-align: baseline;"> Friedrich Nietzsche, </span><span style="font-size: 10pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">The Will to Power</span><span style="font-size: 10pt; vertical-align: baseline;">, op.cit. hlm. 9. Nietzsche menolak memandang alam semesta sebagai </span><span style="font-size: 10pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">kosmos</span><span style="font-size: 10pt; vertical-align: baseline;"> (tatanan; keteraturan) karena baginya keteraturan merupakan hasil </span><span style="font-size: 10pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">skematisasi</span><span style="font-size: 10pt; vertical-align: baseline;"> manusia demi </span><span style="font-size: 10pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">practical need</span><span style="font-size: 10pt; vertical-align: baseline;"> nya. Bagi Nietzsche, alam semesta ini adalah </span><span style="font-size: 10pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">khaos</span><span style="font-size: 10pt; vertical-align: baseline;"> (kekacauan), gelombang dashyat yang bergolak tanpa akhir (</span><span style="font-size: 10pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">eternal flux of becoming</span><span style="font-size: 10pt; vertical-align: baseline;">). </span></span><span style="color: #e69138; font-family: inherit; font-size: 10pt; line-height: 1.2; vertical-align: baseline;"> Friedrich Nietzsche, </span><span style="color: #e69138; font-family: inherit; font-size: 10pt; font-style: italic; line-height: 1.2; vertical-align: baseline;">Basic Writings of Nietzsche</span><span style="color: #e69138; font-family: inherit; font-size: 10pt; line-height: 1.2; vertical-align: baseline;">, op.cit.</span></span></span></div>
<span style="font-size: 10pt; vertical-align: baseline;"><span id="docs-internal-guid-4ccac65d-f03a-ea02-2402-54d55f38593a">
<div>
<span style="font-size: 10pt; vertical-align: baseline;"><span id="docs-internal-guid-4ccac65d-f03b-1312-34e2-c32e922b6d7f"></span></span><br />
<div>
<span style="font-size: 10pt; vertical-align: baseline;"><span id="docs-internal-guid-4ccac65d-f03b-1312-34e2-c32e922b6d7f"><span style="font-size: 10pt; vertical-align: baseline;"><br /></span></span></span></div>
<span style="font-size: 10pt; vertical-align: baseline;"><span id="docs-internal-guid-4ccac65d-f03b-1312-34e2-c32e922b6d7f">
</span></span></div>
</span></span></div>
</span></span></div>
</span></div>
</div>
Smarttekhno.comhttp://www.blogger.com/profile/15305183533971293605noreply@blogger.com0Indonesia-0.789275 113.92132700000002-31.6684965 72.61273300000002 30.0899465 155.22992100000002tag:blogger.com,1999:blog-4339639335746591040.post-43494032669532738932017-10-04T22:50:00.000+07:002017-10-04T22:50:49.307+07:00METAFISIKA FILSAFAT | MAX STIRNER: PROLEGOMENA MENUJU NIHILISME | SINAU FILSAFAT<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div dir="ltr" style="line-height: 1.2; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
</div>
<h3>
<span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> Sebelum Membaca Max Stirner : Prologemena Menuju Nihilisme </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Sinau Filsafat</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> mengharapkan kalian membaca dahulu Tulisan : <a href="https://sinaufilsafat.blogspot.com/2017/10/metafisika-filsafat-kedatangan.html" target="_blank">Kedatangan Nihilisme Nietzsche</a> dalam postingan sebelumnya, sehingga kalian membaca Metafisika Filsafat ini secara sistematis menurut kami. Harapan kami kalian memahami, dan berdampak positif terhadap cara hidup pembaca, terimakasih.</span></h3>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiVT160IdQLfexs6qC8cnLp2rYCaiM02U-Fy6Pw1ZRB9nPIo3POUhxJKvUBsdgeMO6_OqkePM8S1zzSfVMRvs9yq01NFn4SY7gn2sRZg3n_UlVc6-Zr-e2NSt8SP5-9mIFrBtKU2nM9pQh7/s1600/Max_stiner.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="max_stirner_sinau_filsafat" border="0" data-original-height="405" data-original-width="720" height="356" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiVT160IdQLfexs6qC8cnLp2rYCaiM02U-Fy6Pw1ZRB9nPIo3POUhxJKvUBsdgeMO6_OqkePM8S1zzSfVMRvs9yq01NFn4SY7gn2sRZg3n_UlVc6-Zr-e2NSt8SP5-9mIFrBtKU2nM9pQh7/s640/Max_stiner.jpg" title="" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Max Stirner - <i>Sinau Filsafat</i></td></tr>
</tbody></table>
<div dir="ltr" style="line-height: 1.2; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><br /></span></div>
<div dir="ltr" style="line-height: 1.2; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><br /></span></div>
<div dir="ltr" style="line-height: 1.2; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><span class="Apple-tab-span" style="line-height: 19.2px; white-space: pre;"> </span>Pemikirannya, sebagaimana tertuang dalam bukunya, </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Der Einzige und Sein Eigentum</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">,</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">dapat dikatakan telah mengantisipasi berbagai tema besar dalam filsafat abad berikutnya. Bersama Kierkegaard, Stirner dapat disebut sebagai bapak Eksistensialisme yang menekankan keunikan dan singularitas ego. Mendahului </span><span style="background-color: transparent; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><i>Nietzsche, <span style="color: #0b5394;">Stirner</span></i></span><span style="background-color: transparent; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><span style="color: #0b5394;"> dapat disebut sebagai bapak “Posmodernisme” yang menolak segala bentuk klaim kepastian rasio, segala bentuk ide tentang yang transenden (bahkan ide Kemanusiaan) dan menolak segala bentuk universalisme. Mendahului Bakunin, Stirner juga dapat disebut sebagai bapak Anarkisme yang menolak segala bentuk otoritas yang diimposisikan dari luar (seperti negara)</span></span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">. Bersama Marx, Stirner juga dapat disebut sebagai orang pertama yang menganalisa kontradiksi internal dalam kapitalisme, yang berpikir tentang cita-cita masyarakat tanpa kelas dan yang berpikir tentang revolusi proletariat (walaupun Stirner, setelah melakukan analisa tentang hal ini, menolak segala ide ini). Ia juga mengkritik habis-habisan paham </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><i>Liberalisme dan positivisme hukum</i></span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">. Melihat posisi pemikirannya yang membuka persimpangan jalan bagi tema-tema filsafat abad ke-20, maka sungguh aneh jika ia jarang sekali dibahas dalam sejarah filsafat Modern. </span></div>
<div dir="ltr" style="line-height: 1.2; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span></span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Buku sepanjang 400 halaman itu berlandaskan suatu semangat, yaitu semangat </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><b>nihilis-egois</b></span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">. Ia menggunakan bahasa Jerman dengan penuh kelincahan dan permainan kata-kata dengan menciptakan segudang neologisme (hingga Marx pernah mengkritik kecenderungan “</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-variant: normal; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><i><b>etimologisme</b></i></span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">” pada Stirner). Motif dasar buku itu adalah kritik atas Hegelianisme yang cenderung mengutamakan peran Roh dalam mempersatukan segala sesuatu dalam suatu kesatuan organik yang niscaya. </span></div>
<div dir="ltr" style="line-height: 1.2; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><br /></span></div>
<div dir="ltr" style="line-height: 1.2; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span></span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Ia mempertanyakan berbagai larangan dan ketentuan yang mengharuskan manusia untuk melayani suatu tujuan lain yang dianggap lebih tinggi dari dirinya, seperti Tuhan, Negara, Roh, dsb. Menurutnya, </span><span style="background-color: transparent; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><i><span style="color: #990000;">segala ide-ide yang dianggap agung itu pun memiliki sifat egois</span></i></span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">. Tuhan, Moralitas, Kemanusiaan, semua itu merupakan ide tertinggi yang tak melayani yang lain kecuali dirinya sendiri. </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><b>Tuhan, misalnya, tidak perlu melayani Kebenaran dan Cinta Kasih karena Ia sendirilah Kebenaran dan Cinta Kasih itu, Ia sendirilah ideal sempurna bagi diri-Nya sendiri; maka Ia hanya perlu melayani diri-Nya sendiri.</b></span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> Stirner menulis: “He serves nothing higher and pleases only himself. His cause is—a purely egoistic cause”</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">. Oleh karena itu, ia melawan segala bentuk ajaran yang memandang bahwa manusia mesti melayani suatu Ide tertentu karena Ide itu suci, mulia dan penuh pada dirinya sendiri. Tak ada yang mulia dan bebas dari egoisme, semuanya egois. Maka aku, menurut Stirner, tak perlu mengupayakan suatu tujuan lain yang bukan berasal dari diriku sendiri. Maka:</span></div>
<b id="docs-internal-guid-4ccac65d-e7f3-c3f8-3192-a34b3f1ad207" style="font-weight: normal;"><span style="color: #0b5394;"><br /></span></b>
<div dir="ltr" style="line-height: 1.2; margin-bottom: 0pt; margin-left: 36pt; margin-right: 35.55pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="color: #0b5394;"><span style="background-color: transparent; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Away with every cause which is not wholly and entirely my cause! Do you think that my cause must at least be “the good cause”? Good and evil indeed! I am my own cause, and I am neither good nor evil… My cause is neither the divine nor the human, it is not the true, the good, the just, or the free cause, but simply </span><span style="background-color: transparent; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">mine</span><span style="background-color: transparent; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">, and it is not anything general, for it is—</span><span style="background-color: transparent; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">unique</span><span style="background-color: transparent; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">, as I am unique. Nothing more to me than myself!</span></span></div>
<b style="font-weight: normal;"><br /></b>
<div dir="ltr" style="line-height: 1.2; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Melalui kutipan tersebut kita telah melihat bahwa Stirner menekankan sifat “unik” dari individu dan bukan sifat umum dari individu (misalnya kesamaan di hadapan hukum dan negara). Terlihat pula bahwa ia mengkritik Subyek universal Hegelian (dan </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Gattung </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">alias “Bangsa-Manusia” Feuerbachean). </span></div>
<div dir="ltr" style="line-height: 1.2; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><br /></span></div>
<div dir="ltr" style="line-height: 1.2; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span></span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Stirner juga menolak segala bentuk transendensi (entah itu Tuhan, Kebenaran Sejati, Hukum Moral, dsb). Sang egois alias sang individu dalam pandangannya bukanlah sesuatu yang transenden, bukanlah Sang Manusia yang bermartabat dan adiluhung. “I am neither God, nor Man, nor the Supreme Being, nor my Essential Being”, tulis Stirner</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">. Ia juga dapat disebut sebagai anti-Humanis pertama (mendahului Nietzsche dan Heidegger). Nilai-nilai transenden seperti Kemanusiaan yang adil dan beradab, Hukum Moral (seperti dalam Proudhon), Sang Manusia (dalam Feuerbach), adalah berbagai bentuk manifestasi dari filsafat Roh yang ingin mematuhkan individu dan meleburnya ke dalam kesatuan kolektif yang abstrak. Bersamaan dengan itu ia juga menolak hierarki karena “hierarchy is the dominion of thoughts, the dominion of Spirit”</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">.</span></div>
<div dir="ltr" style="line-height: 1.2; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><br /></span></div>
<div dir="ltr" style="line-height: 1.2; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span></span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Menurutnya sejarah dunia tersusun dalam tiga fase. Pertama, era “Negroid”dengan budaya Mesir dan Afrika utara dimana proses abstraksi atas realitas Ilahiah baru dimulai. Kedua, era “Mongoloid” (dalam pandangannya sesuai dengan nilai-nilai Kristiani) yang mengutamakan kesatuan absolut antara dunia dan surga demi mencipta suatu “culture-heaven” berdasarkan proses abstraksi yang merengkuh segala-galanya. Hegel, dalam pandangan Stirner, merupakan puncak dari zaman ini (yang telah didahului oleh Martin Luther dan Descartes yang mengutamakan suatu fakultas abstrak—iman/rasio—yang mengaburkan realitas konkret). Ketiga, era “Kaukasian” yang sedang akan datang (dimana yang berjaya adalah para egois). Menurutnya, proses ini merupakan keniscayaan historis. “Mongolisme” akan tumbang dan mencapai era Kaukasian karena manusia sadar bahwa Roh, Keutamaan Moral, dan segala bentuk ideal, adalah ciptaannya sendiri sehingga manusia, yang kini telah sadar dan menjadi egois, lalu mendeklarasikan: “Akulah sang pemilik [</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">proprietor</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">]</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">dunia benda-benda, dan akulah sang pemilik dunia Roh.”</span></div>
<div dir="ltr" style="line-height: 1.2; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><br /></span></div>
<div dir="ltr" style="line-height: 1.2; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span></span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Liberalisme yang seakan membela individu dan memberikan kebebasan pada individu, bagi Stirner, sebenarnya merupakan muslihat tengik. Segala individu setara di hadapan hukum—apa ini kalau bukan generalisasi dan skematisasi terhadap keunikan diriku? Kebebasan sipil, Stirner menulis, “does not signify </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">my</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> liberty, but the liberty of a power which rules and coerces me… </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">its </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">liberty is </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">my </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">slavery”</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">. Maka baginya Revolusi Perancis cuma menumbangkan rezim dan membebaskan “warga negara”, namun tidak membebaskan “individu”. Dalam bab </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Der sociale Liberalismus</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">, Stirner menganalisa tentang kemungkinan tatanan masyarakat sosialis dunia. Baginya, terdapat kontradiksi internal dalam kapitalisme, yaitu kesetaraan manusia yang digembar-gemborkan secara teoritis dan sekaligus ketidaksetaran yang aktual dalam hal kepemilikian real</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">. Hal ini akan mengarah pada destruksi negara kapitalis oleh kaum sosialis dan melahirkan suatu tatanan masyarakat tanpa hak milik pribadi dimana semua kepemilikan diatur oleh “Masyarakat” (</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Society</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">)</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">. Namun hal ini, menurut Stirner, akan mengarah juga kepada tatanan pemimpin (“Masyarakat”) versus budak (individu). Stirner, oleh karenanya, menolak ide kaum sosialis. Sebab baginya individu mesti bebas dan memiliki sifat-sifatnya sendiri tanpa berbagai proses birokratisasi.</span></div>
<div dir="ltr" style="line-height: 1.2; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><br /></span></div>
<div dir="ltr" style="line-height: 1.2; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span></span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Stirner mengkritik pandangan tentang manusia sebagai “makhluk rasional” (</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">animal rationale</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">). Baginya segala bentuk labelisasi yang diterakan pada individu merupakan suatu ketakmungkinan. Mengapa bisa begitu? Ia menulis: “For </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">I</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">, from whom I start, am not a thought, nor does my essence consist in thinking. Against me, the unnameable, the realm of concepts, thought, and Spirit is shattered.”</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> Esensi ego tidak terletak pada sifat rasionalnya. Individu tak pernah dapat dipahami, tak ternamai, tak terrengkuh segala konsep dan Roh. Ketika individu mulai mengalami keterjebakan pada kepemilikannya (misalnya kepemilikan atas fakultas rasio), ia dapat meninggalkannya atau menghancurkannya sebelum hal itu terkristalisasi menjadi suatu prinsip yang mengatur ego. “In order to secure my property, therefore I continuously take it back into myself, annihilate its every movement towards independence, and swallow it before it can crystallize itself into any kind of established principle.”, tulis Stirner</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">. Dengan demikian individu dalam artian Stirner bukanlah suatu individu yang stabil dan statis melainkan individu yang terus bergerak terus berubah mengafirmasi dan menegasi dirinya sendiri seturut kehendak hatinya sendiri. “</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">I </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">start by presupposing myself”, demikian Stirner, “a presupposition which I exist by consuming, for as The Unique One I repudiate the dualism of a presupposing and a presupposed self… rather, I </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">posit</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> myself or </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">create </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">myself, existing only in the act of positing myself moment-by-moment, as creator and creature in one.”</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> Maka individu selalu menciptakan dirinya dengan mengubah, mengafirmasi dan menegasi dirinya sendiri.</span></div>
<div dir="ltr" style="line-height: 1.2; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><br /></span></div>
<div dir="ltr" style="line-height: 1.2; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span></span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Dengan menekankan sifat ketidak-konsistenan dari individu, </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><i>Stirner jelas menolak paham Humanisme yang mengakui kualitas-kualitas luhur yang inheren dalam diri manusia.</i></span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> Baginya, “the religion of Humanity is only the last metamorphoses of Christian religion”</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> Humanisme, dan/atau Kristianisme, adalah suatu bentuk keterasingan individu ke dalam kesatuan kolektif. Jika demikian, bagaimana sang egois berrelasi dengan orang lain? Ia, menurut Stirner, memiliki relasi dengan yang lain tidak sebagai sesama manusia melainkan sebagai yang masing-masing unik, suatu relasi antara Aku dan Engkau (</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">I-Thou</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">)</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">. Lantas apakah ego ini adalah suatu bentuk prinsip metafisis yang merengkuh segala sesuatu? Tidak. Stirner menulis, “it is not so much that ego </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">is </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">all, as that the ego </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">destroys</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> all, and that only the self-dissolving ego, the never-being ego, the </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">finite</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> ego—is really me.”</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> Maka jelas bahwa ego, individu, bukanlah suatu prinsip metafisis yang merengkuh seluruh realitas melainkan justru sebaliknya. Ego itu terbatas, fana, dapat mati, dan bangga dengan kefanaannya, dengan kerapuhannya (lemah tapi pongah). Yang menarik lagi adalah bahwa Stirner menekankan aspek “ke-belum-an” dari ego itu sendiri, </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">never-being ego</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">, ego selalu </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">belum</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">, ego selalu tak mencapai kepenuhan. Maka bagi Stirner, hanya “transitory ego” inilah yang nyata; “umat manusia” hanyalah fiksi yang dirajut dengan berbagai konsep yang wah</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">. Stirner menyebut ego sebagai “Yang Unik” (</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Der Einzige</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">) persis karena ego itu dapat mati, dapat berubah, dapat hancur, dan tak tergantikan.</span></div>
<div dir="ltr" style="line-height: 1.2; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><br /></span></div>
<div dir="ltr" style="line-height: 1.2; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span></span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Pandangan mengenai sifat ke-belum-an dari ego ini memungkinkan Stirner untuk memandang individu sebagai yang dapat berkontradiksi dengan dirinya sendiri. Ia tak sepenuhnya stabil, mantap, puas diri. “Wretched stability!”, kutuk Stirner</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">. Oleh karena itu, ia juga menolak peran negara dalam masyarakat. “The State does not let individuals </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">play </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">as freely as possible […] but </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">I </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">am free in no State […] Get out of my sunlight”</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">. Dengan kalimat ini Stirner telah menggemakan pekik perjuangan kaum anarkis. Negara hanya menggunakan aku, melakukan birokratisasi atas diri dan sifat-sifatku, dengan berulangkali menekankan di berbagai media bahwa “I am “worthless” in myself”</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">. Egoisme Stirner jelas terkait dengan “kehendak”, sang ego adalah ego yang menghendaki, “what I want, I must have”, tulis Stirner, dan bahwa ego yang menghendaki adalah juga ego yang memutuskan: “Here egoism, self-seeking, must decide.”</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> Dan kehendak, sebagaimana dalam Nietzsche, adalah kehendak yang terus menghendaki secara lebih. “I see nothing”, demikian Stirner, “but a multiplication of my power and which I preserve only so long as it remains </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">my </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">multiplied power.”</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> Dengan kata lain, preservasi kehendak adalah peningkatan kehendak, pengakumulasian “kekuasaan” (</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">power</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">) yang lebih besar. Ia menulis (kita barangkali akan teringat Nietzsche), “power is only a simpler word for the manifestation of power”</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">.</span></div>
<div dir="ltr" style="line-height: 1.2; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><br /></span></div>
<div dir="ltr" style="line-height: 1.2; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span></span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Sekilas Stirner memang nampak seperti seorang pragmatis-utilitarianistik. Namun ia lebih dari sekedar itu, ia tidak “setengah-setengah” (dalam arti melakukan perhitungan, misalnya dengan birokratisasi, agar kenikmatan bisa meningkat), ia juga tidak peduli dengan kegunaan praktis. Lihatlah kata-katanya: “enjoyment of life means using life up”</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">. Maka dapat dikatakan bahwa </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">self-enjoyment is a self-destruction</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">, bahwa penikmatan diri adalah penghancuran diri. Saya bisa menikmati diri saya dengan “menghancurkan” diri saya, dengan menggunakan daya hidupku habis-habisan.</span></div>
<div dir="ltr" style="line-height: 1.2; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><br /></span></div>
<div dir="ltr" style="line-height: 1.2; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span></span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Bagi Stirner, pikiran, yang biasanya disebut sebagai mahkota kesadaran dan sesuatu yang membuat manusia berdiri di puncak ciptaan, adalah sekedar salah-satu bentuk manifestasi kehendak. “Absolute thought”, tulis Stirner, “is nothing but that thinking which forgets that it is </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">my </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">thinking… that it only exists through </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">me</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">… that it is only my judgement, which I can at any moment </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">change</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">, i.e. annihilate, take back into myself, and consume.”</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> Lebih jauh lagi, Kebenaran hanyalah sekedar hasil pikiran. Stirner menulis, “Truths are men’s thought, expressed in words and therefore just as extant as other things”, dan bahwa kebenaran hanyalah “</span><span style="background-color: transparent; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><span style="color: #38761d;">phrases, forms of speech, words—when brought into connection or into an articulate series, forming logic, science, or philosophy</span></span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">” tapi selalu “nothing but words” dan bahwa “</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">the Truth</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> itself is dead, a corpse; it is alive only in the same way as my lungs are alive—as the measure of my vitality”</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">. Maka, bagi Stirner, pemikiran hanyalah sekedar parodi yang “bisa kau buang ketika sifat humornya sudah habis”</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">. </span></div>
<div dir="ltr" style="line-height: 1.2; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><br /></span></div>
<div dir="ltr" style="line-height: 1.2; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span></span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Ketika buku tersebut diterbitkan, yaitu pada tahun 1844, kaum intelektual Jerman segera memberikan reaksi yang keras. Szeliga dan Feuerbach mengkritik buku tersebut melalui jurnal ilmiah. Moses Hess, yang telah berkonsultasi terlebih dahulu dengan Marx dan Engels, menuliskan suatu pamflet berjudul “Filsuf-Filsuf Terakhir” yang mengkritik buku itu. Pada tahun 1845 Stirner membalas mereka dengan mengklarifikasi bahwa, sebagai konsep, “Yang Unik (</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Der Einzige</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">) tak memiliki isi” (dalam arti tertentu, ia bukan konsep sama sekali) karena “bersamanya segala evolusi konseptual mencapai akhirnya” (dalam arti tertentu, ia menandai akhir dan batas segala konseptualisasi)</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">. Mari kita kutip lebih panjang:</span></div>
<b style="font-weight: normal;"><br /></b>
<div dir="ltr" style="line-height: 1.2; margin-bottom: 0pt; margin-left: 36pt; margin-right: 35.55pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Someone who calls you Ludwig does not mean any old Ludwig, but </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">you</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">, for whom he lacks a word. What Stirner </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">says</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> is a word, a thought, a concept; what he </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">means</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> is no word, no thought, no concept. What he says is not what he means, and what he means cannot be said. […] Thus you are without predicates, as you are without determination, without vocation, and without laws.</span></div>
<b style="font-weight: normal;"><br /></b>
<div dir="ltr" style="line-height: 1.2; margin-bottom: 0pt; margin-right: -0.45pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Dengan demikian, Stirner menekankan sifat keunikan, singularitas, yang tak terbahasakan dalam bentuk apapun, yang tak terrengkuh oleh konsep seketat apapun, dari individu. Maka sebenarnya Stirner melawan segala bentuk “kepenuhan makna” dalam bentuk apapun (bahkan dalam bentuk ego, karena Stirner memandang ego sebagai sesuatu yang terus berubah berkontradiksi dan dapat menghancurkan diri). Yang ia lawan bukanlah cinta atau pikiran ataupun sosialisme; Stirner menulis, “not against love but against holy-love, not against thought but against sacred thought, not against the socialist but against the devout socialist.”</span></div>
<div dir="ltr" style="line-height: 1.2; margin-bottom: 0pt; margin-right: -0.45pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><br /></span></div>
<div dir="ltr" style="line-height: 1.2; margin-bottom: 0pt; margin-right: -0.45pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span></span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Jika Stirner kita bandingkan dengan Nietzsche, maka setidaknya kita akan melihat lima jenis persamaan gagasan: pertama, pro-kefanaan dan anti segala bentuk ide tentang yang transenden; kedua, anti-moral; ketiga, anti-otoritas; keempat; penekanan pada penegasan-diri; kelima, penekanan pada kehendak</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">. Walaupun Nietzsche tak pernah membaca buku Stirner, Karl Löwith mencatat bahwa “Stirner has often been compared with Nietzsche, to the point of asserting that Stirner was the “intellectual arsenal” from which Nietzsche derived his weapons.”</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> Meski demikian terdapat setidaknya tiga jenis perbedaan di antara keduanya. Pertama, Stirner tak berupaya melakukan revaluasi atas nilai-nilai yang dekaden. Kedua, Nietzsche masih mengakui perbedaan esensial dari jenis manusia pemimpin dan budak sementara Stirner menolak membandingkan manusia satu sama lain karena setiap manusia tak terbandingkan dan tak terskematisasi. Ketiga, manusia Stirnerian adalah </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Un-Mensch </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">(“sang non-manusia”, karena “manusia” adalah konsep umum) dan bukan </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Übermensch </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">yang hampir memiliki status transenden dalam pemikiran Nietzsche. Stirner menulis, seakan seperti mengejek Nietzsche, tentang Yang Unik itu: “I have no </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">vocation</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> and follow none, not even that of becoming Superman. […] By the side of Man there always stands the Unman, the solitary one, the egoist… invincible Devil”</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">.</span></div>
<div dir="ltr" style="line-height: 1.2; margin-bottom: 0pt; margin-right: -0.45pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><br /></span></div>
<div dir="ltr" style="line-height: 1.2; margin-bottom: 0pt; margin-right: -0.45pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><br /></span></div>
<div dir="ltr" style="line-height: 1.2; margin-bottom: 0pt; margin-right: -0.45pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><span id="docs-internal-guid-4ccac65d-e806-1ada-0e86-9334f16de11d"><span style="font-size: 10pt; vertical-align: baseline;"> Max Stirner, </span><span style="font-size: 10pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">Der Einzige und Sein Eigenthum</span><span style="font-size: 10pt; vertical-align: baseline;"> dalam RWK Paterson, </span><span style="font-size: 10pt; font-style: italic; vertical-align: baseline;">The Nihilist-Egoist: Max Stirner </span><span style="font-size: 10pt; vertical-align: baseline;">(Oxford: Oxford University Press), 1971, hlm. 65</span></span></span></div>
<br />
<div dir="ltr" style="line-height: 1.2; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span></span></div>
<div>
<br /></div>
</div>
Smarttekhno.comhttp://www.blogger.com/profile/15305183533971293605noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4339639335746591040.post-34782209410543077912017-10-04T11:36:00.000+07:002017-10-04T11:36:01.568+07:00Metafisika Filsafat | Kedatangan Nihilisme Nietzsche | Sinau Filsafat<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><span style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><a href="https://sinaufilsafat.blogspot.com/2017/10/pengantar-metafisika-dalam-filsafat-apa.html" target="_blank"><img alt="aliran-nihilisme" border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEibgu6XoGCM1Nzf0cjOZ78XPxQ69Ms0D1lMmWbt8Z31H1fJzFMoUePvsC7zEkY6M5i7y5N6mO8blQwV2p0TWzEBnn6oDadG1d6-ujt3E7Ag2kUiAICpdOg2VzZ2XXOVqdXtHwdSaLh04DBM/s320/nihihlism.jpg" title="" width="225" /></a></span></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><a href="https://sinaufilsafat.blogspot.com/2017/10/pengantar-metafisika-dalam-filsafat-apa.html" target="_blank">Nihilism</a></td></tr>
</tbody></table>
<h3 style="text-align: justify;">
<span style="font-weight: normal;"><span style="font-size: small;"><i>Sejarah
metafisika</i> mengejawantah dalam era Modern dan bergerak menuju puncak
kepenuhannya pada Hegel dimana dikotomi subyek x obyek, pemikiran x <st1:place w:st="on">Ada</st1:place>, partikularitas x universalitas,
dipersatukan dalam suatu kesatuan absolut. Kesatuan organik antara segala hal
yang bertentangan ini terwujud dalam <i>Roh Absolut</i> yang telah mengejawantah pada
tataran pikiran murni, perkembangan alam semesta dan sejarah peradaban. Dengan
demikian, segala-galanya telah diterangi dalam suatu kepastian yang niscaya;
tak ada lagi tempat bagi yang tak terpahami, tak ada lagi tempat bagi tragedi. </span></span></h3>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: #b45f06;"> Sebelum membaca </span><span style="color: #b45f06; text-align: left;">Kedatangan Nihilisme <i>Sinau Filsafat</i> menyarankan untuk membaca lebih dahulu Tulisan : </span><span style="text-align: left;"><span style="color: #073763;"><a href="https://sinaufilsafat.blogspot.com/2017/10/pengantar-metafisika-dalam-filsafat-apa.html" target="_blank">Pengantar Metafisika Dalam Filsafat | Apa itu Metafisika?</a></span><span style="color: #b45f06;"> </span></span></div>
<div>
<span style="text-align: left;"><span style="color: #b45f06;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Tiga
belas tahun setelah kematian Hegel di tahun 1831, yaitu tahun 1844, terbitlah
sebuah buku yang menggemparkan masanya. Penulisnya adalah seorang Hegelian
Muda. Bukunya itu terbit setahun sebelum <i>Die
Heilige Familie </i>nya Marx terbit, setahun sebelum <i>Das Wesen des Christentums </i>nya Feuerbach terbit, juga bersamaan
dengan terbitnya buku-buku pertama Kierkegaard. Pada tahun ketika buku itu
terbit, lahirlah <i><span style="color: #3d85c6;">Friedrich Nietzsche</span></i>. Dalam buku itu, penulisnya melakukan kritik
habis-habisan atas filsafat Hegelian, moralitas Kristiani, masyarakat
kapitalis, tirani negara, humanisme dan pandangan ketuhanan. Buku itu berjudul <i>Der Einzige und Sein Eigentum</i> (Individu
dan Miliknya). Sang penulis itu bernama Max Stirner (1806-1856).<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Stirner
melancarkan kritik atas Hegel dengan membalikkan oposisi hierarkis dalam Hegel.
Namun ia telah terlebih dahulu membaca Hegel secara <i>tertentu</i>, maksudnya, menitikberatkan sisi-sisi tertentu dari
filsafat Hegel (seperti universalitas, keteraturan dan spiritualitas).
Berdasarkan pembacaan yang tertentu inilah, ia memprioritaskan sisi-sisi yang
ia anggap disubordinasikan dalam pemikiran Hegel seperti partikularitas,
ketiadaan tatanan dan realitas individual.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Dua
puluh delapan tahun setelah buku itu terbit, Nietzsche menerbitkan bukunya yang
pertama, <i><span style="color: #0c343d;">Die Geburt der Tragödie</span> </i>(Lahirnya
Tragedi). Perlahan-lahan Nietzsche menjadi terkenal sebagai pemikir yang
mengumandangkan kedatangan nihilisme. Ia melakukan kritik (seperti sudah
didahului oleh Stirner) terhadap moralitas Kristiani, ide tentang Tuhan dan
kebenaran. Ia menunjukkan bahwa nihilisme merupakan suatu keniscayaan historis
yang akan muncul dari peradaban manusia yang masih terjebak dalam metafisika. Nietzsche
yang dibahas di sini adalah <span style="color: #0b5394;">Nietzsche</span> sebagaimana dipahami secara umum. Ia
berupaya mengatasi nihilisme dengan melakukan pembalikan atas oposisi hierarkis
metafisika. Ia lebih memprioritaskan tubuh ketimbang jiwa, kekacauan ketimbang
tatanan, irasionalitas kehendak ketimbang rasionalitas nalar, sirkularitas
ketimbang teleologi.<o:p></o:p></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Pada
bagian ini kita akan melihat bagaimana kedatangan nihilisme itu terjadi.
Pertama, kita akan melihat bagaimana pemikiran Max Stirner (yang jarang kita
sebut ketika kita membicarakan Nietzsche) ternyata telah mengantisipasi
gagasan-gagasan <i>Nietzsche</i> dan melakukan pembalikan atas hierarki oposisional
Hegelian. Kedua, kita akan menguraikan pemikiran <i>Nietzsche</i> dari perspektif umum
dalam kaitannya dengan pembalikan hierarki oposisinal metafisika secara umum.</div>
</div>
Smarttekhno.comhttp://www.blogger.com/profile/15305183533971293605noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4339639335746591040.post-82759522228000503122017-10-04T11:04:00.000+07:002017-10-04T11:04:07.651+07:00Pengantar Metafisika Dalam Filsafat | Apa itu Metafisika? | Sinau Filsafat<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> </span><span style="background-color: transparent; color: #1c4587; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 700; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Apa itu metafisika?</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 700; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Dari segi etimologi, ilmu “metafisika” umumnya didefinisikan sebagai </span><span style="color: blue;"><span style="background-color: transparent; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang “melampaui” (</span><span style="background-color: transparent; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">meta</span><span style="background-color: transparent; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">) “hal-hal fisik” (</span><span style="background-color: transparent; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">physika</span><span style="background-color: transparent; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">)</span></span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">. Sejarah filsafat mengisahkan bahwa metafisika adalah “filsafat pertama” (</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">philosophia prōtē</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">). Metafisika muncul sebagai respons manusia terhadap bentangan alam dunia. Pada momen tertentu dari keterlemparannya di dunia, manusia bertanya-tanya akan alasan keberadaannya dan makna dunia ini. Uniknya, pada detik ketika manusia bertanya tentang </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">alasan</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">, ia sesungguhnya telah bertanya tentang </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">dasar</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">, tentang </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">alas</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">, yang melandasi bentangan dunia dan dirinya. Para filsuf Antik menyebut dasar azali itu sebagai “Ada” (</span><span style="background-color: transparent; color: #1155cc; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">ontos</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">). Para </span><span style="background-color: transparent; color: #1155cc; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">teolog</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> nantinya akan menyebut itu dasar azali sebagai “Tuhan” (</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">theos</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">). Dengan kata lain, sejak awal kelahirannya, filsafat telah memandang “Ada” sebagai “dasar” yang melandasi seluruh bentangan semesta ini.</span><a href="http://sinaufilsafat.blogspot.com/" target="_blank"><img alt="Makalah-metafisika-filsafat" height="356" src="https://lh4.googleusercontent.com/KUwQPm2sfsFobcaKfBJHbBRCVlQTHJ2Zh6oYwdOzWq4mkKYVm2mDhKO8CQ5QbJRM2UYr7U1EQlo3RoetS22Rnyy0r_EfLj8apZhLejyAqMKnoXfwoH8AFccm6oX4XEs3bzSGiy80" style="border: none; transform: rotate(0rad);" title="" width="640" /></a></div>
<div dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> Pandangan ini terlihat jelas dalam manuskrip Aristoteles yang berjudul </span><span style="background-color: transparent; color: #1155cc; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Metaphysika</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">. Di sana ia menulis tentang “ilmu” yang mempelajari “tentang Ada sebagai Ada dan tentang apa arti ‘ada’”</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">[1]</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">. Ilmu yang ia maksudkan itu nantinya disebut sebagai “metafisika”. Dari kutipan tersebut telah terlihat bahwa Aristoteles membedakan </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Ada</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> dari </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">ada</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">; yang kedua berada dengan berlandaskan pada yang pertama. Dengan kata lain, bertolak dari pertanyaan tentang </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">alasan</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> dari segala sesuatu, para </span><span style="background-color: transparent; color: #1155cc; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">filsuf</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> telah membagi dua dunia, yaitu dunia penampakan (ranah </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">ada</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">) dan dunia Kesejatian (ranah </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Ada</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">). Dan metafisika adalah ilmu yang mempelajari </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Ada</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> itu sendiri. Dengan demikian, metafisika selalu berdasar pada doktrin dua dunia.</span></div>
<div dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Kita tak akan masuk ke penjelasan mendetil tentang pemerian kualitas-kualitas dari kedua dunia itu (misalnya tentang permanensi dan perubahan). Apa yang menarik perhatian kita adalah </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">pembagian</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> itu sendiri. Para </span><span style="background-color: transparent; color: #1155cc; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">metafisikawan</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> melakukan pembagian dua dunia dengan menerakan sifat-sifat yang bertentangan. Dengan kata lain, sejak mula metafisika telah berproses dengan skema logika oposisional. Jika kita mengecek sejarah filsafat Yunani Kuno, kita akan menemukan “artefak-artefak” skema logika oposisional ini. Dengan mengatakan bahwa </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">air</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> merupakan “prinsip dasar” (</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">arkhē</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">) dari semesta raya ini, Thales sesungguhnya telah menggunakan skema logika oposisional ini, yaitu dengan membagi dan memperlawankan secara logis </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">dasar</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> dan sesuatu </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">yang didasari</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">. Hal ini juga nampak jelas pada Anaksimander ketika ia mengatakan bahwa alam semesta tercipta dari oposisi antara panas dan dingin yang keluar dari rahim </span><span style="background-color: transparent; color: #1155cc; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">to Apeiron</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> (yang Tak-Terbatas)</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">[2]</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">. Ketika Anaksimenes mengatakan bahwa </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">arkhē</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> dari realitas adalah “udara” karena dalam “udara” terjadi aktivitas “pemadatan” (</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">puknotēs</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">) dan “pengenceran” (</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">manotēs</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">)</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">[3]</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">, ia sebenarnya telah mematuhi </span><span style="background-color: transparent; color: #1155cc; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">skema logika oposisional </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">ini, yaitu dengan memandang realitas sebagai hasil aktivitas oposisi pemadatan-pengenceran. Pada Pitagoras, skema logika ini nampak jelas dalam pandangannya bahwa angka diatur oleh </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">sepasang</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> prinsip yang oposisional, yaitu prinsip </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Monad</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> (prinsip kesatuan; ganjil) dan </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Dyad</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> (prinsip keduaan; genap). Begitu pula dalam filsafat Empedokles yang memandang bahwa sejarah digerakkan oleh kontradiksi oposisional antara “cinta” (</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">philōtes</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">) dan “benci” (</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">nēikos</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">). Dalam sejarah metafisika, skema logika oposisional ini tetap menjadi pisau analisa utama. Skema logika ini telah begitu menyatu dengan metafisika itu sendiri.</span></div>
<div dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Namun kita dapat bertanya lebih lanjut: darimana muncul skema logika semacam itu? Atau, jika kita buat pertanyaannya lebih </span><span style="background-color: transparent; color: #1155cc; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">filosofis</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">, apa </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">syarat kemungkinan</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> dari skema logika itu? Skema logika itu muncul dari </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">organisasi atas perbedaan</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">. Dengan kata lain, pengandaian utama skema logika itu adalah asumsi bahwa perbedaan dapat diorganisasikan ke dalam blok-blok atau dikristalkan ke dalam kutub-kutub yang bertentangan secara diametral. Metafisika selalu berangkat dari suatu asumsi tertentu tentang perbedaan, atau lebih tepatnya, dari asumsi bahwa perbedaan dapat diorganisasikan ke dalam pasangan-pasangan oposisi yang stabil. Itulah sebabnya Hegel, pada awal abad ke-19, dapat merumuskan dialektika. Tanpa keterorganisasian perbedaan, tak akan ada dialektika. Itulah sebabnya Hegel dapat menempatkan Oposisi sebagai puncak sintesa dari antitesis Perbedaan dan Varietas dan berkata bahwa “Dalam Oposisi, […] Perbedaan telah disempurnakan.”</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">[4]</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> Jadi metafisika bertolak dari suatu penafsiran tertentu atas perbedaan.</span></div>
<div dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Lantas apa yang dicari oleh metafisika? Telah kita lihat bahwa metafisika berupaya mencari </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">arkhē</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> atau “prinsip dasar”. Dengan kata lain, metafisika berupaya mencari </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">pendasaran</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> atas segala sesuatu. Dan bertanya tentang “</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">prinsip dasar</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">” sama dengan bertanya tentang sesuatu yang </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">mendasari</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> sesuatu, mengenai sesuatu yang </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">menyebabkan</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> sesuatu, mengenai sesuatu yang </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">memungkinkan</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> sesuatu. Kita pun tahu, </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">arkhē</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> tak hanya berarti “asal-usul” namun juga “prinsip yang mengatur” dan sekaligus “prinsip antisipatif atas suatu tujuan tertentu”. Pertanyaan akan </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">arkhē</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> adalah pertanyaan tentang apa/siapa yang mendahului apa/siapa, tentang apa/siapa yang lebih tua dari apa/siapa, tentang apa/siapa yang menguasai apa/siapa. Oleh karena itu, dengan bertanya tentang </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">arkhē</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">, metafisika sebenarnya juga berupaya mencari penjelasan tentang </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">asal</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> dan </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">tujuan</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> segala sesuatu. Dan pertanyaan tentang asal dan tujuan segala sesuatu selalu terkait dengan </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">identitas</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> dari sang manusia yang bertanya. Dengan mengetahui asal dan tujuan kita, maka kita akan mengetahui identitas kita. Maka, jika mau dirumuskan, </span><span style="background-color: transparent; color: #1155cc; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">metafisika adalah</span><span style="background-color: transparent; color: #1155cc; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> organisasi atas perbedaan ke dalam skema oposisional agar mencapai pengertian tentang dasar, asal-tujuan dan identitas</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">.</span></div>
<div dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Dalam tulisan ini, kita akan membahas upaya para filsuf dalam melancarkan kritik atas metafisika, dalam melancarkan apa yang disebut-sebut sebagai “pelampauan atas metafisika”. Kita tidak akan membahas kontribusi tradisi filsafat Analitik dalam upaya pelampauan atas metafisika walaupun “para filsuf linguistik” Lingkaran Wina dan mazhab </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">ordinary language </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">juga turut melancarkan kritik atas metafisika. Kita akan membatasi lingkup analisa tulisan ini dalam konteks tradisi filsafat Kontinental.</span></div>
<div dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 700; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Pada Bab I</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">, kita akan melihat tiga upaya yang telah dilakukan untuk “melampaui” metafisika: “pembalikan” </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">a la</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> Nietzsche (sebagaimana pembacaan standar atasnya), “tegangan” </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">a la</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> Heidegger dan “pemutusan” </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">a la </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Levinas. </span><span style="background-color: transparent; color: #1155cc; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Nietzsche</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> (sebagaimana dibaca oleh </span><span style="background-color: transparent; color: #1c4587; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Heidegger</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">) berupaya melampaui metafisika dengan melakukan pembalikan atas hierarki oposisi dalam metafisika, misalnya: dengan mengutamakan tubuh ketimbang jiwa dan kekacauan ketimbang ketertiban. Heidegger berupaya mengatasi ekses negatif metafisika dengan menekankan aspek tegangan antara ketersingkapan (</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">alētheia</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">)</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">dan ketersembunyian (</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">lēthe</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">)</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Ada. Levinas berupaya melampaui metafisika dengan memutuskan hubungan dari metafisika melalui teori etika tentang Yang-Lain yang sepenuhnya transenden melampaui segala konseptualisasi logika. Ketiga model itu tetap tak bisa melampaui metafisika.</span></div>
<div dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 700; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Pada Bab II</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">, kita akan melihat upaya </span><span style="background-color: transparent; color: #1155cc; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Derrida</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">, dalam pelbagai aspek gagasannya, untuk menghadapi problem metafisika ini. Bab ini juga berperan sebagai pengantar komprehensif atas filsafat Derrida. Melalui dekonstruksi, Derrida berupaya </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">menunda</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> metafisika dengan meradikalkan model tegangan </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">a la</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> Heidegger. Hal ini berkisar pada wacananya tentang kontaminasi. Melalui wacana ini, Derrida mengupayakan suatu “closure of metaphysics” yang bukan merupakan “end of metaphysics”. Inilah sebabnya kita mesti berhati-hati untuk tidak menyamakan filsafat Derrida dengan Posmodernisme, untuk tidak bertempik-sorak merayakan “matinya metafisika”. Justru ketika kita menyamakan “dekonstruksi” dengan “matinya metafisika”, dekonstruksi akan menjadi sekedar jargon dan sumbangannya dalam rangka kritik atas metafisika menjadi hilang. Kita hanya bisa melihat sumbangan terbesar Derrida jika kita melihat dekonstruksi sebagai upaya </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">penundaan</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">, dan bukan pembunuhan, atas metafisika. Karena Derrida sendiri sadar bahwa “akhir metafisika” sama dengan “metafisika (tentang) akhir”.</span></div>
<div dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Namun apa yang membuat metafisika bermasalah? Karena metafisika (alias skema oposisional) membutakan kita dari hal </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">yang sebenarnya</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">. Tidakkah jawaban itu juga bertumpu pada metafisika? Mengapa itu bertumpu pada metafisika, apakah semuanya bertumpu pada metafisika, dan apa karakter-karakter utama dari “metafisika” itu? Pertanyaan-pertanyaan ini akan kita bahas dalam kaitan dengan upaya Derrida untuk menunda metafisika. Hal ini akan muncul dalam bentuk problem-problem yang akan kita bahas dalam Bab III. Pada “Nihilisme dalam Nihilisme”, problem ini akan muncul sebagai problem batas-kontaminatif dari ranah metafisika. Bagian ini merupakan suatu upaya “membaca Nietzsche setelah membaca Derrida”; dengan kata lain, suatu pembacaan yang menghubungkan pandangan Nietzsche dan Derrida. Melalui pembacaan ini kita akan menemukan bahwa ranah metafisika adalah ranah nihilisme dan bahwa kita sudah selalu terjebak di sana karena “batas” selalu bersifat kontaminatif (yang di luar selalu berada di dalam, </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">vice versa</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">) sehingga segalanya imanen dalam ranah metafisika.</span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b id="docs-internal-guid-81c8c1f5-e56d-c655-c229-382500b1d606" style="font-weight: normal;"><br /></b></div>
<div dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Bagian selanjutnya, “</span><span style="background-color: transparent; color: #1c4587; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Imanensi Ranah-Antara</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">”, membahas tentang bagaimana pandangan mengenai karakter imanen dari ranah-antara merupakan matriks teoritis yang mempertemukan filsafat Perancis tahun 50 dan 60-an (khususnya </span><span style="background-color: transparent; color: #1c4587; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Derrida, Deleuze, Merleau-Ponty dan Blanchot</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">). Kita akan menemukan bahwa posisi ini merupakan respons atas metafisika Hegel dan, </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">secara sekaligus</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">, merupakan hasil dari pembacaan Hyppolite atas Hegel (setidaknya bagi Derrida dan Deleuze). Keempat tokoh itu sepakat bahwa ranah-antara ini bersifat “pra-konseptual” (baca: pra-oposisional) dan bahwa segalanya “imanen” dalam ranah-antara (segalanya merupakan “efek” dari arus permainan dalam ranah-antara ini sehingga ranah ini merupakan syarat kemungkinan, sekaligus ketidakmungkinan, dari segalanya). Ranah ini merupakan ”fondasi” yang terus menerus mendefondasi dirinya sendiri dalam suatu gerak atau arus kontaminasi yang tak pernah bisa diformalisasikan ke dalam konsep yang ajeg. Kita akan secara sekilas menunjukkan bahwa pandangan tentang ranah-antara ini memiliki kesesuaian dengan apa yang disuarakan Heidegger pada akhir hidupnya dan bahwa kesemuanya menemukan suatu hal yang sama: aporia.</span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b style="font-weight: normal;"><br /></b></div>
<div dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Pada bagian terakhir kita akan melihat bahwa aporia itu terkait dengan problem (serta motif) pelampauan atas metafisika. Untuk melihat hal ini secara lebih jelas, kita akan memasuki diskusi lebih mendetail tentang </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 700; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><a href="https://sinaufilsafat.blogspot.com/2017/10/pengantar-metafisika-dalam-filsafat-apa.html" target="_blank">ranah metafisika</a></span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">. Kita akan berdiskusi tentang problem batas dan bidang kontaminasi dalam kaitan dengan </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">différance</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">. Melalui pertautan ini, muncullah suatu problem dari dekonstruksi, yaitu problem “ketakhinggaan”. Problem ini akan memunculkan masalah lain, yaitu tentang soal ranah “pra-kontaminasi” yang terkait dengan konsep “kebenaran” dan “pertanyaan”.</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Intensi </span><span style="background-color: transparent; color: #1c4587; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">filsafat Derrida</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> (juga Heidegger dan Deleuze dalam </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">sense</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> masing-masing) adalah pembebasan “yang lain” dari represi sistem oposisi-biner (</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">metafisika</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">) dengan menunjukkan bahwa “yang lain” itulah </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">yang sebenarnya</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> mendahului, memungkinkan serta membatasi sistem oposisi-metafisis. Segalanya imanen dalam ranah yang digelarkan oleh permainan yang lain. Ironisnya, karakter imanen ini jugalah yang menyebabkan segala upaya “pelampauan” (bahkan jika dalam bentuk “penundaan”) selalu mendekam lagi pada ranah metafisika/kontaminasi ini. Upaya untuk menyingkap “yang lain </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">yang sebenarnya</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">” inilah (entah itu perbedaan, </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Sein</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> ataupun </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">différance</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">) yang mengarahkan mereka pada wacana imanensi dan membuat wacana mereka selalu imanen dalam </span><span style="background-color: transparent; color: #1c4587; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">metafisika</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">. Dengan kata lain, terdapat suatu </span><span style="background-color: transparent; color: #1155cc; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">konsep “kebenaran”</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> tertentu yang melandasi pemikiran mereka: bukan kebenaran sebagai yang beroposisi dengan kesalahan melainkan kebenaran sebagai yang berkontaminasi dengan </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">pertanyaan</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">. Heidegger pernah menulis bahwa tiap pertanyaan, pencarian, selalu sudah mensyaratkan bahwa kita telah memiliki sebagian dari yang dicari dan dipertanyakan. Dengan kata lain, pertanyaan selalu melibatkan antisipasi-kontaminasi dengan kebenaran dari jawaban. Kebenaran dan pertanyaan selalu sudah imanen dalam ranah kontaminasi. Oleh karena itu, berkata bahwa, misalnya, “yang lain adalah struktur kuasi-transendental </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">yang sebenarnya </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">dari seluruh pengalaman” atau bahwa “</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">différance</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> adalah syarat kemungkinan sekaligus ketidakmungkinan </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">yang sesungguhnya</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> dari segala makna dan konsep” adalah sama dengan berkata: “marilah kita terbenam dalam metafisika”. Pada akhir bagian ini, kita akan dihadapkan pada dua alternatif yang muncul dari problem internal dekonstruksi.</span></div>
<div dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Tulisan ini, sejak awal, tidak bermaksud untuk memberikan satu kesimpulan final atas pelbagai persoalan metafisika. Tulisan ini bermaksud untuk menjaga agar pertanyaan tetap terbuka, untuk mengusahakan agar filsafat masih dimungkinkan </span><span style="background-color: transparent; color: #1155cc; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">pasca-dekonstruksi.</span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b style="font-weight: normal;"><br /></b></div>
<div dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt;">
<span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"></span></div>
<hr />
<br />
<div dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt;">
<span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 10pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">[1]</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> Aristoteles, </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Metaphysics</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> diterjemahkan oleh Richard Hope (New York: Columbia University Press), 1952, hlm. 61. (kalimat pertama dalam buku </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Gamma</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">).</span></div>
<div dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt;">
<span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 10pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">[2]</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> Kathleen Freeman, </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">The Pre-Socratic Philosophers</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> (Oxford: Basil Blackwell), 1953, hlm. 58.</span></div>
<div dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt;">
<span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 10pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">[3]</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> Ibid. hlm. 65.</span></div>
<div dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt;">
<span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: 10pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">[4]</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> GWF Hegel, </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Science of Logic Vol II</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> (London: George Allen & Unwin Ltd), 1966, hlm. 50.</span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<br /></div>
<div>
<div id="ftn4">
</div>
</div>
</div>
Smarttekhno.comhttp://www.blogger.com/profile/15305183533971293605noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4339639335746591040.post-16831358500407234412017-10-04T01:49:00.001+07:002017-10-04T01:52:16.991+07:00MAKALAH SEJARAH PERADABAN ISLAM - SINAU FILSAFAT<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<h2 style="background-color: white; line-height: 1.2; margin-bottom: 21pt; margin-top: 0pt; text-align: center;">
<span style="background-color: transparent; color: black; font-family: "arial"; font-size: 13.999999999999998pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">MAKALAH </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: "arial"; font-size: 13.999999999999998pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">SEJARAH PERADABAN ISLAM</span></h2>
<div>
<span style="background-color: transparent; color: black; font-family: "arial"; font-size: 13.999999999999998pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiF4kE7UyDa8Ci-15cmLvhtfy44Jrwc0DDQvYD7kGptXWXhyLmOeLsVUkPIbQwrVH5odvoi9YsLhCt1us-uX3Og3sMGOXYt4mz9eh5v_0zkKd8oYImviwFYcMGnlwIRkbKM_skS5pHknb2e/s1600/6_cara_mudah_Menulis_Artikel_Berkualitas.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="487" data-original-width="839" height="371" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiF4kE7UyDa8Ci-15cmLvhtfy44Jrwc0DDQvYD7kGptXWXhyLmOeLsVUkPIbQwrVH5odvoi9YsLhCt1us-uX3Og3sMGOXYt4mz9eh5v_0zkKd8oYImviwFYcMGnlwIRkbKM_skS5pHknb2e/s640/6_cara_mudah_Menulis_Artikel_Berkualitas.png" width="640" /></a></div>
<div>
<span style="background-color: transparent; color: black; font-family: "arial"; font-size: 13.999999999999998pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><br /></span></div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; line-height: 1.2; margin-bottom: 21pt; margin-top: 0pt; text-align: center;">
<span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: "times new roman"; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">BAB I</span></div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; line-height: 1.2; margin-bottom: 21pt; margin-top: 0pt; text-align: center;">
<span style="background-color: transparent; color: black; font-family: "arial"; font-size: 13.999999999999998pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">PENDAHULUAN</span></div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; line-height: 2.4; margin-bottom: 21pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: "times new roman"; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> </span><span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: "times new roman"; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span></span><span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: "times new roman"; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Sesudah pemerintahan Abdurrahman II, kekuasaan pemerintahan Dinasti Umayah di Andalusia silih berganti. Andalusia dalam masa 45 tahun sejak masa penaklukannya (711-756 M) dipegang oleh 24 orang gubernur dependen, sehingga rata-rata masa pemerintahannya adalah kurang dari dua tahun. Hal ini menunjukkan bahwa keadaan Andalusia masa itu masih dalam kegoncangan dan kekacauan. Selama itu, Andalusia terjadi peralihan dari pemerintahan bangsa Goth kepada Bani Umayyah (al-‘Ibadi, 1964:49). Namun, hal itu dapat diatasi oleh al-Dakhil ketika ia berhasil memasuki Andalusia, dan dengan peralihan siasatnya ia dapat mendirikan Bani Umayyah II serta mengatasi konflik dan menyatukan masyarakat Andalusia dibawah kekuasaannya (Lapidus, 1989:380). Setiap pemberontakan dan kerusuhan yang terjadi selalu dapat diatasi oleh Dakhil, seperti menghadapi perlawanan dari al-Fihri, terjadi dua kali di Cordova: pemberontakan Hisham al-Fihri di Toledo dan ancaman-ancaman dari luar, Bani Abbas dan Charmelenge terhadap Andalusia. Semuanya itu dapat digagalkan dan diamankan oleh al-Dakhil (Hitti, 1974:507).</span></div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; line-height: 2.4; margin-bottom: 21pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: "times new roman"; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> </span><span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: "times new roman"; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span></span><span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: "times new roman"; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Selama delapan abad, islam berjaya di bumi Eropa (Andalusia), maka pada saatnya Islam yang pernah membangun peradaban yang cukup gemilang itu harus runtuh dan tersungkur di tanah Eropa. </span><span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: "times new roman"; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 700; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Peradaban Islam</span><span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: "times new roman"; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> yang telah dibangun dengan susah payah dan kerja keras kaum muslimin itu, harus ditinggalkan dan dilepas begitu saja karena kelemahan-kelemahan yang terjadi di kalangan kaum muslim sendiri, dan karena kegigihan bangsa barat/Eropa untuk merebut dan meruntuhkan</span><span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: "times new roman"; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 700; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> peradaban Islam</span><span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: "times new roman"; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">. </span></div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; line-height: 2.4; margin-bottom: 21pt; margin-top: 0pt; text-align: center;">
<span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: "times new roman"; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">BAB II</span></div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; line-height: 2.4; margin-bottom: 21pt; margin-top: 0pt; text-align: center;">
<span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: "times new roman"; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">PEMBAHASAN</span></div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; line-height: 2.4; margin-bottom: 21pt; margin-top: 0pt; text-align: center;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: "times new roman"; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> </span><span style="background-color: transparent; color: #333333; font-size: 12pt; line-height: 2.4; text-align: justify; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> </span><span style="background-color: transparent; color: #333333; font-size: 12pt; line-height: 2.4; text-align: justify; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span></span><span style="background-color: transparent; color: #333333; font-size: 12pt; line-height: 2.4; text-align: justify; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Pengaruh geografis Andalusia yang terpisah oleh pegunungan dan sungai-sungai dengan masyarakatnya yang heterogen, tidak memungkinkan sistem pemerintahan sentralisasi yang dibangun oleh Abdurrahman II, maka, digantilah dengan sistem disentralisasi, tetapi ternyata menimbulkan disintegrasi politik. Tiga orang amir<i>, Muhammad ibn Abdurrahman, al-Mundzir</i>, dan Abdullah tidak mampu membendung timbulnya kerajaan-kerajaan kecil. Diantara kerajaan-kerajaan kecil tersebut adalah kerajaan Bani Hujjah di Seville dari suku Arab Yamani, <i>Kerajaan Zu-al nun</i> di Toledo (kemudian hari saat masa kemunduran Bani Umayyah), suku Berber, selatan portugal dan orang-orang spanyol turunan menguasai wilayah Algarave. Penduduk dataran tinggi Elvira di Granada dan penduduk Murcia, serta Kristen di Toledo melepaskan diri dari Amir Abdullah dan beberapa provinsi lainnya dalam wilayah Andalusia menyatakan kemerdekaannya dan tidak lagi mengirim hasil pendapatan daerahnya kepada pemerintah pusat. Amir Abdullah hingga akhir masanya tidak mampu sama sekali menghadapi dan mengatasi krisis yang menimpa Andalusia pada masanya hingga ia meninggal pada 912 M.</span></div>
</div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; line-height: 2.4; margin-bottom: 21pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: "times new roman"; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> </span><span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: "times new roman"; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span></span><span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: "times new roman"; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Perlu dicatat, bahwa munculnya Umar Ibn Hafsun yang berasal dari pegunungan Bobastra (tepatnya di Bukit Tolox yang terletak diantara Medina dan Sodonia) dibagian selatan Andalusia. Ia hidup dalam berbagai cara dan tidak konsisten. Riwayatnya dimulai dengan mencuri kambing, maka Hafsun usir anaknya ke Tangier. Setelah ayahnya mati, Umar kembali ke Tolox dan membina kekuatan dengan jumlah sebanyak 40 orang, menjadi ancaman serius bagi empat amir: </span><span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: "times new roman"; font-size: 12pt; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><i>Muhammad, Mundzir, Abdullah dan al-Nashir. Semasa Abdullah, Umar </i></span><span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: "times new roman"; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">secara defato menjadi penguasa Andalusia (Rahman, 1975:100-101). Hal ini dapat diatasi Abdurrahman III dikarenakan Umar sudah berusia lanjut. Disamping itu, dan dengan keperkasaanya Abdurrahman mampu mengkonsolidasikan kembali wilayah kekuasaan Umayyah yang sudah hampir musnah, maka selama 20 tahun, awal pemerintahannya semua wilayah Andalusia sudah dapat dikuasainya kembali. Berkat bantuan pasukan Slav yang kuat, sehingga segenap penjuru perbatasan dapat diamankan, dan dengan stabilitas negara yang cukup baik, juga karena khalifah Abbasiah sudah lemah, sementara kekhalifahan Fatimiah di Afrika bersaing kuat--mendorong Abdurrahman III (929 M) menyatakan dirinya sebagai khalifah dengan gelar Amir al-Mu’minin yang telah berhasil menyelamatkan Andalusia sebagai wilayah kekuasaan Umayyah dan menjadikan negeri itu sebagai pusat peradaban Eropa, salah satu pusat peradaban terbesar di dunia. Seperti Konstantinopel dan Baghdad – sehingga Cordova dijuluki sebagai mutiara dunia. Seperti telah diuraikan, bahwa dalam kegiatan ilmiah Andalusia paling jaya semasa Hakam II, namun ia tidak tinggalkan generasi yang mampu dan kuat, menyebabkan setelah ia wafat dan terutama pasca Hajib al-Mansur, Andalusia masuk pada masa kemunduran.</span></div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; line-height: 2.4; margin-bottom: 21pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: "times new roman"; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> </span><span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: "times new roman"; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span></span><span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: "times new roman"; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Hisham ibn Hakam II, masih berusia 12 tahun merupakan orang yang paling berhak mewarisi kekhalifahan ayahnya. Hal ini menyebabkan timbulnya perselisihan di kalangan pejabat tinggi Negara dan orang istana, hingga terpecah menjadi dua kelompok; kelompok militer yang didominasi oleh orang Slav dan orang sipil dengan tokohnya al-Hajib al-Mansur yang didukung oleh menterinya. Sementara pihak militer memandang, Hisham tidak mungkin memimpin dan mengatur Negara karena militer tidak mungkin tunduk dibawah kekuasaannya yang belum dewasa. Oleh karena itu mereka berpendapat bahwa kekhalifahan sebaiknya diserahkan kepada pamannya Hisham, al-Mughirah ibn Abdurrahman al-Nashir. Sementara kelompok sipil mengharapkan kekhalifahan dipegang oleh Hisyam, agar kendali pemerintahan tetap dipegang oleh para penguasa bersama Khalifah Hisham yang kecil itu. Dalam pertentangan kedua kelompok itu, al-Mughirah terbunuh. Diduga kuat, pembunuh itu di dalangi oleh Muhammad ibn Abdullah ibn Amir al-Ma’arifi karena ia telah berhasil merebut jabatan al-Hajib dengan gelar al-Manshur disamping Khalifah Hisham II. Dengan demikian, pihak militer tidak berhasil mengangkat khalifah sesuai keinginannya. Al-Manshur berkuasa (976-1002 M) semasa khalifah Hisham II dan pada masa berikutnya yang menduduki jabatan khalifah adalah anaknya meskipun kekuasaan khalifah seperti boneka al-Manshur dan Sya’roni.</span></div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; line-height: 2.4; margin-bottom: 21pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: "times new roman"; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> </span><span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: "times new roman"; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span></span><span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: "times new roman"; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Pada 609H/1212 M kaum nasrani mengadakan serangan besar-besaran ke Spanyol dengan mengatasnamakan perang suci di Eropa. Mereka dapat menghimpun bantuan sukarelawan persekutuan yang terdiri dari orang-orang Prancis, Jerman, Inggris dan Itali. Serangan tersebut dihadapi oleh khalifah al-Mansur Billah bersama 600.000 tentara di Las Navas de Toloso sekitar 70 mil disebelah timur Cordova. Saat itu pasukan nasrani dipimpin oleh Alfanso VIII, Raja Castile. Dalam peperangan tersebut tentara al-Muwahhidun mengalami kekalahan besar bahkan menyebabkan berakhirnya kekuasaan di Spanyol. Oleh karena itu, satu persatu </span><span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: "times new roman"; font-size: 12pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">kekuasaan islam</span><span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: "times new roman"; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> di Spanyol jatuh ke tangan nasrani.</span></div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; line-height: 2.4; margin-bottom: 21pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: "times new roman"; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> </span><span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: "times new roman"; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span></span><span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: "times new roman"; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Militer muslim di Andalusia terdiri dari berbagai suku bangsa seperti Arab (Himyar dan Mudhar), Berber (jumlahnya paling banyak), Mozarab(orang Andalusia asli berbudaya Arab, Mujedar (orang Arab berbudaya Andalusia), Slav, muslim Andalusia, dan suku-suku pribumi yang tidak masuk </span><span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: "times new roman"; font-size: 12pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">islam</span><span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: "times new roman"; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">. Setiap kelompok tentara dari suku Arab merupakan tentara cadangan yang dapat ditugaskan pada saat dibutuhkan pemerintah pusat. Masing-masing kesatuan tentara diperbolehkan menggunakan dana dari daerah pertaniannya masing-masing, sedangkan sisa dana keperluan militer diserahkan ke kas Negara. Kekuatan militer </span><span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: "times new roman"; font-size: 12pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">islam </span><span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: "times new roman"; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">yang dimasuki suku-suku selain Arab, terutama keturunan orang Slav yang datang dari Eropa Timur, ditetapkan khusus sebagai tentara pegawai istana amir atau kholifah. Semasa al-Nashir jumlah mereka mencapai ribuan dan pada masa Hajib al-Mansur terjadi perubahan dalam pembentukan militer. Bidang kemiliteran sudah digabung, yaitu terdiri dari suku Arab dan Slav juga dari orang-orang yang berasal dari Berber Afrika Utara yang jumlahnya mayoritas dibanding suku lain. Hal ini karena suku Arab di Eropa diistimewakan dalam masyarakat Spanyol, maka banyak yang tidak tertarik lagi pada bidang militer. </span></div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; line-height: 2.4; margin-bottom: 21pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: "times new roman"; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> </span><span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: "times new roman"; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span></span><span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: "times new roman"; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Telah disebut, bahwa penyebab kemunduran dan kehancuran kekuasaan islam di Andalusia adalah masih adanya beberapa daerah yang belum dapat diduduki sepenuhnya waktu ekspansi </span><span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: "times new roman"; font-size: 12pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">islam</span><span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: "times new roman"; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> seperti daerah Galicia. Austria bahkan mengadakan hubungan damai dengan mengakui kekuasaan Bani Umayyah. Akhirnya daerah tersebut kemudian dijadikan benteng pertahanan, pelatihan, dan sekolah siasat yang dipersiapkan untuk perlawanan di kemudian hari, dan dari benteng tersebut dikomando upaya untuk memecah belah persatuan dan kesatuan</span><span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: "times new roman"; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 700; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> umat islam</span><span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: "times new roman"; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">, bahkan sering menyerang saat ada kesempatan. Perlu diketahui bahwa saat Tariq dan Musa sedang giatnya menaklukan wilayah Andalusia adanya perintah dari Damaskus untuk segera pulang, menyebabkan mereka tidak berhasil menguasai daerah-daerah tersebut, yang terletak di barat laut Andalusia. Kawasan itu akhirnya menjadi pusat Kristen. Austria kemudian berkembang menjadi kerajaan Castile dan Aragon menjadi basis Kristen untuk menyerang kaum muslim dalam rangka mengembalikan daerah kekuasaannya. Unifikasi kerajaan tersebut secara permanen terbentuk pada 1469 M ketika terjadi perkawinan antara Ferdinand, raja Aragon dengan Isabella, raja dari Castile.</span></div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; line-height: 2.4; margin-bottom: 21pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: "times new roman"; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> </span><span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: "times new roman"; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span></span><span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: "times new roman"; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Adapun sebab </span><span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: "times new roman"; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 700; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">kemunduran dan kehancuran islam</span><span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: "times new roman"; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> di Andalusia, yaitu para penguasa islam cukup puas dengan menerima upeti dan tidak melakukan islamisasi secara sempurna, bahkan membiarkan mereka mempertahankan hukum dan adat kebiasaan kaum nasrani. Sementara kehadiran bangsa Arab menimbulkan rasa iri dan membangkitkan rasa kebangsaan bangsa Spanyol yang Kristen. Selain itu loyalitas militer islam sebagai tentara bayaran sangat diragukan, kedisiplinan mereka mengikuti perintah atasan disesuaikan dengan siapa yang membayar lebih tinggi, maka </span><span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: "times new roman"; font-size: 12pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">perpecahan umat islam</span><span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: "times new roman"; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> sebagai anggota masyarakat atau sebagai penguasa tidak dapat dihindarkan. Pribumi Andalusia tidak sederajat dengan bangsa Arab, tetapi tetap diperlakukan sebagai ibad dan muwalladun sehingga dianggap merendahkan. Oleh karena itu, beragama islam tidak menjadi daya tarik bagi rakyat sebagai dasar pemersatu ideologi. Etnis-etnis non Arab sering menjadi perusak dan menggerogoti perdamaian, sehingga mempengaruhi terhadap kondisi perekonomian. Sementara pembangunan bidang fisik untuk keindahan kota dan peningkatan ilmu pengetahuan yang terlalu serius melalaikan pembangunan bidang perekonomian yang menjadi pendukung persatuan dan kesatuan.</span></div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; line-height: 2.4; margin-bottom: 21pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: "times new roman"; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> </span><span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: "times new roman"; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span></span><span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: "times new roman"; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Peralihan kekuasaan ynag tidak jelas, maka sering terjadi perebutan kekuasaan sesama ahli waris, yang melemahkan dan hilangnya wibawa pemerintah, bahkan mengakibatkan runtuhnya kekuasaan </span><a href="http://sinaufilsafat.blogspot.com/" style="text-decoration: none;"><span style="background-color: transparent; color: #1155cc; font-family: "times new roman"; font-size: 12pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: underline; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Bani Umayyah dan al-Muluk al-Tawaif</span></a><span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: "times new roman"; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> muncul, tetapi tetap pula terjadi perebutan kekuasaan diantara mereka. Dinasti-dinasti yang muncul setelah runtuhnya Umayyah II terdiri dari dinasti yang merdeka dan saling bertikai. Penguasa muslim disana, jauh dari</span><span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: "times new roman"; font-size: 12pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> pusat islam</span><span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: "times new roman"; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> lain mengakibatkan jauhnya dukungan, kecuali dari Afrika Utara dibatasi laut, sementara darah sekitar adalah daerah yang dikuasai kaum nasrani yang selalu iri dan merasa direndahkan oleh etnis Arab.</span></div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; line-height: 2.4; margin-bottom: 21pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: "times new roman"; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> </span><span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: "times new roman"; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span></span><span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: "times new roman"; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Semasa dinasti </span><span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: "times new roman"; font-size: 12pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Nasr Maula Ali Abi al-Hasan</span><span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: "times new roman"; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> yang berkuasa di Granada merasa cemas dengan unifikasi kerajaan Castile dan Aragon. Akibatnya terjadi perang dingin dengan kaum nasrani. Dengan menghentikan pembayaran upeti terhadap Ferdinand disampaikan dengan ucapan yang sangat menyakitkan, seperti, “</span><a href="http://sinaufilsafat.blogspot.com/" style="text-decoration: none;"><span style="background-color: transparent; color: #1155cc; font-family: "times new roman"; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: underline; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">sesungguhnya para sultan Granada terdahulu yang membayar upeti itu sudah mati dan lembaga pencetakan uang di Granada tidak lagi mencetak uang, tetapi hanya memproduksi senjata</span></a><span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: "times new roman"; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">,” bahkan setelah ucapan itu dilakukan disusul dengan serangan sporadic ke benteng al-Sakra yang sudah dikuasai oleh kaum nasrani. Serangan itu mendapat pukulan dari mereka dan salah satu dari panglimanya dapat menguasai bentengal-Hamrah, Granada yang akhirnya menjadi basis penyerangan selanjutnya. Al-Hasan sendiri wafat, diracun anaknya, Abdullah dan kekuasaan dipegang saudaranya, </span><span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: "times new roman"; font-size: 12pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">al-Zaghlul</span><span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: "times new roman"; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">.</span></div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; line-height: 2.4; margin-bottom: 21pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: "times new roman"; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> </span><span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: "times new roman"; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span></span><span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: "times new roman"; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Abu Abdullah yang tidak paham konspirasi kaum Kristen berusaha merintangi upaya pamannya, al-Zaghal yang berupaya mempertahankan Granada dan menyatukan kekuatan </span><a href="http://sinaufilsafat.blogspot.com/" style="text-decoration: none;"><span style="background-color: transparent; color: #1155cc; font-family: "times new roman"; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: underline; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">islam</span></a><span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: "times new roman"; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> disekitarnya. Ketika itu, kaum nasrani semakin mendekati dan mengepung Granada sehingga satu persatu benteng Granada—Alora, Qosr Bonila, Ronda dan benteng Loja, Almeria, Malaga, dan kota-kota lain dibagian barat Granada—jatuh ketangan nasrani. Perlawanan pasukan al-Zaghal terhadap pasukan Ferdinand cukup kuat, sehingga kemenangan dan kekalahan silih berganti bagi masing-masing pihak. Namun ketika pasukan Ferdinand datang dengan kekuatan yang sangat besar maka al-Zaghal dengan sekuat tenaga melawan pasukan, yang akhirnya ia putus asa karena tidak memperoleh bantuan dari Afrika Utara karena disan ajuga terjadi perang saudara dan terpaksa menyerahkan diri di bentengnya yang terakhir di Almeria. Kemudian ia mengungsi ke Tillimsan, Maroko dan disana ia wafat. Sebelumnya, Abdullah yang terkenal dengan Boabdil ingin merebut kembali kekuasaannya dari tangan al-Zaghal, maka ia memohon bantuan dari Ferdinand dan Isabella dan berhasil merebut kekuasaan. Boabdil mendapat peringatan keras dari Ferdinand agar segera menyerah dengan berbagai persyaratan yang telah dipersiapkannya, tetapi Abdullah meminta tuntutan itu di tangguhkan. Ferdinand menolak dan segera menyerang agar segera dapat menguasai Granada dari arah Timur.</span></div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; line-height: 2.4; margin-bottom: 21pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: "times new roman"; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Abdullah maju ke medan tempur bersama panglima perangnya yang gagah berani. Ia menegaskan sikapnya yang pantang mundur kepada utusannya yang dikirim menghadap Ferdinand. Jika Ferdinand ingin mengambil senjata dari kaum muslim, silahkan datang sendiri untuk merebutnya dari tangan mereka. Pada tahun 1490 M, Ferdinand mengirim pasukannya untuk menghancurkan </span><span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: "times new roman"; font-size: 12pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">pasukan islam</span><span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: "times new roman"; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">, tetapi Abdullah dan pasukannya langsung terjun ke medan pertempuran dengan gagah berani. Penduduk Granada pun datang membantu pasukan muslim sehingga kemenangan berada dipihak kaum muslim dan beberapa benteng dapat direbut kembali. Pada tahun 1491 M Ferdinand bersama Isabella melibatkan diri bersama 50.000 personil dengan mendengungkan perang suci. Ketika mendekati pintu gerbang Granada, panglima perang menegaskan kepada pengawal pintu bahwa kita akan menutup pintu dengan jasad kita bertempur untuk mempertahankan tanah yang kita injak masing-masing. Karena, jika tanah ini kita lepas akan kehilangan segalanya. Seruan ini membangkitkan semangat tempur pasukannya, sehingga Ferdinand mendapat kesulitan dalam mengalahkan pasukan kaum muslim. Tetapi, ia mengepung dan memblokade pasukan islam agar kelaparan. Apalagi di musim dingin yang penuh salju telah tiba, maka keadaan kaum muslim menjadi kritis. Boabdil menyerah atas desakan penduduk Granada yang kelaparan dan kedinginan. Sementara Panglima Musa menolak untuk menyerah dan terus bertempur melawan pasukan Ferdinand, dan akhirnya mati terbunuh. Abdullah bersama keluarga pindah ke Maroko dan tinggal di Fez. Granada (2 Januari 1492 M) dapat dikuasai kaum nasrani dengan masuknya pasukan Castile. Denagn demikian , “salib dapat menyingkirkan bulan sabit.”</span></div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; line-height: 2.4; margin-bottom: 21pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: "times new roman"; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> </span><span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: "times new roman"; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span></span><span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: "times new roman"; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Amir Ali mencatat, orang muslim yang menyinari bangsa Goth di Spanyol selama berabad-abad yang membawa kemajuan luar biasa, kini tenggelam dalam kegelapan setelah mereka mengusir islam secara total, bagikan angsa yang selama ini menelorkan emas, dibunuh, maka berhenti telor emas. Yang dimaksud adalah kejayaan, kemajuan peradaban, dan pembangunan moril maupun materi. Demikian juga sejarawan Spanyol, Conde, islam yang memberi status Eropa yang gelap menjadi maju, setelah islam lenyap dari kemajuan dan pencerahan tenggelam pula dalam kegelapan. </span></div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; line-height: 2.4; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: center;">
<span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: "times new roman"; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">BAB III</span></div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; line-height: 2.4; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: center;">
<span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: "times new roman"; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">PENUTUP</span></div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; line-height: 2.4; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: "times new roman"; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Sebab-sebab yang melatarbelakangi runtuhnya agama </span><a href="http://sinaufilsafat.blogspot.com/" style="text-decoration: none;"><span style="background-color: transparent; color: #1155cc; font-family: "times new roman"; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: underline; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">islam </span></a><span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: "times new roman"; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">di Andalusia antara lain:</span></div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; line-height: 2.4; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: "times new roman"; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Ø</span><span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: "times new roman"; font-size: 6.999999999999999pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> </span><span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: "times new roman"; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Pengaruh geografis Andalusia yang terpisah oleh pegunungan dan sungai-sungai dengan masyarakatnya yang heterogen.</span></div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; line-height: 2.4; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: "times new roman"; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Ø</span><span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: "times new roman"; font-size: 6.999999999999999pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> </span><span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: "times new roman"; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Masih adanya beberapa daerah yang belum dapat diduduki sepenuhnya waktu ekspansi islam seperti daerah Galicia.</span></div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; line-height: 2.4; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: "times new roman"; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Ø</span><span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: "times new roman"; font-size: 6.999999999999999pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> </span><span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: "times new roman"; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Adanya para penguasa islam yang cukup puas dengan menerima upeti dan tidak melakukan islamisasi secara sempurna, bahkan membiarkan mereka mempertahankan hukum dan adat kebiasaan kaum nasrani.</span></div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; line-height: 2.4; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: "times new roman"; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Ø</span><span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: "times new roman"; font-size: 6.999999999999999pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> </span><span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: "times new roman"; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Adnya peralihan kekuasaan yang tidak jelas, maka sering terjadi perebutan kekuasaan sesame ahli waris, yang dapat melemahkan dan menghilangkan wibawa pemerintah.</span></div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; line-height: 2.4; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: "times new roman"; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> </span></div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; line-height: 2.4; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: "times new roman"; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> </span></div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; line-height: 2.4; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: center;">
<span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: "times new roman"; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">DAFTAR PUSTAKA</span></div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; line-height: 2.4; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: "times new roman"; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> </span></div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; line-height: 2.4; margin-bottom: 0pt; margin-left: 27pt; margin-top: 0pt; padding: 0pt 0pt 0pt 27pt; text-align: justify; text-indent: -27pt;">
<span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: "times new roman"; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">M. Abdul Karim, </span><a href="http://sinaufilsafat.blogspot.com/" style="text-decoration: none;"><span style="background-color: transparent; color: #1155cc; font-family: "times new roman"; font-size: 12pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: underline; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam</span></a><span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: "times new roman"; font-size: 12pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">, </span><span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: "times new roman"; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Jogyakarta: Pustaka Book Publiser, 2007.</span></div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; line-height: 2.4; margin-bottom: 0pt; margin-left: 27pt; margin-top: 0pt; padding: 0pt 0pt 0pt 27pt; text-align: justify; text-indent: -27pt;">
<span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: "times new roman"; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Badri Yatim, </span><span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: "times new roman"; font-size: 12pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Sejarah Peradaban Islam, </span><span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: "times new roman"; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000.</span></div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; line-height: 2.4; margin-bottom: 0pt; margin-left: 27pt; margin-top: 0pt; padding: 0pt 0pt 0pt 27pt; text-align: justify; text-indent: -27pt;">
<span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: "times new roman"; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Jalil Mubarok, </span><span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: "times new roman"; font-size: 12pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Sejarah Peradaban Islam,</span><span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: "times new roman"; font-size: 12pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> Bandung: C.V Pustaka Islamika, 2008. </span><span style="background-color: transparent; color: #333333; font-family: "times new roman"; font-size: 12pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> </span></div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; line-height: 1.38; margin-bottom: 21pt; margin-top: 0pt;">
<br /></div>
<span id="docs-internal-guid-42e98034-e389-5116-2d3c-bdcbde71d47b"><br /></span></div>
Smarttekhno.comhttp://www.blogger.com/profile/15305183533971293605noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4339639335746591040.post-20979403715247563782017-10-03T12:05:00.001+07:002017-10-03T12:12:13.458+07:006 Cara Mudah Menulis Artikel Berkualitas Yang Disukai Google dan Visitor Blog<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<h2 style="margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: left;">
<span id="docs-internal-guid-c92dbe15-e095-6432-8868-28d5363022e1"><div style="margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: left;">
<span style="font-family: "arial"; font-size: 11pt; font-weight: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Banyak Artikel yang bertebaran di google tentang cara menulis artikel yang berkualitas, namun kebanyakan sudah usang karena algoritma google telah diupgrade. </span><span style="font-family: "arial"; font-size: 11pt; font-style: italic; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Sinau Filsafat,</span><span style="font-family: "arial"; font-size: 11pt; font-weight: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> kali ini akan membagikan </span><span style="font-family: "arial"; font-size: 11pt; font-style: italic; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">6 cara mudah menulis artikel berkualitas yang disukai Google dan Visitor blog. </span></div>
<div dir="ltr" style="font-weight: normal; line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt;">
<span style="font-family: "arial"; font-size: 11pt; font-style: italic; font-weight: 700; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><br /></span></div>
<div dir="ltr" style="font-weight: normal; line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt;">
<span style="font-family: "arial"; font-size: 11pt; font-style: italic; font-weight: 700; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><img alt="6_cara_mudah_Menulis_Artikel_Berkualitas.png" height="349" src="https://lh4.googleusercontent.com/CXDpkZzL_QrJgxmDoMqWJfgD7LddPS_AUzI4ZTTt7ev_3AHlIA4H0iNLOEt_zRNSVM3FwUdkD0VM52lct7J1wBEeLw-fhfvnMSWby-UjpBEz9RsFx_Q3y0CxWPFagVaaIEAACDpu" style="border: none; transform: rotate(0rad);" width="602" /></span></div>
<div dir="ltr" style="font-weight: normal; line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt;">
<span style="font-family: "arial"; font-size: 11pt; font-weight: 700; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><br /></span></div>
<div dir="ltr" style="font-weight: normal; line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt;">
<span style="font-family: "arial"; font-size: 11pt; font-weight: 700; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Seperti apa artikel yang berkualitas itu? “ </span><span style="font-family: "arial"; font-size: 11pt; font-style: italic; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Artikel yang berkualitas adalah artikel yang memberikan manfaat untuk pembaca atau visitor, sehingga visitor membacanya hingga selesai. </span></div>
<div dir="ltr" style="font-weight: normal; line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt;">
<span style="font-family: "arial"; font-size: 11pt; font-style: italic; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><br /></span></div>
<div dir="ltr" style="font-weight: normal; line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt;">
<span style="font-family: "arial"; font-size: 11pt; font-weight: 700; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Bagaimana google suka dengan artikel kita? </span><span style="font-family: "arial"; font-size: 11pt; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">“</span><span style="font-family: "arial"; font-size: 11pt; font-style: italic; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> Logikanya sederhana, jadi ketika pembaca / Visitor betah untuk membaca tulisan kita kemudian komen,share, atau melakukan tindakan lain. Dengan sendirinya mesin pembaca google tau karena Algoritma google itu Canggih.</span></div>
<br /><div dir="ltr" style="font-weight: normal; line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt;">
<span style="font-family: "arial"; font-size: 11pt; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Nah, untuk </span><span style="font-family: "arial"; font-size: 11pt; font-style: italic; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">menulis artikel berkualitas yang disukai Google dan Visitor</span><span style="font-family: "arial"; font-size: 11pt; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> mari kita baca 6 caran mudahnya sebagai berikut;</span></div>
<br /><div style="font-weight: normal; line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: left;">
<span style="font-family: "arial"; font-size: 11pt; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">1.</span><span style="font-family: "arial"; font-size: 11pt; font-weight: 700; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> Buat Artikel yang di butuhkan Visitor</span><span style="font-family: "arial"; font-size: 11pt; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> </span></div>
<div style="font-weight: normal; line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: left;">
<span style="font-family: "arial"; font-size: 11pt; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Buat artikel yang membantu pengunjung/visitor blog sehingga hal itu membuat visitor benar-benar membacanya sampai selesai. Serta visitor akhirnya dengan suka rela membagikan artikel kita. “ artikel berkualitas adalah artikel yang berguna bagi orang lain.”</span></div>
<br /><br /><br /><h3 style="font-weight: normal; line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: left;">
<span style="font-family: "arial"; font-size: 11pt; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">2. </span><span style="font-family: "arial"; font-size: 11pt; font-weight: 700; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Letakkan Keyword Pada Judul Artikel </span></h3>
<div dir="ltr" style="font-weight: normal; line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt;">
<span style="font-family: "arial"; font-size: 11pt; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Nah, untuk hal ini wajib untuk dilakukan. Bagaimana anda tahu bahwa artikel itu membahas tentang </span><span style="font-family: "arial"; font-size: 11pt; font-style: italic; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">cara menulis artikel berkualitas yang disukai Google dan Visitor Blog </span><span style="font-family: "arial"; font-size: 11pt; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">jika Keyword kita tentang </span><span style="font-family: "arial"; font-size: 11pt; font-style: italic; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">masakan padang. </span><span style="font-family: "arial"; font-size: 11pt; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Peletakan Keyword paling bernilai dimata Algoritma google adalah dengan menaruhnya di awal kalimat, semakin kiri semakin baik.</span></div>
<br /><div dir="ltr" style="font-weight: normal; line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt;">
<span style="font-family: "arial"; font-size: 11pt; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><img alt="Menerapkan-keyword-di-Artikel.png" height="313" src="https://lh3.googleusercontent.com/drDlme8pS-aeI-PspoqRTtQrrPiODRpqbqtuZAI2ccql6zQzB24zAY7EiAArZcPcUFYj8x80C6kUherFxzNQpjm32vFnyIl8pbfJ6WhVn6OOnTLKp4r6RPVzOdHFg-xYP9nY6IVo" style="-webkit-transform: rotate(0.00rad); border: none; transform: rotate(0.00rad);" width="602" /></span></div>
<br /><h3 style="font-weight: normal; line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: left;">
<span style="font-family: "arial"; font-size: 11pt; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">3. </span><span style="font-family: "arial"; font-size: 11pt; font-weight: 700; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Lengkapi Artikel dengan data yang lengkap</span></h3>
<div dir="ltr" style="font-weight: normal; line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt;">
<span style="font-family: "arial"; font-size: 11pt; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Banyak orang menilai bahwa artikel yang berkualitas adalah artikel yang memiliki data lengkap serta pembahasannya mendalam kemudian selain hal itu juga didukung dengan penyampaian yang enak. Jadi sebelum mebuat </span><span style="font-family: "arial"; font-size: 11pt; font-style: italic; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Artikel berkualitas</span><span style="font-family: "arial"; font-size: 11pt; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> lengkapi dulu data yang akan di tulis.</span></div>
<br /><h3 style="font-weight: normal; line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: left;">
<span style="font-family: "arial"; font-size: 11pt; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">4. </span><span style="font-family: "arial"; font-size: 11pt; font-weight: 700; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Edit Artikel dengan teliti </span></h3>
<div dir="ltr" style="font-weight: normal; line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt;">
<span style="font-family: "arial"; font-size: 11pt; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Pemilik Mojokdotco pernah bilang, Editlah Artikel/Tulisanmu ketika kamu selesai menulis. Hal itu Penting untuk dipraktekkan, karena banyak orang berhenti menulis karena pada saat menulis ia juga menjadi seorang editing. </span></div>
<div dir="ltr" style="font-weight: normal; line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt;">
<span style="font-family: "arial"; font-size: 11pt; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Mengedit tulisan harus teliti akan hal; ejaan sehingga tak ada kata yang typo, tanda baca, serta struktur kalimatnya. Untuk bisa masuk di serp halaman pertama google silahkan mempelajari seo terupdate sebagai penyempurna artikel berkualitas.</span></div>
<br /><h3 style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: left;">
<span style="font-family: "arial"; font-size: 11pt; font-weight: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">5. </span><span style="font-family: "arial"; font-size: 11pt; font-weight: 700; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Atur Elemen H1,H2,H3 dalam Artikel </span></h3>
<div dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt;">
<span style="font-family: "arial"; font-size: 11pt; font-weight: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Jika anda ingin menulis artikel yang berkualitas pastikan <span style="color: red;">H1</span> adalah Judul Artikel, <span style="color: #274e13;">H2</span> adalah sub title Artikel yang akan berubah menjadi H1 jika diposting , dan <span style="color: purple;">H3</span> untuk deskripsi Artikel.</span></div>
<div dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt;">
<span style="font-family: "arial"; font-size: 11pt; font-weight: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><br /></span></div>
<div dir="ltr" style="font-weight: normal; line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt;">
<span style="font-family: "arial"; font-size: 11pt; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><img alt="cara_atur_h1_h2_h3_dalam_artikel_berkualitas.png" height="332" src="https://lh5.googleusercontent.com/h0Z1Yz6siulyzXPrIWbhXxuV8NS-IGG428PFJ1i-vVZ2oI-x--X7ECpObvrH_5Qexpma1gNG-bQ14mI2jxLcrqWFDKYjF2KC3PfxaJ7sxbBAknr--M2T-vJH0wEu1reRojK2pq2P" style="-webkit-transform: rotate(0.00rad); border: none; transform: rotate(0.00rad);" width="602" /></span></div>
<br /><h3 style="font-weight: normal; line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: left;">
<span style="font-family: "arial"; font-size: 11pt; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">6. </span><span style="font-family: "arial"; font-size: 11pt; font-weight: 700; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Beri Attribut / Gambar pendukung Artikel </span></h3>
<div dir="ltr" style="font-weight: normal; line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt;">
<span style="font-family: "arial"; font-size: 11pt; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Teknik ini sangat disarankan, karena selain membantu visitor dalam memahami isi artikel, meberi atribut berupa gambar bisa mendatangkan visitor dari pencarian foto di serp. Seperti Artikel berkualitas dari </span><span style="font-family: "arial"; font-size: 11pt; font-style: italic; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">sinaufilsafat.blogspot.com </span><span style="font-family: "arial"; font-size: 11pt; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">yang sedang anda baca sekarang.</span></div>
<br /><h4 style="font-weight: normal; line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: left;">
<span style="font-family: "arial"; font-size: 11pt; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Itulah </span><span style="font-family: "arial"; font-size: 11pt; font-style: italic; font-weight: 700; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">10 Cara Mudah Menulis Artikel Berkualitas Yang disukai Google dan Visitor </span><span style="font-family: "arial"; font-size: 11pt; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">semoga bermanfaat untuk kalian yang ingin mebuat artikel berkualitas sehingga bisa membari manfaat bagi orang lain. Jika artikel bermanfaat silahkan di share untuk amal jariyah.</span></h4>
<br /><div dir="ltr" style="font-weight: normal; line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt;">
<span style="font-family: "arial"; font-size: 11pt; font-weight: 700; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">#</span><span style="font-family: "arial"; font-size: 11pt; font-style: italic; font-weight: 700; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">10 Cara Mudah Menulis Artikel Berkualitas</span></div>
<div dir="ltr" style="font-weight: normal; line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt;">
<span style="font-family: "arial"; font-size: 11pt; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">#cara menulis untuk blog seo friendly</span></div>
<div dir="ltr" style="font-weight: normal; line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt;">
<span style="font-family: "arial"; font-size: 11pt; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">#menulis artikel algoritma google</span></div>
<div dir="ltr" style="font-weight: normal; line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt;">
<span style="font-family: "arial"; font-size: 11pt; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">#mendatangkan visitor dengan mudah</span></div>
<div style="font-weight: normal; line-height: 1.38;">
<span style="font-family: "arial"; font-size: 11pt; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><br /></span></div>
</span></h2>
</div>
Smarttekhno.comhttp://www.blogger.com/profile/15305183533971293605noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4339639335746591040.post-29720636068656350952017-10-02T11:51:00.002+07:002017-10-02T11:51:43.420+07:00Panduan Mudah Masuk Dunia Filsafat - Sinau Filsafat<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhy2wf2yyK7B6MtDo4hS0DD66FLmMK7hEoKQV6W5ExvIkvTvKHozjb7FnSeTJWXzQW3cda3yveZSa6RNSVZ0ix1oa6MV4TagX7jamQcktcwdjjSo57CPD9VqiVUtanp-VHjCUiVDxl_MGsx/s1600/-pengantar-filsafa.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="SYARAT BELAJAR FILSAFAT" border="0" data-original-height="432" data-original-width="883" height="195" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhy2wf2yyK7B6MtDo4hS0DD66FLmMK7hEoKQV6W5ExvIkvTvKHozjb7FnSeTJWXzQW3cda3yveZSa6RNSVZ0ix1oa6MV4TagX7jamQcktcwdjjSo57CPD9VqiVUtanp-VHjCUiVDxl_MGsx/s400/-pengantar-filsafa.jpg" title="FILSAFAT MUDAH" width="400" /></a><br />
<h2 style="text-align: left;">
<span style="font-weight: normal;"><span style="font-size: small;">Sinau Filsafat - Kali ini akan membagikan sedikit Panduan/tips yang dirasa akan bermanfaat bagi kalian yang ingin masuk kedalam dunia filsafat. Karna memang banyak orang yang memulai belajar filsafat namun masih belum menyiapkan diri untuk masuk dunia filsafat. Tak panjang lebar, karena tak mau bertele-tele, mari kita langsung ke prosedur berikut </span></span>;</h2>
<br />
<br />
<b>Pertama, </b>Belajarlah menjadi seorang <b>Pemula, </b>yakni; Pemula dalam segala hal termasuk pemula dalam mengetahui hidup ini, seperti kamu baru lahir. Hanya mereka yang merasa pemula dapat merasa heran bahwa dunia ini ada, mereka ada, Tuhan ada, dan seterusnya. Menjadi <b>Pemula</b> dalam segala hal berarti melihat segalanya seolah-olah untuk pertama kalinya melihat, maka reaksi yang akan muncul adalah keheranan. Milikilah pandangan " <b>mata anak" </b> yang heran melihat segala sesuatu. Filsafat bermula dari rasa heran semacam ini.<br />
<br />
<b>Kedua, </b>jangan percaya begitu saja terhadap apapun, seperti percaya bahwa dunia itu ada. Akal sehat mengatakan bahwa matahari yang uncul setiap pagi itu ada lepas dari kesadaran kita. Namun filsafat mempersoalkan apakah benda di luar pikiran kita itu sungguh-sungguh berada di luar pikiran atau merupakan konstruksi/pantulan pikiran kita. Kontroversi rumit bin jlimet aliran-aliran filsafat dapat disederhanakan ke pertanyaan seperti ini.<br />
<br />
<b>Ketiga,</b> Carilah titik pangkal dari segala sesuatu yang kamu alami/ketahui. Manakah yang lebih dahulu antara, buah apel dan pikiran anda tentang buah apel? Pertanyaan ini sulit untuk di jawab, seperti pertanyaan tentang "dahuluan mana antara ayam dan telurnya?" Namun dalam filsafat anda harus memilih salah satu, maka anda akan menemukan posisi anda dalam menjelaskan segala sesuatu. Itu jugalah yang dilakukan oleh berbagai aliran filsafat.<br />
<br />
<b>Keempat, </b>Hindarilah pandangan <b>mata dekat</b>, apa maksudnya?.... Mata dekat adalah cara memandang tidak secara keseluruhan, sehingga kalian tidak mengetahui elemen-elemen yang membentuk objek pandangan. Maka hindari itu dan upayakan untuk memiliki pandangan <b>Mata jauh.</b><br />
<b><br /></b>
<b>Akhirnya, </b>jika anda masih belum merasa jelas, maka anda harus melatih, bacalah buku-buku filsafat, Film gendre Filsafat, atau tanyakan pada pakar filsafat. Namun membaca tulisan ini adalah salah satu latihan. Selamat berlatih dan selamat jalan, dihimbau untuk tetap ingat jalan pulang !<br /><br />" Beberapa buku harus dicecap, yang lain ditelan, dan beberapa yang jumlahnya sedikit harus dikunyah dan dicerna." [F.Bacon] [Panduan Mudah Masuk Dunia Filsafat]</div>
Smarttekhno.comhttp://www.blogger.com/profile/15305183533971293605noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4339639335746591040.post-2383107788666706922017-10-01T17:27:00.000+07:002017-10-01T17:27:03.044+07:00Filsafat Islam | Pengaruh Filsafat Muhammad Iqbal di Masa Kini | Sinau Filsafat<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Pengaruh fisafat Iqbal yang paling signifikan adalah tentang sistem politik Negara Islam. Yang tidak terlepas dari cita-cita tentang keadilan sosial. Hal ini banyak mengisnpirasi para tokoh-tokoh seperti Sayyid ‘Ali Khamene’i, ‘Ali Syari’ati, dan Murtadha Muthahhari. Ketiga tokoh yang disebutkan merupakian para pelaku revolusi Iran yang menajdikan negara Iran sebagai Negara Islam.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj-n50_hLe6j2jDDSIGL0Gis8prZ6M226oBdyFHg-De75XYNdTWh2JS87ti4l7ZOxEC2yYZxpmauiRd-1bXhFoiFHqLJ1OKgRSboGJL4Sq1W-NCKnwqzCtvgKkZPPcs5cKrmQNTEpKOqUMz/s1600/muhammad-iqbal-filsafat-islam.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Makalah-Filsafat-Islam" border="0" data-original-height="600" data-original-width="900" height="425" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj-n50_hLe6j2jDDSIGL0Gis8prZ6M226oBdyFHg-De75XYNdTWh2JS87ti4l7ZOxEC2yYZxpmauiRd-1bXhFoiFHqLJ1OKgRSboGJL4Sq1W-NCKnwqzCtvgKkZPPcs5cKrmQNTEpKOqUMz/s640/muhammad-iqbal-filsafat-islam.jpg" title="Muhammad-Iqbal" width="640" /></a></div>
<br />
<br />
Akan dirangkumkan lima pokok pemikiran Muhammad Iqbal yang sampaikan sekarang masih menjadi rujukan para intelektul dari kalangan muslim dan non-muslim.<br />
<br />
<br />
<ol style="text-align: left;">
<li>Memandang sejarah sebagai gerakan progresif. Iqbal memulai argumentasinya dengan menunjukkan sifat teleologis (kebertujuan) alam semesta ciptaan Tuhan. Selanjutnya, dalam proses pergerakan menuju tujuan penciptaan itu, Iqbal menunjukkan sifat dinamis penciptaan itu sendiri. Iqbal melihat waktu sebagai sesuatu yang sakral sehingga ia mengutip sebuah hadist Qudsi yang melarang “mencaci waktu (dahr)” karena “waktu adalah Allah”</li>
<li>Ijtihad sebagai sokoguru gerak Islam. Ijtihad merupakan usaha yang dilakukan manusia untuk mengerahkan pemikiran-pemikiran dalam rangka menanggapi aksi Allah, menjawab tantanganNya yang terus menerus menambahkan ciptaan baru itu. Dengan ijtihad bukannya mengadung distorsi terhada ajaran Islam yang auntentik. Justru merupakan inti khilafah. Iqbal mnyebutnya kemitraan dengan Allah.</li>
<li>Penegasan kembali konsep Alquran mengenai alam semesta empiris sebagai tanda-tanda (ayat) Allah. Kendatipun demikian, penghargaan al-Quran terhadap empiris sama sekali tak mengurangi penekanannya kepada rasio sebagai fakultas untuk mendapatkan kebenaran . </li>
<li>Intuisi sebagai kelanjutan rasio, meski pada tataran yang lebih tinggi. Lebih dari pada itu Iqbal menunjuk pada peran intelek (intuisi atau qalb/fu’ad) yang mampu mendapatkan kebenaran yang lebih tinggi. Berbeda dengan pemikir Muslim yang lain seperti Al-Ghazali yang terkadasng terkesan mempertentangkan rasio dengan intuisi.</li>
<li>Menegaskan penekanan al-Quran kepada amal. Yakni, setelah segenap penghargaanya kepada alam empiris, rasio, dan intusisi, itu akhirnya keberadaan seseorang dinilai dari kualitas amalnya. Butir terak ini kiranya melengkapi sifat pemikiran Iqbal yang dalam segenap intelektualismenya yang terkadang amat liberal, dinamistik, dan aktivistik ( Khamenei, Syariati, 2002: vii-ix).</li>
</ol>
<br />
<div>
<br /></div>
</div>
Smarttekhno.comhttp://www.blogger.com/profile/15305183533971293605noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4339639335746591040.post-78131764015851314272017-10-01T16:31:00.000+07:002017-10-01T16:31:29.950+07:00Filsafat Islam | Pokok Pembahasan dalam Filsafat Muhammad Iqbal | Sinau Filsafat<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 200%; margin-left: .25in; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;"> Sinau Filsafat - </span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.25in;">Keseluruhan
filsafat Iqbal pada hakikatnya adalah suatu pencarian yang dapat dikatakan:
Pencarian manusia. Kemanusiaan adalah tujuan menuju terciptanya suatu ras ideal
individu, akan tetapi datangnya Manusia Unggul tidak akan mungkin hingga
melampaui proses yang mencakup tiga tahap yang dapat dibedakan;</span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 200%; margin-left: .25in; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-indent: 0.25in;"><br /></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 1.0in; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">1.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; font-stretch: normal; line-height: normal;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Ketaatan
pada hukum<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 1.0in; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">2.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; font-stretch: normal; line-height: normal;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Penguasaan
diri sendiri yang merupakan bentuk kesadaran diri tentang pribadi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 1.0in; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">3.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; font-stretch: normal; line-height: normal;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Kekhalifaan
Ilahi (Widyastini, 2008:136).<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 1.0in; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhCw4GCJiXDx1Dn6L-6P2AR4LDcYNM6n2vipITF8_i6kLHn6KPtMUWCey44yln_gVhgBPWrrRQIqf3XYoXoVhs7KiwXzTpc4GdiBVbpsxJ5fkeLN_roin1LzVY1BMkjPXqRaAn8hEmZRaac/s1600/pemikiran-iqbal.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="225" data-original-width="300" height="477" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhCw4GCJiXDx1Dn6L-6P2AR4LDcYNM6n2vipITF8_i6kLHn6KPtMUWCey44yln_gVhgBPWrrRQIqf3XYoXoVhs7KiwXzTpc4GdiBVbpsxJ5fkeLN_roin1LzVY1BMkjPXqRaAn8hEmZRaac/s640/pemikiran-iqbal.jpg" width="640" /></a></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 1.0in; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;"><br /></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: .25in; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;"> Iqbal juga dikenal sebagai filosof praktis:
filsafatnya tidak menyodorkan suatu cita niskala yang tidak dapat dipikirkan
perwujudannya (Widyastini, 2008:136).<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: .25in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .25in;">
<span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Pemikiran
filsafat Iqbal dikenal istiah <i>Naib </i>atau
Manusia Unggul. Naib merupakan tingkatan ego yang paling sempurna, puncak
kehidupan mental atau fisik, dalam dirinya ketidakselarasan kehidupan mental
kita menjadi keharmonisan. Kemampuan tertinggi bersatu dalam dirinya menjadi
pengetahuan tertinggi. Ada penyatuan antara pikiran dan perbuatan, naluri dan
akal menjadi satu. Ia adalah penguasa umat manusia. Kerajaannya adalah kerajaan
Tuhan dimuka bumi (Widyastini, 2008:136).<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: .25in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .25in;">
<span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Sejalan
dengan Manusia Unggul ada pula konsep Manusia Pelaku. Dipahami bahwa manusia
bebas melakukan sesuatu terkait dengan lingkungan sosialnya. Menurut Iqbal,
perubahan evolusioner yang lahir dari prinsip-prinsip Islam diperbarui dalam
waktu yang panjang tentulah maenghasilkan perubahan revolusioner. Jalan itu
menurut Iqbal mesti melahirkan situasi ideal yang menolak kapitalisme dan juga
sosialisme tanpa agama (Maitre, 1985:36-37).<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: .25in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .25in;">
<span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Sang
Manusia Pelaku mempunyai peran dalam merubah lingkungan sosial maka mempunyai
cita-cita utopia tentang keadilan sosial. Hal ini dibahas Muhammad Iqbal.
Utopia sosial adalah suatu usaha mengabungkan kerja keras naluriah masyarkaat
menurut dogma-dogma Islam yang diperbaharui(Widyastini, 2008:136). Cita-cita
keadilan sosial Iqbal akan membawa kepada konsep negara Islam yang memuat
cita-cita sosialisme. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: .25in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .25in;">
<span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Dalam
pandangan Iqbal semangat filsafat adalah semangat penelahaan secara bebas.
Segala macam ketentuan diragukannya. Tugasnya ialah mengikuti rekaan-rekaan
pikiran manusia yang tidak kritits sampai ketempat-tempat yang masih
tersembunyi, dan dalam pengusutan itu bisa juga akhirnya ia berkesudahan dengan
menolak atau menerima secara hati terbuka kelemahan akal semata untuk sampai
kepada kebenaran tertinggi. Inti sari agama ialah iman. Ia adalah sesuatu,
semacam isi pengertian (<i>cognitive content</i>)
(Iqbal, 2002: 4-5).<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: .25in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .25in;">
<span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;"> Muhammad Iqbal tidak mempertentangkan antara
akal dan intuisi. Menurutnya dalam menilai agama, filsafat mesti mengakui
posisi agama yang asasi, dan tak ada alternatif lain dalam proses pemikiran
yang sintesis, kecuali harus menerimanya sebagai sumber kekuatan. Keduanya
tumbuh dari akar yang sama dan masing-masing saling melengkapi. Yang satu
menangkap secara keseluruhan. Yang satu memusatkan perhatiannya pada aspek
kekekalan, sementara yang lain kefanaan. Yang satu mendasarkan keseluruhan
kebenaran itu dengan perlahan-lahan memasuki dan mendekati pelbagai macam bagian
dari keseluruhan itu dengan maksud melakukan peninjauan semata. Keduanya saling
membutuhkan untuk mengadakan peremajaan bersama. Keduanya mencari
pandangan-pandangan kebenaran yang sama pula, dimana ia menjelma sesuai dengan
tugasnya dalam hidup (Iqbal, 2002: 4-5).<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: .25in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .25in;">
<span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Muhammad
Iqbal menyinggung pula tentang filsafat keindahan. Filsafat ini erat kaitannya
dengan Ego Tertinggi atau ego mutlak Tuhan. Kehidupan manusia dalam keegoannnya
adalah perjuangan terus menerus menaklukkan rintangan dan halangan demi
tergapainya ego tertinggi. Karena rintangan yang terbesar adalah benda atau
manusia harus menumbuhkan instrumen-instrumen tertenu dalam dirinya, misalnya
daya indera, daya nalar dan lainnya yang membantunya nmenyesuaikan
penghalang-penghalangnya. Selain itu, manusia juga harus terus menerus
menciptakan hasrat dan cita-cita dalam kilatan cinta (‘<i>isyg</i>), keberanian dan kreativitas yang merupakan esensi dari
keteguhan pribadi. Keindahan tidak lain adalah bentuk dari ekspresi kehendak
hasrat dan cinta ego dalam mencapai ego mutlak tersebut (Iqbal, 2002: 4-5).<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: .25in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .25in;">
<span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Dengan
demikian, keindahan tidak lain adalah hasil ciptaan ego. Keindahan adalah hasil
ekspresinya, karena tenaga-hidup ego sendirilah yang mengekspresikan diri dalam
perwujudan keindahan. Menurut Syarif, teori estetika Iqbal masuk dalam kategori
kedua, objektif, karena bagi Iqbal, keindahan adalah kualitas benda (objek)
yang diciptakan oleh ekspresi ‘ego-ego’ mereka sendiri. Untuk memperoleh keindahan,
ego tidak berhutang pada jiwa penaggap, subjek, melainkan pada
tenaga-kehidupannya sendiri (Soleh, 2004: 303). <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: 0.25in;">
<span style="font-family: "Times New Roman",serif;">Adakah menyakitkan seorang merdeka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: 0.25in;">
<span style="font-family: "Times New Roman",serif;">Hidup dalam dunia ciptaan orang
lain<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: 0.25in;">
<span style="font-family: "Times New Roman",serif;">Ia yang kehilangan daya cipta<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: 0.25in;">
<span style="font-family: "Times New Roman",serif;">Bagi-Ku tidak punya arti apa-apa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: 0.25in;">
<span style="font-family: "Times New Roman",serif;">Selain pembangkang dan penyebal<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: 0.25in;">
<span style="font-family: "Times New Roman",serif;">Tak diperkenalkan ambil bagian
dalam keindahan-Ku<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: 0.25in;">
<span style="font-family: "Times New Roman",serif;">Ia tak memetik sebijipun buah kurma
kehidupan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: 0.25in;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: 0.25in;">
<span style="font-family: "Times New Roman",serif;"> Pahatlah
lagi bingkaimu yang lama<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: 0.25in;">
<span style="font-family: "Times New Roman",serif;"> Bangunlah
wujud yang baru<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: 0.25in;">
<span style="font-family: "Times New Roman",serif;"> Wujud
seperti itu adalah wujud sebenarnya <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: 0.25in;">
<span style="font-family: "Times New Roman",serif;"> Atau
jika tidak demikian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: 0.25in;">
<span style="font-family: "Times New Roman",serif;"> Egomu
hanyalah gumpalan asap belaka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: 0.25in;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: .25in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .25in;">
<span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Dalam
pemikiran filsafat, gagasan Iqbal tersebut disebut sebagai <i>estetika vitalisme</i>, yakni bahwa keindahan merupakan ekspresi
ego-ego dalam kerangka prinsip-prinsip universal dari suatu dorongan hidup yang
berdenyut di balik kehidupan sehingga harus juga memberikan kehidupan baru atau
memberikan semangat hidup bagi lingkungannya (Soleh, 2004: 304).<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: .25in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .25in;">
<span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Muhammad
Iqbal membahas pula tentang seni. Ada dua aliran seni yang selama ini
berkembang. <i>Pertama</i>, gerakan anti-fungsionalisme,
yakni gerakan yang menyatakan bahwa seni tidak mempunyai tujuan dan tidak
mengejar tujuan diluar dirinya, karena ia adalah tujuan itu sendiri. <i>Kedua</i>, gerakan yang membedakan antara
kandungan dan bentuk seni. Menurutnya, kandungan seni tidak mempunyai nilai
estetik, tetapi hanya sekedar alat untuk menimbulkan efek artistik.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 200%; margin-left: .25in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .25in;">
<span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Iqbal menolak
kedua model gerakan tersebut. Baginya, tanpa kandungan emosi, kemauan dan
gagasan-gagasan tidak lebih dari api yang telah padam. Sesuai dengan konsep-konsep
tentang kepribadian, kemauan adalah sumber utama dalam pandangan seni Iqbal,
sehingga seluruh isi seni-sensasi, perasaan, sentimen, ide-ide dan ideal-ideal-
harus muncul dari sumber ini. Karena itu, seni tidak sekedar gagasan
intelektual atau bentuk-bentuk estetika melainkan pemikiran yang dibumbui emosi
dan mampu menggetarkan manusia (penanggap). Jadi menurut pandangan Iqbal seni
adalah ekspresi-diri sang seniman (Soleh, 2004: 306).</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN;"><o:p></o:p></span></div>
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin;"><br clear="all" style="mso-special-character: line-break; page-break-before: always;" /></span></div>
Smarttekhno.comhttp://www.blogger.com/profile/15305183533971293605noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4339639335746591040.post-42924879185155514612017-10-01T16:24:00.001+07:002017-10-01T16:34:43.537+07:00Filsafat Islam | Sejarah Kehidupan Muhammad Iqbal | Sinau Filsafat <div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<h2 style="line-height: 200%; margin-left: 0.25in; text-align: left; text-indent: 0.25in;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt; font-weight: normal; line-height: 200%;">Kelahiran
Muhammad Iqbal masih menjadi perdebatan terdapat perbedaan dalam menentukan
waktu kelahirannya. Muhammad Iqbal adalah seorang pujangga Islam yang terlahir
di Sialkat (Punjab) sebuah kota industri, pada 9 November 1877, sekarang berada
di wilayah Pakistan. Iqbal adalah keturunan Brahmana dari subkasta Sapru yang
leluhurnya berasal dari Kashmir, yang sekitar abad ke-18 dan awal abad ke-19
pindah ke Sialkot.</span></h2>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj-n50_hLe6j2jDDSIGL0Gis8prZ6M226oBdyFHg-De75XYNdTWh2JS87ti4l7ZOxEC2yYZxpmauiRd-1bXhFoiFHqLJ1OKgRSboGJL4Sq1W-NCKnwqzCtvgKkZPPcs5cKrmQNTEpKOqUMz/s1600/muhammad-iqbal-filsafat-islam.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Muhammad-Iqbal" border="0" data-original-height="600" data-original-width="900" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj-n50_hLe6j2jDDSIGL0Gis8prZ6M226oBdyFHg-De75XYNdTWh2JS87ti4l7ZOxEC2yYZxpmauiRd-1bXhFoiFHqLJ1OKgRSboGJL4Sq1W-NCKnwqzCtvgKkZPPcs5cKrmQNTEpKOqUMz/s400/muhammad-iqbal-filsafat-islam.jpg" title="Filsafat Islam Muhammad Iqbal" width="400" /></a></div>
<div>
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt; font-weight: normal; line-height: 200%;"><br /></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: .25in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .25in;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Iqbal
meninggal dunia pada usia 61 tahun. Selama hidupnya ia banyak mendapatkan
kesempatan untuk menuntut ilmu. Ada dua orang yang sangat berpengaruh dalam
hidup Muhammad Iqbal yaitu Maulana Mir Hasan yang kemudian lebih dikenal dengan
sebutan Syam al-Maulana, <i>Matahari Para
Ulama </i>dan Prof. Thomas Arnolod. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: .25in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .25in;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Dimasa
belia Muhammad Iqbal banyak dibimbing oleh Maulana Mir Hasan di Scootish
Mission School Sialkot. Muhamamd Iqbal diberikan pelajaran tentang agama,
bahasa Arab dan Persia. Karena melihat kelebihan Muhammad Iqbal dalam menggubah
sajak-sajak kedalam bahasa Urdu Mir Hasan terus mendorong pada kelebihannya
tersebut. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: .25in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .25in;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Setelah
mendapatkan pelajaran agama dari seorang ulama yang ternama pada saat itu
Muhamamd Iqbal malanjutkan studinya di Lahore. Di Lahore dia mendapat bimbingan
langsung dari Prof. Thomas Arnold. Atas desakan dari Thomas Arnold, Muhammad
Iqbal meneruskan studinya ke Universitas Cambridge, London. Kemudian Muhammad
Iqbal memperdalam filsafat dibawah bimbingan McTaggart. Iqbal menulis tersis
doktoralnya di Universitas Muinich Jerman dengan judul <i>The Development of Metaphysics In Persia </i>pada 1907 dbawah bimbingan
Prof. F. Hammel.<o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 200%; margin-left: .25in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .25in;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Adapun karya yang
dituliskan oleh Muhammad Iqbal diantaranya: <i>The
Development of Metaphysics In Persia;Bang-I-Dara; Asrar-I-Khudi;
Rumuz-I-Bekhudi; dan the reconstruction of muslim Jurispudence </i>(tak
terselesaikan).</span><span lang="IN" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;"><o:p></o:p></span></div>
</div>
Smarttekhno.comhttp://www.blogger.com/profile/15305183533971293605noreply@blogger.com0Indonesia-0.789275 113.92132700000002-31.6684965 72.61273300000002 30.0899465 155.22992100000002tag:blogger.com,1999:blog-4339639335746591040.post-51571471039110299052017-10-01T13:10:00.000+07:002017-10-01T13:10:35.802+07:00Perempuan dan Tasawuf - Sinau Filsafat<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<h2 style="text-align: left;">
<span style="font-size: small; font-weight: normal;">Apakah ada kajian tentang laki-laki? Pertanyaan ini muncul, ketika realita<br />menunjukkan bahwa sangat banyak sekali yang mengkaji seputar perempuan. Seakan-akan<br />dunia adalah milik laki-laki dan perempuan sebagai obyek yang diperbincangkan dan<br />berhak untuk dikuliti dari berbagai penjuru. Akan tetapi jika tidak mengangkat isu-isu<br />perempuan, realita menunjukkan perempuan sering mengalami penindasan.</span><span style="font-size: small; font-weight: normal;"> </span></h2>
<div style="text-align: left;">
<span style="font-size: small; font-weight: normal;">Banyak pihak </span>dengan beragam pendekatan berjuang untuk memposisikan perempuan pada tempatnya,</div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEigZAXTKTbG6a9lyS90Io4TR0cZi8udl6plPCCk_H_ciAGDPShwVPykjDSlnqd9StISM1DHn-_Go_XKmTmp7FpdjpPiv0XN9vz6JZB08z_qgUFoRa-O9VN3i4raWWP5y029QV-ZVQuzBom4/s1600/Tasawuf.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em; text-align: left;"><img border="0" data-original-height="445" data-original-width="400" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEigZAXTKTbG6a9lyS90Io4TR0cZi8udl6plPCCk_H_ciAGDPShwVPykjDSlnqd9StISM1DHn-_Go_XKmTmp7FpdjpPiv0XN9vz6JZB08z_qgUFoRa-O9VN3i4raWWP5y029QV-ZVQuzBom4/s200/Tasawuf.jpg" width="179" /></a></div>
<div style="text-align: left;">
dan persoalan yang muncul apakah sama antara laki-laki dan perempuan? Ada yang berpendapat sama dan ada yang berpendapat berbeda. Pertanyaan lain muncul kenapa jika perempuan dan laki-laki berbeda, dan kenapa jika keduanya sama? Apakah jika berbeda harus dipertentangkan? Tulisan ini muncul dari kejenuhan melihat keduanya dipertentangkan dan einginan untuk mencari sebuah warna</div>
<br />
<div style="text-align: left;">
baru yang lebih ramah, dan menimalisir munculnya polemik yang baru. Dan melihat</div>
<div style="text-align: left;">
kondisi perempuan yang dianggap "rendah" serta posisinya "di bawah laki-laki", terutama dalah hal spiritualitas maka tulisan ini menggunakan prespektif tasawuf. Dimana tasawuf sangat dekat bahkan bertalian erat dengan perkara spiritualitas. Selain itu, tasawuf merupakan khasanah keilmuan Islam yang ramah terhadap segala perbedaan, karena tasawuf lebih menitikberatkan pada sisi esoteris, yang tidak melihat sisi luar dari seseorang, begitu pula dengan jenis kelaminnya. Tulisan ini menggunakan pendekatan filosofis, lebih</div>
<div style="text-align: left;">
tepatnya menggunakan kacamata tasawuf.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Tasawuf merupakan khasanah keilmuan Islam yang terlepas dari sekat-sekat yang</div>
<div style="text-align: left;">
ada, lebih ramah dengan berbagai perbedaan. Karena tasawuf tidak berbicara tentang</div>
<div style="text-align: left;">
aspek fisik atau materi, akan tetapi lebih bahkan melampauinya. Berdasarkan pemahaman</div>
<div style="text-align: left;">
tersebut, penulis mencoba melihat berbagai polemik yang dihadapi oleh perempuan</div>
<div style="text-align: left;">
dengan menggunakan prespektif tasawuf. Berbeda dengan khasanah keilmuan Islam</div>
<div style="text-align: left;">
lainnya, seperti Fiqh dan Ilmu kalam, tasawuf menampilkan Tuhan dengan sangat ramah,</div>
<div style="text-align: left;">
sisi feminin Tuhan lebih ditonjolkan, sehingga perempuan yang selalu dianggap sangat kental sisi femininnya memiliki kedudukan karena ternyata Tuhan juga memiliki sisi</div>
<div style="text-align: left;">
feminin. Sedang kedua keilmuan di atas lebih menunjukkan sisi maskulin Tuhan, dan</div>
<div style="text-align: left;">
kedua keilmuan tersebut banyak diminati orang sehingga Islam terkesan sangat kasar</div>
<div style="text-align: left;">
terhadap perempuan.</div>
<div style="text-align: left;">
Anggapan bahwa perempuan memiliki spiritualitas yang rendah tidaklah beralasan,</div>
<div style="text-align: left;">
karena sifat feminin yang dimilikinyalah sebenarnya yang memudahkannya berhubungan</div>
<div style="text-align: left;">
dengan Tuhan. Akan tetapi sebenarnya tasawuf tidak mengunggulkan jenis kelamin</div>
<div style="text-align: left;">
seseorang yang lebih dilihat bagaimana kedudukannya di hadapan Tuhan. Dalam prespektif</div>
<div style="text-align: left;">
tasawuf perbedaan antara laki-laki dan perempuan bukan untuk dipertentangkan karena</div>
<div style="text-align: left;">
keduanya saling melengkapi, jika mempertentangkan keduanya, semua yang terkait dengan</div>
<div style="text-align: left;">
relasi keduanya tidak akan berakhir. Perempuan dengan kecenderungan femininnya dan</div>
<div style="text-align: left;">
laki-laki dengan maskulinnya, jika keduanya disatukan mengeejawantahkan diri Tuhan,</div>
<div style="text-align: left;">
karena Tuhan memiliki sisi feminin maupun maskulin.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
</div>
Smarttekhno.comhttp://www.blogger.com/profile/15305183533971293605noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4339639335746591040.post-80708174689065278192017-09-30T21:49:00.002+07:002017-09-30T21:49:57.435+07:00Outline The Thought Of David Hume - Sinau Filsafat<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<h2 style="background-color: white; color: #555555; font-family: 'Segoe UI', Tahoma, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; font-variant-ligatures: normal; orphans: 2; text-align: left; widows: 2;">
<span style="font-weight: normal;"><span class="" dstinfo="0:8" id="ouHighlight__0_7TO0_8" issource="false" paragraphname="paragraph0" srcinfo="0:7">Short Biography<span style="font-weight: normal;">; </span></span><span class="" dstinfo="0:3" id="ouHighlight__0_3TO0_3" issource="false" paragraphname="paragraph1" srcinfo="0:3" style="font-weight: normal;">Hume</span><span id="noHighlight_0.6242814390489093" style="font-weight: normal;"> </span><span class="" dstinfo="5:25" id="ouHighlight__5_22TO5_25" issource="false" paragraphname="paragraph1" srcinfo="5:22" style="font-weight: normal;">was born in Edinburgh</span><span dstinfo="26:35" id="ouHighlight__23_34TO26_35" issource="false" paragraphname="paragraph1" srcinfo="23:34" style="font-weight: normal;">, Scotland</span><span id="noHighlight_0.9956178141890197" style="font-weight: normal;"> </span><span dstinfo="37:41" id="ouHighlight__36_56TO37_41" issource="false" paragraphname="paragraph1" srcinfo="36:56" style="font-weight: normal;">on 26</span><span id="noHighlight_0.33873689625360814" style="font-weight: normal;"> </span><span dstinfo="43:47" id="ouHighlight__59_63TO43_47" issource="false" paragraphname="paragraph1" srcinfo="59:63" style="font-weight: normal;">April</span><span id="noHighlight_0.14738016887874705" style="font-weight: normal;"> </span><span dstinfo="49:52" id="ouHighlight__66_72TO49_52" issource="false" paragraphname="paragraph1" srcinfo="66:72" style="font-weight: normal;">1711</span><span id="noHighlight_0.8850807051640743" style="font-weight: normal;"> </span><span dstinfo="54:57" id="ouHighlight__75_80TO54_57" issource="false" paragraphname="paragraph1" srcinfo="75:80" style="font-weight: normal;">with</span><span id="noHighlight_0.23433190659295744" style="font-weight: normal;"> </span><span dstinfo="59:81" id="ouHighlight__82_93TO59_81" issource="false" paragraphname="paragraph1" srcinfo="82:93" style="font-weight: normal;">the name was originally</span><span id="noHighlight_0.5955486005934882" style="font-weight: normal;"> </span><span class="" dstinfo="83:87" id="ouHighlight__95_99TO83_87" issource="false" paragraphname="paragraph1" srcinfo="95:99" style="font-weight: normal;">David</span><span id="noHighlight_0.42870069415712275" style="font-weight: normal;"> </span><span dstinfo="89:92" id="ouHighlight__101_104TO89_92" issource="false" paragraphname="paragraph1" srcinfo="101:104" style="font-weight: normal;">Home</span><span id="noHighlight_0.02524962245701068" style="font-weight: normal;">.</span><span id="noHighlight_0.08270686677873962" style="font-weight: normal;"> </span><span class="" dstinfo="95:100" id="ouHighlight__95_110TO95_100" issource="false" paragraphname="paragraph1" srcinfo="95:110" style="font-weight: normal;">But in</span><span id="noHighlight_0.3307455346228396" style="font-weight: normal;"> </span><span dstinfo="102:105" id="ouHighlight__113_119TO102_105" issource="false" paragraphname="paragraph1" srcinfo="113:119" style="font-weight: normal;">1734</span><span id="noHighlight_0.908633057476592" style="font-weight: normal;"> </span><span dstinfo="107:108" id="ouHighlight__122_123TO107_108" issource="false" paragraphname="paragraph1" srcinfo="122:123" style="font-weight: normal;">he</span><span id="noHighlight_0.6511559608403541" style="font-weight: normal;"> </span><span dstinfo="110:125" id="ouHighlight__125_140TO110_125" issource="false" paragraphname="paragraph1" srcinfo="125:140" style="font-weight: normal;">changed his name</span><span id="noHighlight_0.9745115930153447" style="font-weight: normal;"> </span><span dstinfo="127:140" id="ouHighlight__142_150TO127_140" issource="false" paragraphname="paragraph1" srcinfo="142:150" style="font-weight: normal;">because in the</span><span id="noHighlight_0.5580965018437869" style="font-weight: normal;"> </span><span dstinfo="142:155" id="ouHighlight__152_158TO142_155" issource="false" paragraphname="paragraph1" srcinfo="152:158" style="font-weight: normal;">United Kingdom</span><span id="noHighlight_0.32036325554315637" style="font-weight: normal;"> </span><span class="" dstinfo="157:170" id="ouHighlight__160_168TO157_170" issource="false" paragraphname="paragraph1" srcinfo="160:168" style="font-weight: normal;">the difficulty</span><span id="noHighlight_0.6523876012484362" style="font-weight: normal;"> </span><span class="" dstinfo="172:182" id="ouHighlight__170_180TO172_182" issource="false" paragraphname="paragraph1" srcinfo="170:180" style="font-weight: normal;">pronouncing</span><span id="noHighlight_0.7884771300053899" style="font-weight: normal;"> </span><span dstinfo="184:188" id="ouHighlight__182_187TO184_188" issource="false" paragraphname="paragraph1" srcinfo="182:187" style="font-weight: normal;">"Home</span><span id="noHighlight_0.9230600338965731" style="font-weight: normal;">" </span><span dstinfo="191:196" id="ouHighlight__189_194TO191_196" issource="false" paragraphname="paragraph1" srcinfo="189:194" style="font-weight: normal;">with a</span><span id="noHighlight_0.34485007357568276" style="font-weight: normal;"> </span><span dstinfo="198:212" id="ouHighlight__196_211TO198_212" issource="false" paragraphname="paragraph1" srcinfo="196:211" style="font-weight: normal;">Scottish accent</span><span id="noHighlight_0.07735173539252771" style="font-weight: normal;">.</span><span id="noHighlight_0.21368702803310602" style="font-weight: normal;"> </span><span dstinfo="215:218" id="ouHighlight__209_212TO215_218" issource="false" paragraphname="paragraph1" srcinfo="209:212" style="font-weight: normal;">Hume</span><span id="noHighlight_0.21689475687583104" style="font-weight: normal;"> </span><span dstinfo="220:233" id="ouHighlight__214_228TO220_233" issource="false" paragraphname="paragraph1" srcinfo="214:228" style="font-weight: normal;">was the son of</span><span id="noHighlight_0.33185634930726193" style="font-weight: normal;"> </span><span dstinfo="235:240" id="ouHighlight__239_243TO235_240" issource="false" paragraphname="paragraph1" srcinfo="239:243" style="font-weight: normal;">Joseph</span><span id="noHighlight_0.26353906403496796" style="font-weight: normal;"> </span><span dstinfo="242:250" id="ouHighlight__245_253TO242_250" issource="false" paragraphname="paragraph1" srcinfo="245:253" style="font-weight: normal;">Shrinside</span><span id="noHighlight_0.7294810642884428" style="font-weight: normal;"> </span><span class="" dstinfo="252:254" id="ouHighlight__255_257TO252_254" issource="false" paragraphname="paragraph1" srcinfo="255:257" style="font-weight: normal;">and</span><span id="noHighlight_0.9332349925902006" style="font-weight: normal;"> </span><span class="" dstinfo="256:262" id="ouHighlight__230_237TO256_262" issource="false" paragraphname="paragraph1" srcinfo="230:237" style="font-weight: normal;">couples</span><span id="noHighlight_0.9347687039596353" style="font-weight: normal;"> </span><span dstinfo="264:272" id="ouHighlight__259_267TO264_272" issource="false" paragraphname="paragraph1" srcinfo="259:267" style="font-weight: normal;">Khaterine</span><span id="noHighlight_0.601237074670262" style="font-weight: normal;"> </span><span dstinfo="274:282" id="ouHighlight__269_277TO274_282" issource="false" paragraphname="paragraph1" srcinfo="269:277" style="font-weight: normal;">Falcorner</span><span id="noHighlight_0.7445857450370867" style="font-weight: normal;">.</span><span id="noHighlight_0.005590334287970178" style="font-weight: normal;"> </span><span dstinfo="285:298" id="ouHighlight__280_291TO285_298" issource="false" paragraphname="paragraph1" srcinfo="280:291" style="font-weight: normal;">But his father</span><span id="noHighlight_0.08496656068612563" style="font-weight: normal;"> </span><span dstinfo="300:308" id="ouHighlight__293_311TO300_308" issource="false" paragraphname="paragraph1" srcinfo="293:311" style="font-weight: normal;">died when</span><span id="noHighlight_0.9393747852399432" style="font-weight: normal;"> </span><span dstinfo="310:319" id="ouHighlight__313_316TO310_319" issource="false" paragraphname="paragraph1" srcinfo="313:316" style="font-weight: normal;">the age of</span><span id="noHighlight_0.9236925600399806" style="font-weight: normal;"> </span><span dstinfo="321:324" id="ouHighlight__318_321TO321_324" issource="false" paragraphname="paragraph1" srcinfo="318:321" style="font-weight: normal;">Hume</span><span id="noHighlight_0.0007468499764222702" style="font-weight: normal;"> </span><span dstinfo="326:336" id="ouHighlight__323_337TO326_336" issource="false" paragraphname="paragraph1" srcinfo="323:337" style="font-weight: normal;">was a child</span><span dstinfo="337:343" id="ouHighlight__338_351TO337_343" issource="false" paragraphname="paragraph1" srcinfo="338:351" style="font-weight: normal;">, so he</span><span id="noHighlight_0.6630011092324564" style="font-weight: normal;"> </span><span dstinfo="345:357" id="ouHighlight__353_367TO345_357" issource="false" paragraphname="paragraph1" srcinfo="353:367" style="font-weight: normal;">was raised by</span><span id="noHighlight_0.7375682066600933" style="font-weight: normal;"> </span><span dstinfo="359:369" id="ouHighlight__369_375TO359_369" issource="false" paragraphname="paragraph1" srcinfo="369:375" style="font-weight: normal;">his mother.</span></span></h2>
<div>
<span style="font-weight: normal;"><span dstinfo="359:369" issource="false" paragraphname="paragraph1" srcinfo="369:375"><br /></span></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjyPL3xoIK5yMcVqyHx4tbCQpitBLSoBXE5BNidIEssFKhnD3mU3CrWoIDeBwI11WTmFYfiA-iAlw3rX12rqcDIiyWPvriwmYi5NgMj6wohC4iGc8nG6nhIE52_6qlYWua3BhJ-FPi9o0vK/s1600/david-hume.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="david-hume" border="0" data-original-height="867" data-original-width="1392" height="248" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjyPL3xoIK5yMcVqyHx4tbCQpitBLSoBXE5BNidIEssFKhnD3mU3CrWoIDeBwI11WTmFYfiA-iAlw3rX12rqcDIiyWPvriwmYi5NgMj6wohC4iGc8nG6nhIE52_6qlYWua3BhJ-FPi9o0vK/s400/david-hume.jpg" title="sinaufilsafat" width="400" /></a></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;"><span dstinfo="359:369" issource="false" paragraphname="paragraph1" srcinfo="369:375"><br /></span></span></div>
<div paragraphname="paragraph2" style="background-color: white; color: #555555; font-family: 'Segoe UI', Tahoma, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; font-variant-ligatures: normal; orphans: 2; widows: 2;">
<span dstinfo="0:3" id="ouHighlight__0_3TO0_3" issource="false" paragraphname="paragraph2" srcinfo="0:3">Hume</span><span id="noHighlight_0.9201105991266219"> </span><span dstinfo="5:24" id="ouHighlight__5_19TO5_24" issource="false" paragraphname="paragraph2" srcinfo="5:19">have enrolled in the</span><span id="noHighlight_0.3386931980796155"> </span><span dstinfo="26:48" id="ouHighlight__21_41TO26_48" issource="false" paragraphname="paragraph2" srcinfo="21:41">University of Edinburgh</span><span id="noHighlight_0.23124013190669612"> </span><span dstinfo="50:57" id="ouHighlight__43_55TO50_57" issource="false" paragraphname="paragraph2" srcinfo="43:55">to study</span><span id="noHighlight_0.2972697533458002"> </span><span dstinfo="59:78" id="ouHighlight__57_69TO59_78" issource="false" paragraphname="paragraph2" srcinfo="57:69">classical literature</span><span id="noHighlight_0.014668770723348823">.</span><span id="noHighlight_0.21047503117093735"> </span><span dstinfo="81:84" id="ouHighlight__72_79TO81_84" issource="false" paragraphname="paragraph2" srcinfo="72:79">then</span><span id="noHighlight_0.34956557746699013"></span><span dstinfo="86:95" id="ouHighlight__81_93TO86_95" issource="false" paragraphname="paragraph2" srcinfo="81:93">he decided</span><span id="noHighlight_0.9952990534767996"> </span><span dstinfo="97:110" id="ouHighlight__95_111TO97_110" issource="false" paragraphname="paragraph2" srcinfo="95:111">to come out of</span><span id="noHighlight_0.33789864956654414"> </span><span dstinfo="112:121" id="ouHighlight__113_123TO112_121" issource="false" paragraphname="paragraph2" srcinfo="113:123">University</span><span id="noHighlight_0.2513505111197074"> </span><span dstinfo="123:125" id="ouHighlight__125_127TO123_125" issource="false" paragraphname="paragraph2" srcinfo="125:127">and</span><span id="noHighlight_0.6853238006021936"> </span><span dstinfo="127:137" id="ouHighlight__129_147TO127_137" issource="false" paragraphname="paragraph2" srcinfo="129:147">chose to go</span><span id="noHighlight_0.24251005642065282"> </span><span dstinfo="139:147" id="ouHighlight__149_159TO139_147" issource="false" paragraphname="paragraph2" srcinfo="149:159">to France</span><span id="noHighlight_0.8548563980070234"> </span><span dstinfo="149:158" id="ouHighlight__161_175TO149_158" issource="false" paragraphname="paragraph2" srcinfo="161:175">to finally</span><span id="noHighlight_0.6647058510373434"> </span><span dstinfo="160:163" id="ouHighlight__177_191TO160_163" issource="false" paragraphname="paragraph2" srcinfo="177:191">be a</span><span id="noHighlight_0.9036071273316253"> </span><span dstinfo="165:181" id="ouHighlight__193_204TO165_181" issource="false" paragraphname="paragraph2" srcinfo="193:204">great philosopher</span><span id="noHighlight_0.9135998095209814">.</span><span id="noHighlight_0.03130901240104089"> </span><span dstinfo="184:187" id="ouHighlight__207_210TO184_187" issource="false" paragraphname="paragraph2" srcinfo="207:210">Hume</span><span id="noHighlight_0.33954129775756714"> </span><span dstinfo="189:204" id="ouHighlight__212_229TO189_204" issource="false" paragraphname="paragraph2" srcinfo="212:229">reached its peak</span><span id="noHighlight_0.5206058247154128"> </span><span dstinfo="206:207" id="ouHighlight__231_237TO206_207" issource="false" paragraphname="paragraph2" srcinfo="231:237">as</span><span id="noHighlight_0.8354864497430918"> a </span><span dstinfo="211:219" id="ouHighlight__239_247TO211_219" issource="false" paragraphname="paragraph2" srcinfo="239:247">historian</span><span id="noHighlight_0.5327242772471452"> </span><span dstinfo="221:222" id="ouHighlight__249_252TO221_222" issource="false" paragraphname="paragraph2" srcinfo="249:252">in</span><span id="noHighlight_0.643994576695631"> </span><span dstinfo="224:235" id="ouHighlight__254_265TO224_235" issource="false" paragraphname="paragraph2" srcinfo="254:265">his work The</span><span id="noHighlight_0.8487499166281107"> </span><span dstinfo="237:246" id="ouHighlight__267_276TO237_246" issource="false" paragraphname="paragraph2" srcinfo="267:276">History Of</span><span id="noHighlight_0.21454835251098814"> </span><span dstinfo="248:255" id="ouHighlight__278_285TO248_255" issource="false" paragraphname="paragraph2" srcinfo="278:285">England.</span><span id="noHighlight_0.7696969711136459"> The paper describes the search events from the invasion of Julius Caesar to the revolution of 1688, which is a best seller in one day. </span><span dstinfo="392:401" id="ouHighlight__465_474TO392_401" issource="false" paragraphname="paragraph2" srcinfo="465:474">David Hume</span><span id="noHighlight_0.6614739857043013"> </span><span dstinfo="403:413" id="ouHighlight__446_463TO403_413" issource="false" paragraphname="paragraph2" srcinfo="446:463">in his view</span><span dstinfo="414:424" id="ouHighlight__475_487TO414_424" issource="false" paragraphname="paragraph2" srcinfo="475:487">, that only</span><span id="noHighlight_0.36520225955142394"></span><span dstinfo="426:433" id="ouHighlight__489_493TO426_433" issource="false" paragraphname="paragraph2" srcinfo="489:493">religion</span><span id="noHighlight_0.9536911552584864"> </span><span dstinfo="435:437" id="ouHighlight__495_503TO435_437" issource="false" paragraphname="paragraph2" srcinfo="495:503">can</span><span id="noHighlight_0.3765706091227097"> </span><span dstinfo="439:445" id="ouHighlight__505_515TO439_445" issource="false" paragraphname="paragraph2" srcinfo="505:515">deflect</span><span id="noHighlight_0.016155086948520747"> </span><span dstinfo="447:457" id="ouHighlight__517_531TO447_457" issource="false" paragraphname="paragraph2" srcinfo="517:531">others from</span><span id="noHighlight_0.8343610541672719"> </span><span dstinfo="459:478" id="ouHighlight__533_560TO459_478" issource="false" paragraphname="paragraph2" srcinfo="533:560">their everyday lives</span><span id="noHighlight_0.2867292677291007"> </span><span dstinfo="480:481" id="ouHighlight__562_566TO480_481" issource="false" paragraphname="paragraph2" srcinfo="562:566">to</span><span id="noHighlight_0.2531244344303947"> </span><span dstinfo="483:487" id="ouHighlight__568_575TO483_487" issource="false" paragraphname="paragraph2" srcinfo="568:575">think</span><span id="noHighlight_0.22845354566250564"> </span><span dstinfo="489:500" id="ouHighlight__577_591TO489_500" issource="false" paragraphname="paragraph2" srcinfo="577:591">about things</span><span id="noHighlight_0.10189132567428638"> </span><span dstinfo="502:514" id="ouHighlight__593_607TO502_514" issource="false" paragraphname="paragraph2" srcinfo="593:607">pertaining to</span><span id="noHighlight_0.9696095133621268"> </span><span dstinfo="516:524" id="ouHighlight__609_616TO516_524" issource="false" paragraphname="paragraph2" srcinfo="609:616">politics.</span></div>
<div paragraphname="paragraph3" style="background-color: white; color: #555555; font-family: 'Segoe UI', Tahoma, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; font-variant-ligatures: normal; orphans: 2; widows: 2;">
<span dstinfo="0:13" id="ouHighlight__0_8TO0_13" issource="false" paragraphname="paragraph3" srcinfo="0:8">The thought of</span><span id="noHighlight_0.8368704617435356"> </span><span dstinfo="15:24" id="ouHighlight__10_19TO15_24" issource="false" paragraphname="paragraph3" srcinfo="10:19">David Hume</span><span id="noHighlight_0.3052884347551561"> </span><span dstinfo="26:47" id="ouHighlight__21_38TO26_47" issource="false" paragraphname="paragraph3" srcinfo="21:38">was heavily influenced</span><span id="noHighlight_0.8488665357791088"> </span><span dstinfo="49:54" id="ouHighlight__40_43TO49_54" issource="false" paragraphname="paragraph3" srcinfo="40:43">by the</span><span id="noHighlight_0.6144498529332625"> </span><span dstinfo="56:65" id="ouHighlight__45_53TO56_65" issource="false" paragraphname="paragraph3" srcinfo="45:53">empiricism</span><span id="noHighlight_0.09208528464080867"> </span><span dstinfo="67:79" id="ouHighlight__55_64TO67_79" issource="false" paragraphname="paragraph3" srcinfo="55:64">of John Locke</span><span id="noHighlight_0.14727303745542364"></span><span dstinfo="81:90" id="ouHighlight__66_75TO81_90" issource="false" paragraphname="paragraph3" srcinfo="66:75">and George</span><span id="noHighlight_0.3054614351231437"> </span><span dstinfo="92:100" id="ouHighlight__77_85TO92_100" issource="false" paragraphname="paragraph3" srcinfo="77:85">Berkeley,</span><span id="noHighlight_0.5951974892053085"> </span><span dstinfo="102:106" id="ouHighlight__87_94TO102_106" issource="false" paragraphname="paragraph3" srcinfo="87:94">a few</span><span id="noHighlight_0.9118537457751714"> </span><span dstinfo="108:122" id="ouHighlight__104_121TO108_122" issource="false" paragraphname="paragraph3" srcinfo="104:121">French-speaking</span><span id="noHighlight_0.00047037704547747694"> </span><span dstinfo="124:130" id="ouHighlight__96_102TO124_130" issource="false" paragraphname="paragraph3" srcinfo="96:102">writers</span><span id="noHighlight_0.6978700649054952"> </span><span dstinfo="132:138" id="ouHighlight__123_129TO132_138" issource="false" paragraphname="paragraph3" srcinfo="123:129">such as</span><span id="noHighlight_0.7411326265987144"> </span><span dstinfo="140:145" id="ouHighlight__131_136TO140_145" issource="false" paragraphname="paragraph3" srcinfo="131:136">Pierre</span><span id="noHighlight_0.08726686088500735"> </span><span dstinfo="147:151" id="ouHighlight__138_142TO147_151" issource="false" paragraphname="paragraph3" srcinfo="138:142">Bayle</span><span dstinfo="152:161" id="ouHighlight__143_152TO152_161" issource="false" paragraphname="paragraph3" srcinfo="143:152">, and also</span><span id="noHighlight_0.42358794059283"> </span><span dstinfo="163:169" id="ouHighlight__154_158TO163_169" issource="false" paragraphname="paragraph3" srcinfo="154:158">figures</span><span id="noHighlight_0.43564520701410103"> </span><span dstinfo="171:176" id="ouHighlight__160_164TO171_176" issource="false" paragraphname="paragraph3" srcinfo="160:164">in the</span><span id="noHighlight_0.22031685074780505"> </span><span dstinfo="178:189" id="ouHighlight__175_185TO178_189" issource="false" paragraphname="paragraph3" srcinfo="175:185">intellectual</span><span id="noHighlight_0.3097372649255439"> </span><span dstinfo="191:199" id="ouHighlight__187_196TO191_199" issource="false" paragraphname="paragraph3" srcinfo="187:196">community</span><span id="noHighlight_0.8536674713165375"> </span><span dstinfo="201:210" id="ouHighlight__166_173TO201_210" issource="false" paragraphname="paragraph3" srcinfo="166:173">Foundation</span><span id="noHighlight_0.5651102069732878"> </span><span dstinfo="212:225" id="ouHighlight__198_204TO212_225" issource="false" paragraphname="paragraph3" srcinfo="198:204">United Kingdom</span><span id="noHighlight_0.508423950218484"> </span><span dstinfo="227:233" id="ouHighlight__206_212TO227_233" issource="false" paragraphname="paragraph3" srcinfo="206:212">such as</span><span id="noHighlight_0.5108572777312326"> </span><span dstinfo="235:247" id="ouHighlight__214_226TO235_247" issource="false" paragraphname="paragraph3" srcinfo="214:226">Isaac Newton,</span><span id="noHighlight_0.2937893530623623"> </span><span dstinfo="249:254" id="ouHighlight__228_233TO249_254" issource="false" paragraphname="paragraph3" srcinfo="228:233">Samuel</span><span id="noHighlight_0.6689983126225112"> </span><span dstinfo="256:261" id="ouHighlight__235_240TO256_261" issource="false" paragraphname="paragraph3" srcinfo="235:240">Clarke</span><span dstinfo="262:270" id="ouHighlight__241_249TO262_270" issource="false" paragraphname="paragraph3" srcinfo="241:249">, Francis</span><span id="noHighlight_0.32953070540479223"> </span><span dstinfo="272:280" id="ouHighlight__251_259TO272_280" issource="false" paragraphname="paragraph3" srcinfo="251:259">Hutcheson</span><span dstinfo="281:286" id="ouHighlight__260_265TO281_286" issource="false" paragraphname="paragraph3" srcinfo="260:265">, Adam</span><span id="noHighlight_0.9657111533899598"> </span><span dstinfo="288:292" id="ouHighlight__267_271TO288_292" issource="false" paragraphname="paragraph3" srcinfo="267:271">Smith</span><span dstinfo="293:304" id="ouHighlight__272_283TO293_304" issource="false" paragraphname="paragraph3" srcinfo="272:283">, and Joseph</span><span id="noHighlight_0.9832773013491864"> </span><span dstinfo="306:312" id="ouHighlight__285_291TO306_312" issource="false" paragraphname="paragraph3" srcinfo="285:291">Butler.</span><span id="noHighlight_0.015722985008747248"> </span><span dstinfo="314:317" id="ouHighlight__293_296TO314_317" issource="false" paragraphname="paragraph3" srcinfo="293:296">Hume</span><span id="noHighlight_0.48448582219846825"> </span><span dstinfo="319:322" id="ouHighlight__298_302TO319_322" issource="false" paragraphname="paragraph3" srcinfo="298:302">died</span><span id="noHighlight_0.9830477837902818"> </span><span dstinfo="324:329" id="ouHighlight__304_312TO324_329" issource="false" paragraphname="paragraph3" srcinfo="304:312">at age</span><span id="noHighlight_0.8478284562144338"> </span><span dstinfo="331:332" id="ouHighlight__323_329TO331_332" issource="false" paragraphname="paragraph3" srcinfo="323:329">65</span><span id="noHighlight_0.9098482015973026"> </span><span dstinfo="334:335" id="ouHighlight__332_335TO334_335" issource="false" paragraphname="paragraph3" srcinfo="332:335">in</span><span id="noHighlight_0.531233368619348"> </span><span dstinfo="337:339" id="ouHighlight__314_320TO337_339" issource="false" paragraphname="paragraph3" srcinfo="314:320">the</span><span id="noHighlight_0.4820354145351111"> </span><span dstinfo="341:344" id="ouHighlight__337_341TO341_344" issource="false" paragraphname="paragraph3" srcinfo="337:341">year</span><span id="noHighlight_0.8188288376470403"> </span><span dstinfo="346:349" id="ouHighlight__344_350TO346_349" issource="false" paragraphname="paragraph3" srcinfo="344:350">1776</span><span id="noHighlight_0.774270886657362"> </span><span dstinfo="351:352" id="ouHighlight__353_354TO351_352" issource="false" paragraphname="paragraph3" srcinfo="353:354">in</span><span id="noHighlight_0.37334877995011584"> </span><span dstinfo="354:368" id="ouHighlight__356_372TO354_368" issource="false" paragraphname="paragraph3" srcinfo="356:372">his hometown of</span><span id="noHighlight_0.3934719473076218"> </span><span dstinfo="370:389" id="ouHighlight__374_395TO370_389" issource="false" paragraphname="paragraph3" srcinfo="374:395">Edinburgh, Scotland.</span><span id="noHighlight_0.26459762342882276"> </span><span dstinfo="391:393" id="ouHighlight__385_387TO391_393" issource="false" paragraphname="paragraph3" srcinfo="385:387">And</span><span id="noHighlight_0.243832333124689"> </span><span dstinfo="395:414" id="ouHighlight__389_407TO395_414" issource="false" paragraphname="paragraph3" srcinfo="389:407">throughout his life,</span><span id="noHighlight_0.3587964307539653"> </span><span dstinfo="416:419" id="ouHighlight__409_412TO416_419" issource="false" paragraphname="paragraph3" srcinfo="409:412">Hume</span><span id="noHighlight_0.7960049727076177"> </span><span dstinfo="421:433" id="ouHighlight__414_433TO421_433" issource="false" paragraphname="paragraph3" srcinfo="414:433">never married</span><span id="noHighlight_0.37817103509798833">.</span></div>
<br style="background-color: white; color: #555555; font-family: 'Segoe UI', Tahoma, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; font-variant-ligatures: normal; orphans: 2; widows: 2;" />
<div paragraphname="paragraph5" style="background-color: white; color: #555555; font-family: 'Segoe UI', Tahoma, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; font-variant-ligatures: normal; orphans: 2; widows: 2;">
<b><span dstinfo="0:6" id="ouHighlight__0_10TO0_6" issource="false" paragraphname="paragraph5" srcinfo="0:10">Outline</span><span id="noHighlight_0.5257555243443024"> </span><span dstinfo="8:21" id="ouHighlight__12_20TO8_21" issource="false" paragraphname="paragraph5" srcinfo="12:20">The Thought Of</span><span id="noHighlight_0.37428557455660205"> </span><span dstinfo="23:32" id="ouHighlight__22_31TO23_32" issource="false" paragraphname="paragraph5" srcinfo="22:31">David Hume</span></b></div>
<div paragraphname="paragraph5" style="background-color: white; color: #555555; font-family: 'Segoe UI', Tahoma, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; font-variant-ligatures: normal; orphans: 2; widows: 2;">
<b><span dstinfo="23:32" issource="false" paragraphname="paragraph5" srcinfo="22:31"><br /></span></b></div>
<div paragraphname="paragraph6" style="background-color: white; color: #555555; font-family: 'Segoe UI', Tahoma, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; font-variant-ligatures: normal; orphans: 2; widows: 2;">
<span dstinfo="0:3" id="ouHighlight__0_3TO0_3" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="0:3">Hume</span><span id="noHighlight_0.1864640558102293"> </span><span dstinfo="5:15" id="ouHighlight__5_20TO5_15" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="5:20">States that</span><span id="noHighlight_0.6509984470570382"> </span><span dstinfo="17:28" id="ouHighlight__22_28TO17_28" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="22:28">human beings</span><span id="noHighlight_0.01943855553787266"> </span><span dstinfo="30:39" id="ouHighlight__30_37TO30_39" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="30:37">are driven</span><span id="noHighlight_0.03057269898668058"> </span><span dstinfo="41:49" id="ouHighlight__39_53TO41_49" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="39:53">to do the</span><span id="noHighlight_0.6045020181356509"> </span><span dstinfo="51:58" id="ouHighlight__67_73TO51_58" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="67:73">positive</span><span id="noHighlight_0.9937782826895265"> </span><span dstinfo="60:65" id="ouHighlight__55_65TO60_65" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="55:65">traits</span><span id="noHighlight_0.02367751268425633"> </span><span dstinfo="67:70" id="ouHighlight__75_77TO67_70" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="75:77">that</span><span id="noHighlight_0.28061231776251416"> </span><span dstinfo="72:77" id="ouHighlight__79_88TO72_77" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="79:88">not by</span><span id="noHighlight_0.9246472635919007"> </span><span dstinfo="79:83" id="ouHighlight__115_119TO79_83" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="115:119">moral</span><span id="noHighlight_0.07046835761727199"> </span><span class="" dstinfo="85:91" id="ouHighlight__106_113TO85_91" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="106:113">feeling</span><span id="noHighlight_0.7924732442772635"> </span><span class="" dstinfo="93:102" id="ouHighlight__96_104TO93_102" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="96:104">but rather</span><span id="noHighlight_0.5353901154936935"> the </span><span dstinfo="108:112" id="ouHighlight__90_94TO108_112" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="90:94">ratio</span><span dstinfo="134:135" id="ouHighlight__154_155TO134_135" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="154:155">.</span><span id="noHighlight_0.58248134663096"> </span><span dstinfo="137:150" id="ouHighlight__145_156TO137_150" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="145:156">With the ratio</span><span id="noHighlight_0.19276403710292178"> </span><span dstinfo="152:157" id="ouHighlight__158_164TO152_157" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="158:164">of man</span><span id="noHighlight_0.7490597340085969"> </span><span dstinfo="159:168" id="ouHighlight__166_177TO159_168" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="166:177">produces a</span><span id="noHighlight_0.06972271326279289"> </span><span dstinfo="170:176" id="ouHighlight__179_187TO170_176" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="179:187">tool or</span><span id="noHighlight_0.9078281265959209"> </span><span class="" dstinfo="178:185" id="ouHighlight__189_198TO178_185" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="189:198">a way to</span><span id="noHighlight_0.8121159051843079"> </span><span class="" dstinfo="187:191" id="ouHighlight__200_207TO187_191" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="200:207">reach</span><span id="noHighlight_0.06876708309389201"> </span><span dstinfo="193:200" id="ouHighlight__209_218TO193_200" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="209:218">pleasure</span><span dstinfo="201:205" id="ouHighlight__219_225TO201_205" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="219:225">, but</span><span id="noHighlight_0.0637792728979687"> </span><span dstinfo="207:211" id="ouHighlight__227_230TO207_211" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="227:230">which</span><span id="noHighlight_0.3063813216242188"> </span><span dstinfo="213:221" id="ouHighlight__232_243TO213_221" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="232:243">drove the</span><span id="noHighlight_0.4966861277162271"> </span><span dstinfo="223:228" id="ouHighlight__245_252TO223_228" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="245:252">action</span><span id="noHighlight_0.2960535157855477"> </span><span dstinfo="230:231" id="ouHighlight__254_256TO230_231" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="254:256">it</span><span id="noHighlight_0.9311671121888523"> </span><span dstinfo="233:249" id="ouHighlight__258_272TO233_249" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="258:272">is the feeling of</span><span id="noHighlight_0.4126030012682407"> </span><span dstinfo="251:255" id="ouHighlight__274_283TO251_255" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="274:283">moral</span><span id="noHighlight_0.7797637394041002"> </span><span dstinfo="257:260" id="ouHighlight__285_291TO257_260" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="285:291">work</span><span id="noHighlight_0.627608330942615"> </span><span class="" dstinfo="262:273" id="ouHighlight__293_308TO262_273" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="293:308">subjectively</span><span id="noHighlight_0.35858290946214155"> </span><span dstinfo="275:282" id="ouHighlight__310_320TO275_282" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="310:320">based on</span><span id="noHighlight_0.8070410430944981"> </span><span dstinfo="284:292" id="ouHighlight__322_331TO284_292" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="322:331">self-love</span><span id="noHighlight_0.13811715694277527"> </span><span dstinfo="294:294" id="ouHighlight__333_333TO294_294" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="333:333">(</span><span dstinfo="295:309" id="ouHighlight__334_345TO295_309" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="334:345">which is useful</span><span id="noHighlight_0.09948291944403986"> </span><span dstinfo="311:326" id="ouHighlight__347_350TO311_326" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="347:350">in order to make</span><span id="noHighlight_0.5983083992692804"> </span><span dstinfo="328:336" id="ouHighlight__352_368TO328_336" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="352:368">ourselves</span><span id="noHighlight_0.5522830678070583"> </span><span dstinfo="338:341" id="ouHighlight__370_375TO338_341" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="370:375">feel</span><span id="noHighlight_0.8094591347611431"> </span><span dstinfo="343:353" id="ouHighlight__377_382TO343_353" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="377:382">scrumptious</span><span dstinfo="354:354" id="ouHighlight__383_383TO354_354" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="383:383">)</span><span id="noHighlight_0.6493816821431821"> </span><span class="" dstinfo="356:367" id="ouHighlight__385_395TO356_367" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="385:395">and sympathy</span><span id="noHighlight_0.23123870945095648"> </span><span dstinfo="369:375" id="ouHighlight__397_404TO369_375" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="397:404">(making</span><span id="noHighlight_0.9839109061951643"> </span><span dstinfo="377:382" id="ouHighlight__406_415TO377_382" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="406:415">others</span><span id="noHighlight_0.5558962589978302"> </span><span dstinfo="384:392" id="ouHighlight__417_427TO384_392" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="417:427">also felt</span><span id="noHighlight_0.1986026017510223"> </span><span dstinfo="394:404" id="ouHighlight__429_434TO394_404" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="429:434">deliciously</span><span id="noHighlight_0.9227061615258225"> </span><span dstinfo="406:408" id="ouHighlight__436_440TO406_408" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="436:440">and</span><span id="noHighlight_0.18120891414747087"> </span><span dstinfo="410:416" id="ouHighlight__442_451TO410_416" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="442:451">protect</span><span id="noHighlight_0.8405961307499907"> </span><span dstinfo="418:423" id="ouHighlight__453_462TO418_423" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="453:462">others</span><span id="noHighlight_0.020061778642357142"> </span><span dstinfo="425:433" id="ouHighlight__464_478TO425_433" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="464:478">from fear</span><span dstinfo="434:435" id="ouHighlight__479_480TO434_435" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="479:480">).</span><span id="noHighlight_0.9763692654690075"> </span><span class="" dstinfo="437:444" id="ouHighlight__482_493TO437_444" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="482:493">Sympathy</span><span id="noHighlight_0.7660550097628955"> </span><span dstinfo="446:447" id="ouHighlight__495_497TO446_447" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="495:497">it</span><span id="noHighlight_0.49661562347943655"> </span><span class="" dstinfo="449:460" id="ouHighlight__499_505TO449_460" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="499:505">according to</span><span id="noHighlight_0.9965452865059043"> </span><span dstinfo="462:465" id="ouHighlight__507_510TO462_465" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="507:510">Hume</span><span dstinfo="466:478" id="ouHighlight__511_521TO466_478" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="511:521">, encouraging</span><span id="noHighlight_0.340114495193637"> </span><span dstinfo="480:488" id="ouHighlight__523_535TO480_488" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="523:535">humans to</span><span id="noHighlight_0.6422593676532022"> </span><span dstinfo="490:498" id="ouHighlight__537_548TO490_498" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="537:548">cultivate</span><span id="noHighlight_0.9529642050216982"> </span><span dstinfo="500:505" id="ouHighlight__564_567TO500_505" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="564:567">public</span><span id="noHighlight_0.908463668422937"> </span><span dstinfo="507:513" id="ouHighlight__550_562TO507_513" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="550:562">welfare</span><span id="noHighlight_0.9630272405689537"> </span><span class="" dstinfo="515:525" id="ouHighlight__569_580TO515_525" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="569:580">and justice</span><span id="noHighlight_0.049489737577083526"> </span><span dstinfo="527:532" id="ouHighlight__582_588TO527_532" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="582:588">as the</span><span id="noHighlight_0.3437785781202771"> </span><span class="" dstinfo="534:546" id="ouHighlight__590_610TO534_546" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="590:610">protection of</span><span id="noHighlight_0.9283324019948278"> </span><span dstinfo="548:559" id="ouHighlight__612_625TO548_559" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="612:625">their rights</span><span id="noHighlight_0.18447141648619225"> </span><span dstinfo="561:561" id="ouHighlight__627_627TO561_561" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="627:627">(</span><span dstinfo="562:570" id="ouHighlight__628_636TO562_570" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="628:636">Copleston</span><span id="noHighlight_0.6899990364733022">,</span><span id="noHighlight_0.6351923098787928"> </span><span dstinfo="573:576" id="ouHighlight__640_646TO573_576" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="640:646">1993</span><span id="noHighlight_0.49801633017788616">:</span><span dstinfo="578:584" id="ouHighlight__651_657TO578_584" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="651:657">337-338</span><span dstinfo="585:586" id="ouHighlight__659_660TO585_586" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="659:660">).</span><span id="noHighlight_0.5562959087477422"> </span><span dstinfo="588:591" id="ouHighlight__655_658TO588_591" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="655:658">Hume</span><span id="noHighlight_0.23985251126276452"> </span><span dstinfo="593:602" id="ouHighlight__660_676TO593_602" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="660:676">added that</span><span id="noHighlight_0.6421918897722101"> </span><span class="" dstinfo="604:614" id="ouHighlight__678_685TO604_614" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="678:685">feelings of</span><span id="noHighlight_0.5320396570965324"> </span><span dstinfo="616:622" id="ouHighlight__687_694TO616_622" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="687:694">Justice</span><span id="noHighlight_0.4310328399972605"> </span><span class="" dstinfo="624:627" id="ouHighlight__696_699TO624_627" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="696:699">that</span><span id="noHighlight_0.8986502867006609"> </span><span class="" dstinfo="629:633" id="ouHighlight__710_716TO629_633" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="710:716">human</span><span id="noHighlight_0.5254361563891046"> </span><span dstinfo="635:640" id="ouHighlight__728_732TO635_640" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="728:732">nature</span><span id="noHighlight_0.28241519204846655"> </span><span dstinfo="642:643" id="ouHighlight__718_726TO642_643" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="718:726">is</span><span id="noHighlight_0.35706500444618605"> </span><span dstinfo="645:649" id="ouHighlight__701_708TO645_649" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="701:708">owned</span><span id="noHighlight_0.5296358230469331"> </span><span dstinfo="651:661" id="ouHighlight__734_740TO651_661" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="734:740">artificial,</span><span id="noHighlight_0.7853361784611494"> </span><span dstinfo="663:673" id="ouHighlight__742_752TO663_673" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="742:752">not natural</span><span id="noHighlight_0.055072641874403194">.</span><span id="noHighlight_0.7004444234174525"></span><span dstinfo="676:678" id="ouHighlight__764_767TO676_678" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="764:767">New</span><span id="noHighlight_0.2733879816326328"> </span><span dstinfo="680:686" id="ouHighlight__755_762TO680_686" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="755:762">justice</span><span id="noHighlight_0.9655739830356362"> </span><span class="" dstinfo="688:694" id="ouHighlight__769_778TO688_694" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="769:778">evolved</span><span id="noHighlight_0.05113537613892083"> </span><span dstinfo="696:700" id="ouHighlight__780_786TO696_700" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="780:786">after</span><span id="noHighlight_0.9953416410737503"> </span><span dstinfo="702:707" id="ouHighlight__788_794TO702_707" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="788:794">humans</span><span id="noHighlight_0.9833300079801461"> </span><span class="" dstinfo="709:720" id="ouHighlight__796_812TO709_720" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="796:812">dealing with</span><span id="noHighlight_0.9508037531028954"> </span><span dstinfo="722:737" id="ouHighlight__814_828TO722_737" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="814:828">social problems.</span><span id="noHighlight_0.9145027334084272"> </span><span dstinfo="739:746" id="ouHighlight__830_841TO739_746" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="830:841">Everyone</span><span id="noHighlight_0.7243982245406608"> </span><span dstinfo="748:760" id="ouHighlight__843_853TO748_760" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="843:853">agreed to the</span><span id="noHighlight_0.7317312434891168"> </span><span dstinfo="762:771" id="ouHighlight__855_862TO762_771" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="855:862">demands of</span><span id="noHighlight_0.6553394055189341"> </span><span class="" dstinfo="773:783" id="ouHighlight__864_877TO773_783" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="864:877">Justice and</span><span id="noHighlight_0.5788249092150155"> </span><span class="" dstinfo="785:795" id="ouHighlight__879_888TO785_795" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="879:888">stick to it</span><span id="noHighlight_0.6226112431817623"> </span><span class="" dstinfo="797:803" id="ouHighlight__890_896TO797_803" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="890:896">through</span><span id="noHighlight_0.9073597698620874"> </span><span dstinfo="805:814" id="ouHighlight__898_906TO805_814" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="898:906">refraction</span><span id="noHighlight_0.0018943240206175105"> </span><span dstinfo="816:824" id="ouHighlight__908_922TO816_824" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="908:922">to follow</span><span id="noHighlight_0.9463182890200768"> </span><span dstinfo="826:830" id="ouHighlight__924_936TO826_830" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="924:936">rules</span><span id="noHighlight_0.543688838750092"> </span><span class="" dstinfo="832:839" id="ouHighlight__938_948TO832_839" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="938:948">based on</span><span id="noHighlight_0.9669588383807459"> </span><span class="" dstinfo="841:849" id="ouHighlight__950_957TO841_849" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="950:957">sympathy-</span><span class="" dstinfo="850:857" id="ouHighlight__958_964TO850_857" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="958:964">sympathy</span><span id="noHighlight_0.06704263510064057"> </span><span dstinfo="859:865" id="ouHighlight__966_982TO859_865" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="966:982">we feel</span><span id="noHighlight_0.7239210153125808"> </span><span dstinfo="867:877" id="ouHighlight__984_999TO867_877" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="984:999">for others.</span><span id="noHighlight_0.45998074993155935"> </span><span class="" dstinfo="879:890" id="ouHighlight__1001_1020TO879_890" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="1001:1020">To engage in</span><span id="noHighlight_0.6571763802067949"> </span><span dstinfo="892:898" id="ouHighlight__1022_1029TO892_898" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="1022:1029">justice</span><span id="noHighlight_0.4134888921015505"> </span><span dstinfo="900:903" id="ouHighlight__1031_1033TO900_903" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="1031:1033">that</span><span id="noHighlight_0.6681215683270125"> </span><span dstinfo="905:908" id="ouHighlight__1035_1040TO905_908" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="1035:1040">each</span><span id="noHighlight_0.7489387414013333"> </span><span dstinfo="910:915" id="ouHighlight__1048_1052TO910_915" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="1048:1052">should</span><span id="noHighlight_0.7190039019054499"> </span><span dstinfo="917:929" id="ouHighlight__1054_1060TO917_929" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="1054:1060">adhere to the</span><span id="noHighlight_0.45970350190744114"> </span><span dstinfo="931:943" id="ouHighlight__1062_1076TO931_943" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="1062:1076">agreement and</span><span id="noHighlight_0.7549692342062624"> </span><span dstinfo="945:949" id="ouHighlight__1042_1046TO945_949" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="1042:1046">otang</span><span id="noHighlight_0.8028975118978348"> </span><span dstinfo="951:955" id="ouHighlight__1078_1090TO951_955" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="1078:1090">rules</span><span id="noHighlight_0.6723863626555504"> </span><span dstinfo="957:965" id="ouHighlight__1092_1099TO957_965" issource="false" paragraphname="paragraph6" srcinfo="1092:1099">together.</span></div>
<div paragraphname="paragraph7" style="background-color: white; color: #555555; font-family: 'Segoe UI', Tahoma, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; font-variant-ligatures: normal; orphans: 2; widows: 2;">
<span dstinfo="0:1" id="ouHighlight__0_4TO0_1" issource="false" paragraphname="paragraph7" srcinfo="0:4">In</span><span id="noHighlight_0.41550577467089456"> </span><span dstinfo="3:9" id="ouHighlight__6_13TO3_9" issource="false" paragraphname="paragraph7" srcinfo="6:13">ethical</span><span id="noHighlight_0.0663102794595456"> </span><span dstinfo="11:14" id="ouHighlight__15_18TO11_14" issource="false" paragraphname="paragraph7" srcinfo="15:18">Hume</span><span id="noHighlight_0.2984326269962436"> </span><span dstinfo="16:19" id="ouHighlight__20_23TO16_19" issource="false" paragraphname="paragraph7" srcinfo="20:23">also</span><span id="noHighlight_0.4811327750450498"> </span><span dstinfo="21:27" id="ouHighlight__25_32TO21_27" issource="false" paragraphname="paragraph7" srcinfo="25:32">discard</span><span id="noHighlight_0.39290463315981117"> </span><span dstinfo="29:40" id="ouHighlight__34_46TO29_40" issource="false" paragraphname="paragraph7" srcinfo="34:46">all forms of</span><span id="noHighlight_0.7086724908347042"> </span><span class="" dstinfo="42:50" id="ouHighlight__48_57TO42_50" issource="false" paragraphname="paragraph7" srcinfo="48:57">causality</span><span class="" dstinfo="51:54" id="ouHighlight__58_64TO51_54" issource="false" paragraphname="paragraph7" srcinfo="58:64">, as</span><span id="noHighlight_0.689384208458272"> </span><span dstinfo="56:67" id="ouHighlight__66_69TO56_67" issource="false" paragraphname="paragraph7" srcinfo="66:69">common sense</span><span id="noHighlight_0.7935438534837447"> </span><span dstinfo="69:76" id="ouHighlight__71_81TO69_76" issource="false" paragraphname="paragraph7" srcinfo="71:81">can only</span><span id="noHighlight_0.6839917381250546"> </span><span dstinfo="78:89" id="ouHighlight__83_97TO78_89" issource="false" paragraphname="paragraph7" srcinfo="83:97">point to the</span><span id="noHighlight_0.32887499869226233"> </span><span dstinfo="91:102" id="ouHighlight__99_104TO91_102" issource="false" paragraphname="paragraph7" srcinfo="99:104">existence of</span><span id="noHighlight_0.8896438191697782"> </span><span dstinfo="104:112" id="ouHighlight__124_138TO104_112" issource="false" paragraphname="paragraph7" srcinfo="124:138">an act of</span><span id="noHighlight_0.48048029549625104"> </span><span dstinfo="114:122" id="ouHighlight__140_147TO114_122" issource="false" paragraphname="paragraph7" srcinfo="140:147">a certain</span><span id="noHighlight_0.697970030114414"> </span><span class="" dstinfo="124:135" id="ouHighlight__106_122TO124_135" issource="false" paragraphname="paragraph7" srcinfo="106:122">alignment of</span><span id="noHighlight_0.8633783746991441"> </span><span class="" dstinfo="137:140" id="ouHighlight__149_152TO137_140" issource="false" paragraphname="paragraph7" srcinfo="149:152">that</span><span id="noHighlight_0.10376629960537298"> </span><span dstinfo="142:149" id="ouHighlight__154_161TO142_149" issource="false" paragraphname="paragraph7" srcinfo="154:161">de facto</span><span id="noHighlight_0.4188344535921169"> </span><span dstinfo="151:161" id="ouHighlight__163_172TO151_161" issource="false" paragraphname="paragraph7" srcinfo="163:172">exists with</span><span id="noHighlight_0.5764642181758153"> </span><span dstinfo="163:163" id="ouHighlight__174_178TO163_163" issource="false" paragraphname="paragraph7" srcinfo="174:178">a</span><span id="noHighlight_0.2299680644572213"> </span><span dstinfo="165:182" id="ouHighlight__180_194TO165_182" issource="false" paragraphname="paragraph7" srcinfo="180:194">particular purpose</span><span id="noHighlight_0.8776822371441821"> </span><span dstinfo="184:187" id="ouHighlight__196_199TO184_187" issource="false" paragraphname="paragraph7" srcinfo="196:199">that</span><span id="noHighlight_0.6622118009688911"> </span><span dstinfo="189:196" id="ouHighlight__201_208TO189_196" issource="false" paragraphname="paragraph7" srcinfo="201:208">de facto</span><span id="noHighlight_0.6520021761889836"> </span><span dstinfo="198:204" id="ouHighlight__210_213TO198_204" issource="false" paragraphname="paragraph7" srcinfo="210:213">exists,</span><span id="noHighlight_0.8081132882668498"> </span><span dstinfo="206:210" id="ouHighlight__215_225TO206_210" issource="false" paragraphname="paragraph7" srcinfo="215:225">or by</span><span id="noHighlight_0.5163284979766438"> </span><span dstinfo="212:212" id="ouHighlight__227_231TO212_212" issource="false" paragraphname="paragraph7" srcinfo="227:231">a</span><span id="noHighlight_0.4310952699866133"> </span><span dstinfo="214:221" id="ouHighlight__243_250TO214_221" issource="false" paragraphname="paragraph7" srcinfo="243:250">specific</span><span id="noHighlight_0.42264681647417834"> </span><span class="" dstinfo="223:232" id="ouHighlight__233_241TO223_232" issource="false" paragraphname="paragraph7" srcinfo="233:241">regulation</span><span id="noHighlight_0.03477453854158541"> </span><span dstinfo="234:238" id="ouHighlight__252_255TO234_238" issource="false" paragraphname="paragraph7" srcinfo="252:255">which</span><span id="noHighlight_0.9697264012997899"> </span><span dstinfo="240:241" id="ouHighlight__257_258TO240_241" issource="false" paragraphname="paragraph7" srcinfo="257:258">de</span><span id="noHighlight_0.49754423873130627"> </span><span dstinfo="243:247" id="ouHighlight__260_264TO243_247" issource="false" paragraphname="paragraph7" srcinfo="260:264">facto</span><span id="noHighlight_0.43338192737470527"> </span><span dstinfo="249:253" id="ouHighlight__266_268TO249_253" issource="false" paragraphname="paragraph7" srcinfo="266:268">there</span><span id="noHighlight_0.775647256918401">.</span><span id="noHighlight_0.959887188473763"> </span><span dstinfo="256:259" id="ouHighlight__271_275TO256_259" issource="false" paragraphname="paragraph7" srcinfo="271:275">Just feeling</span><span id="noHighlight_0.11739086793625009"> </span><span dstinfo="273:281" id="ouHighlight__289_303TO273_281" issource="false" paragraphname="paragraph7" srcinfo="289:303">that give</span><span id="noHighlight_0.21216992022423553"> </span><span dstinfo="283:295" id="ouHighlight__305_309TO283_295" issource="false" paragraphname="paragraph7" srcinfo="305:309">the nature of</span><span id="noHighlight_0.6457301956121064"> the </span><span dstinfo="301:312" id="ouHighlight__311_325TO301_312" issource="false" paragraphname="paragraph7" srcinfo="311:325">good or evil</span><span id="noHighlight_0.7432988088197934"> </span><span class="" dstinfo="314:315" id="ouHighlight__327_332TO314_315" issource="false" paragraphname="paragraph7" srcinfo="327:332">in</span><span id="noHighlight_0.20300708806816847"> </span><span class="" dstinfo="317:324" id="ouHighlight__334_343TO317_324" issource="false" paragraphname="paragraph7" srcinfo="334:343">morality</span><span id="noHighlight_0.7710894715009742"> </span><span dstinfo="326:329" id="ouHighlight__345_356TO326_329" issource="false" paragraphname="paragraph7" srcinfo="345:356">to a</span><span id="noHighlight_0.812144429937232"> </span><span dstinfo="331:337" id="ouHighlight__368_375TO331_337" issource="false" paragraphname="paragraph7" srcinfo="368:375">certain</span><span id="noHighlight_0.4002544733994393"> </span><span dstinfo="339:343" id="ouHighlight__358_366TO339_343" issource="false" paragraphname="paragraph7" srcinfo="358:366">deeds</span><span id="noHighlight_0.4022418327519235">.</span><span id="noHighlight_0.13619361749988368"> </span><span dstinfo="346:354" id="ouHighlight__378_392TO346_354" issource="false" paragraphname="paragraph7" srcinfo="378:392">Therefore</span><span id="noHighlight_0.10255138590528423"> </span><span class="" dstinfo="356:371" id="ouHighlight__394_405TO356_371" issource="false" paragraphname="paragraph7" srcinfo="394:405">the feelings and</span><span id="noHighlight_0.23581284813038628"> </span><span class="" dstinfo="373:386" id="ouHighlight__407_420TO373_386" issource="false" paragraphname="paragraph7" srcinfo="407:420">belief</span><span id="noHighlight_0.541700909302407"> </span><span class="" dstinfo="388:400" id="ouHighlight__422_433TO388_400" issource="false" paragraphname="paragraph7" srcinfo="422:433">are important</span><span id="noHighlight_0.8165240873943407"> </span><span class="" dstinfo="402:403" id="ouHighlight__435_442TO402_403" issource="false" paragraphname="paragraph7" srcinfo="435:442">in</span><span id="noHighlight_0.5158288179510473"> </span><span class="" dstinfo="405:411" id="ouHighlight__444_449TO405_411" issource="false" paragraphname="paragraph7" srcinfo="444:449">ethics.</span></div>
</div>
Smarttekhno.comhttp://www.blogger.com/profile/15305183533971293605noreply@blogger.com0Unnamed Road, Spearman, TX 79081, USA36.315125147480508 -101.2510.793090647480508 -142.558594 61.837159647480505 -59.941406tag:blogger.com,1999:blog-4339639335746591040.post-9419531995930493122017-09-30T17:41:00.003+07:002017-09-30T17:41:54.379+07:00Epistemologi Abid Al Jabiri - Filsafat Islam<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<h2 style="text-align: left;">
<span style="font-weight: normal;"><span style="font-size: small;">Sinau Filsafat - Kali ini akan membahas tentang Epistemologi dari filsuf Muhammad Abid Al-Jabiri.</span></span><span style="font-size: small; font-weight: normal;"> Sekilas biografi nama lengkap Muhammad Abid al Jabiri lahir di maroko, ia dosen filsafat dan pemikiran isalam di fakultas sastra, Universitas Muhamad V, Rabat, Maroko. Ia juga seorang yang menggemari pemikiran Karl Marx. Meskipun ia membatasi diri hanya pada Islam - Arab ia membangun metodologi sendiri. ia juga termasuk pemiki kaum strukturalis, postrukturalis, dan posmodernis.</span></h2>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi2CBGmnUhy3AmOqxTJ-VZ-K2b9BMBOFFd8kZEBfJKSuK_DcsMdoKdre0p9DL6knDAAgNHlpd5S83dumEtk13luLXglrbNSPIImsONXiZBPBLxIpk-Q4fdV3zCfZ3I-JPmAK87USi_RR235/s1600/mohammed-abed-al-jabri.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="924" data-original-width="1527" height="385" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi2CBGmnUhy3AmOqxTJ-VZ-K2b9BMBOFFd8kZEBfJKSuK_DcsMdoKdre0p9DL6knDAAgNHlpd5S83dumEtk13luLXglrbNSPIImsONXiZBPBLxIpk-Q4fdV3zCfZ3I-JPmAK87USi_RR235/s640/mohammed-abed-al-jabri.jpg" width="640" /></a></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;"><span style="font-size: small;"><br /></span></span></div>
Baca : <span style="font-family: Roboto, sans-serif;"><a href="https://sinaufilsafat.blogspot.co.id/2017/09/sinau-filsafat-manusia-dalam-perpekstif.html" target="_blank">Manusia dalam Perpekstif Islam</a></span><br />
<br />
<b>Epostemologi Abid Al Jabiri</b><br />
Epistemologi Abid al jabiri dibagi menjadi 3 kerangka yaitu ; Bayani, Irfani, dan Burhani. Mari kita sedikit ulas 3 hal tersebut.<br />
<br />
<ol style="text-align: left;">
<li><b>Bayani</b>, adalah metode berfikir yang mempunyai ciri khas arab-islam, mengutamakan teks secara langsung dan tidak langsung, serta melalui pembenaran oleh pemikiran bahasa yang diacu melalui literasi/ buku pustaka yang bersumber dari Al-Quran dan Al-Hadits. Ushul dan furu', ushul adalah ujung rantai dari hubungan timbal balik dengan furu', menurut jabir ushul di sini tidak menunjuk pada dasar-dasar hukum fiqh, seperti al-quran, ijma', sunnah, dan qiyas, tetapi pada pengertian umum bahwa ia adalah pangkal dari proses pengalian pengetahuan. Peranan dan hubungan ushul dengan furu' mencakup sebagai sumber pengetahuan, sebagai sandaran bagi pengetahuan lain, dan sebagai pangkal proses pembentukan. Menurut Jabir, lafadz makna mengandung dua aspek yaitu; Teori dan Praktis. Dari sisi teori muncul tiga persoalan. Pertama, tentang makna suatu kata. Kedua, tentang analogi bahasa. Ketiga, tentang pemaknaan al asma asy-syar'iah, seperti kata zakat, sholat, puasa, dan lain sebagainya. Untuk cara jabir memperoleh pengetahuan ada dua jalan. Pertama, berpegang pada redaksi teks. Kedua, berpegang pada makna teks dengan menggunakan logika.</li>
<li><b>Irfani</b>, adalah pengetahuan yang didasarkan pada tersingkapnya rahasia-rahasia realita oleh Tuhan, diperoleh dengan olah nurani. Irfan dibagi menjadi 3 tahapan; Persiapan, Pengungkapan, dan Penerimaan. Tahap Persiapan memiliki 7 tahapan; Tobat, Wara, Zuhud, Faqir, Sabar, Tawakkal, dan Ridha. Beberapa pengkaji masalh irfani atau mistik membagi pengetahuan ini dalam beberapa tingkatan; Pertama, pengetahuan tak terkatakan. Kedua, Pengetahuan irfan atau mistisisme. Ketiga, Pengetahuan metasisisme yang terbagi menjadi dua; pertama, 1 orang ketiga masih dalam tradisi yang bersangkutan, kedua 2 orang ketiga dari tradisi yang berbeda.</li>
<li><b>Burhani</b>, adalah pengetahuan yang di landaskan atas rasio/akal. Menurut Jabir, rasio memberikan penilaian dan keputusan terhadap informasi-informasi yang masuk lewat indra, yang dikenal dengan istilah tassawur dan tasdiq. Burhani menggunakan aturan silogisme, tidak murni rasio tapi juga didasari atas rasio objek-objek eksternal. Silogisme dalam burhani terbagi menjadi 3 tahapan; Tahapan pengertian, tahapan pernyataan, dan tahapan Penalaran.</li>
</ol>
Baca Juga : <a href="https://sinaufilsafat.blogspot.co.id/2017/09/makalah-filsafat-islam-muhammad-iqbal.html" target="_blank">Makalah Filsafat Islam Muhammad Iqbal</a><br />
<br />
Dari ketiga hal yang sudah dijelaskan diatas, perbedaannya ialah; epistemologi bayani menghasilkan pengetahuan melalui analogi non fisik kepada yang asal, Epistemologi Irfani menghasilkan pengetahuan melalui proses penyatuan rohani kepada Tuhan dengan penyatuan Universal, sedangkan Epistemologi burhani menghasilkan pengetahuan melalui prinsip-prinsip logika berdasarkan atas pengetahuan sebelumnya yang sudah diyakini kebenarannya. Kesimpulannya pengetahuan atas hikmah yang didapat tidak dihasilkan oleh kekuatan rasio saja, namun juga melalui proses pencerahan rohani dan semua itu dengan memakai argumen rasional.<br />
<b><br /></b>
<b>Note : Bayani = Teks Suci, Irfani = Intuisi, Burhani = Rasio</b></div>
Smarttekhno.comhttp://www.blogger.com/profile/15305183533971293605noreply@blogger.com0Indonesia-0.789275 113.92132700000002-31.6684965 72.61273300000002 30.0899465 155.22992100000002tag:blogger.com,1999:blog-4339639335746591040.post-928383533837713862017-09-29T13:38:00.000+07:002017-09-29T13:38:48.577+07:00AIDIT, POLITISI YANG MALAS GOSOK GIGI? - Sinau Filsafat<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<h2>
<span style="font-weight: normal;"><span style="font-size: small;">Ketika seorang jurnalis bertanya, peserta yang baru selesai menonton filem G30S/PKI berpendapat bahwa melalui filem itu orang akhirnya mengerti bagaimana kekejaman PKI sedia kala.</span></span></h2>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhicU_nKGL9Ct0y5KqMaSe7V9guDrGFFzfyY92VEdLmbvvBheOPonMj988jsu0Sw-JAKMz9AaOIO0kSH4HSVv-awQFn_4dc_T6bXJmiP7WXcKzY3cYi8u3QzaclhNmq5yzQ7uWracgFaTGC/s1600/dn_aidit.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" data-original-height="806" data-original-width="600" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhicU_nKGL9Ct0y5KqMaSe7V9guDrGFFzfyY92VEdLmbvvBheOPonMj988jsu0Sw-JAKMz9AaOIO0kSH4HSVv-awQFn_4dc_T6bXJmiP7WXcKzY3cYi8u3QzaclhNmq5yzQ7uWracgFaTGC/s320/dn_aidit.jpg" width="237" /></a></div>
<br />
Pendapat mengani filem sebagai representasi dari suatu peristiwa perlu digaris bawahi. Alih-alih merupakan gambaran sebenarnya, filem adalah produk kreatif manusia. Dalam studi bahasa, masalah representasi semacam itu menjadi wilayah kajian wacana. Wacana dalam hal ini dilihat dari sudut pandang kritis. Mohammad A. S. Hikam (1996) menjelaskan bahwa terdapat tiga paradigma dalam kajian bahasa, salah satu diantaranya ialah paradigma kritis. Dalam pandangan ini, bahasa dipahami sebagai alat dominasi antar golongan. Berlainan dengan paradigma positivistik, yakni anggapan bahwa bahasa mampu mewadahi peristiwa secara otentik apa adanya, paradigma kritis justru menganggap peristiwa mengalami pembiasan.<br />
<br />
Contoh kasus ialah saat terjadi aksi menuntut Ahok beberapa waktu lalu, beberapa media memberitakan peristiwa itu secara berbeda. Salah satu menggambarakan kejadian itu sebagai 'demo rusuh', sedangkan yang lain menyebutnya 'demo bela Islam'. Apa gerangan yang terjadi? Mengapa peristiwa yang sama dilukiskan secara berbeda? Di sinilah paradigma kritis menyadari peran ideologi dalam menceritakan ulang sebuah peristiwa. Van Dijk (1997) berpendapat bahwa pilihan kata seperti itu memang erat kaitannya dengan nilai-nilai dan kepentingan pihak di belakang media. Bagi penulis yang tidak sependapat dengan demonstrasi itu menggambarkannya dengan cara yang cenderung negatif. Sebaliknya, media yang sejalan akan menceritakannya dengan nada penuh heroisme.<br />
<br />
Lalu bagaimana dengan filem? Filem sejatinya juga merupakan bahasa. Bedanya jika dalam tuturan dan tulisan mediumnya adalah bunyi dan grafis, sedangkan dalam filem mediumnya berupa gambar. Lebih tepatnya berupa motion picture. Meskipun dalam filem juga terdapat dialog maupun monolog yang menggunakan tuturan. Jadi filem sesungguhnya juga berperan sebagai media komunikasi yang menghubungkan antara komunikator dengan komunikan melalui sinema. Merunut gagasan paradigma kritis sebelumnya, filem dengan demikian juga tidak lepas dari ideologi dan kepentingan pihak yang berada di balik layar. Sebuah peristiwa yang direpresentasikan melalui filem ada kemungkinannya dibiaskan sesuai dengan ideologi dan kepentingan pihak yang bersangkutan.<br />
<br />
Dalam kaitannya dengan hal itulah kita perlu membukan kembali catatan yang ditinggalkan oleh Wijaya Herlambang. Dalam karya berjudul Kekerasan Budaya Pasca 1965 (2013), dia mengungkap bagaimana alat ideologis Orde Baru seperti filem G30S/PKI bekerja untuk memperkuat dominasi politik Soeharto. Menurutnya, penggambaran terhadap komunisme dalam filem itu melegitimasi kekerasan yang menimpa orang-orang yang dituduh anggota PKI. Memang, filem itu menggambarkan PKI sebagai kelompok yang keji dan kotor. Bahkan ada penggalan dalam filem itu yang menarik perhatian saya, yakni adegan meng-clouse up mulut Aidit ketika tengah terjadi rapat untuk merencanakan penculikan para jendral. Penggalan itu memperlihatkan gigi Aidit yang nampak kotor, hingga kemudian menciptakan kesan yang menjijikkan.<br />
<br />
Ideologi bekerja dalam ruang produksi. Seorang sutra dara mengarahkan proses pembuatan filem<br />
mulai dari pengambilan gambar hingga proses editing yang harus disesuaikan dengan kehendak pihak-pihak yang berada di baliknya, layaknya Orde Baru melalui filem G30S/PKI. Kerja di ruang produksi ini akan menentukan mana sisi yang perlu untuk ditonjolkan dan mana yang harus disembunyikan, termasuk bagaimana penggambaran dilakukan. Maka, sulit untuk mengatakan bahwa filem G30S/PKI merupakan gambaran sesungguhnya mengenai peristiwa penculikan dan pembunuhan para jendral kala itu.<br />
<br />
Konstruksi simbol seperti gambar, bunyi, dan tuturan berperan ampuh dalam menciptakan kesadaran dan mempengaruhi psikologis dari masyarakat. Sebuah penggambaran tertentu akan cenderung dipilih dibandingkan dengan yang lain untuk tujuan mencapai target yang dikehendaki. Maka filem G30S/PKI sulit untuk dipisahkan dari upaya dramatisasi Orde Baru. Begitu juga saya pun sangsi bahwa Aidit adalah politisi sekaligus tokoh partai komunis yang malas gosok gigi.<br />
<br />
( Zalkhoiri, Solo, 29/09/2017 )</div>
Smarttekhno.comhttp://www.blogger.com/profile/15305183533971293605noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4339639335746591040.post-3174529236527964962017-09-29T13:00:00.001+07:002017-09-29T13:00:17.298+07:00Aku Berpikir, Maka Aku… Menderita - Sinau Filsafat<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<a href="https://sinaufilsafat.blogspot.co.id/" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;" target="_blank"><img alt="Aku berfikir- maka aku ada" border="0" data-original-height="300" data-original-width="211" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgYHdosbpekdYm6FY5VLZzPV8-oHs9nfJw5DEnE3X6pM3qx6FHYwe0dWhK-fiOufwOjWMs3zBMIytwh8fEk3PgXqgCQChSwPJigDoaKWJRHkI3PDt6KSw8hQI_LWDYlRjzGx4BIosDrciZ5/s320/cogito_ergo.jpeg" title="Filsafat" width="224" /></a>Kali ini Sinau Filsafat akan membagikan artikel yang di tulis oleh mas Reza A.A Wattimena. Beliau Dosen di Unika Widya Mandala Surabaya, Doktor Filsafat dari Universitas Filsafat Muenchen, Jerman. Tulisan ini Begitu menarik dan berguna. Tulisan ini pernah di muat di Rumahfilsafat(dot)com.<br />
<br />
<br />
Sejak kecil, kita diajar untuk menjadi pintar. Kita diajar untuk melatih pikiran kita, sehingga menjadi pintar. Dengan kepintaran tersebut, kita dianggap bisa hidup dengan baik di kemudian hari. Kita juga bisa menolong orang lain dengan kepintaran yang kita punya.<br />
<br />
Hal ini bukan tanpa alasan. Dengan pikiran, manusia menciptakan filsafat. Dari filsafat kemudian berkembanglah beragam cabang ilmu pengetahuan, seperti kita kenal sekarang ini. Dari situ lahirlah teknologi yang kita gunakan sehari-hari.<br />
<br />
<b>Akal Budi di Eropa</b><br />
<br />
Di dalam sejarah Eropa, penggunaan akal budi manusia untuk berpikir menandakan lahirnya era baru di masa Yunani Kuno, sekitar 2300 tahun yang lalu. Cara berpikir mistik mitologis digantikan dengan cara berpikir logis rasional. Dunia tidak diatur oleh para dewa yang saling membenci, melainkan oleh hukum-hukum rasional yang bisa dipahami dengan akal budi. Dengan memahami hukum-hukum alam, manusia lalu bisa menguasai alam itu untuk kepentingannya.<br />
<br />
Di era abad pertengahan, yakni sekitar tahun 1300-an di Eropa, penggunaan akal budi secara mandiri juga membuka era baru, yakni era renaisans yang kemudian mendorong era pencerahan (Aufklärung) Eropa. Orang lalu keluar dari fanatisme agama, dan mulai berani menata kehidupan pribadi maupun bersama dengan prinsip-prinsip yang masuk akal. Penggunaan akal budi secara mandiri dianggap sebagai jalan keluar dari segala bentuk kebodohan. Atmosfer optimisme terhadap perkembangan peradaban manusia terasa kuat di udara.<br />
<br />
Di dalam filsafat dikenal argumen dari Rene Descartes, yakni aku berpikir, maka aku ada. Pikiran dianggap sebagai inti dari pribadi manusia. Pikiran juga dianggap sebagai satu-satunya hal yang tak terbantahkan keberadaannya, menurut Descartes. Sejak saat itu, penyelidikan mendalam terhadap struktur berpikir manusia pun dimulai.<br />
<br />
Puncaknya, pada hemat saya, ada di dalam filsafat pengetahuan Immanuel Kant. Ia menegaskan, bahwa pikiran manusia bergerak dengan beragam kategori (Kategorien der Vernunft). Dengan beragam kategori ini, yakni ruang, waktu, substansi, esensi, dan sebagainya, manusia bisa memahami dunianya. Dengan kata lain, pikiran manusia “menciptakan” dunia, yakni dunia sebagaimana dihidupinya.<br />
<br />
<b>Masalahnya</b><br />
<br />
Optimisme terhadap pikiran manusia itu pun runtuh, sejalan dengan berubahnya waktu. Penjajahan Eropa atas seluruh dunia, perbudakan, pembunuhan massal, genosida dan dua perang dunia yang menghancurkan banyak negara membuka sisi gelap dari pikiran manusia. Akal budi berubah menjadi semacam alat untuk mewujudkan tujuan-tujuan yang justru tidak rasional, seperti perang dan perbudakan. Akal budi menciptakan cara pandang dualistik-antagonistik yang melahirkan perbedaan kawan-lawan.<br />
<br />
Cara pandang dualistik yang memisahkan dan membuat tegangan antar manusia inilah akar dari segala konflik yang ada. Kita melihat orang lain sebagai sosok yang berbeda, bahkan musuh. Kita juga melihat alam sebagai sesuatu yang terpisah, yang bisa diperas untuk kepentingan kita. Pada tingkat pribadi, cara pandang dualistik antagonistik ini melahirkan kecemasan yang mendalam di dalam diri manusia, karena perasaan terpisah dengan alam dan manusia lain yang begitu kuat.<br />
<br />
Adorno dan Horkheimer melihat semua gejala ini sebagai sebuah krisis. Mereka menyebutnya sebagai dialektika pencerahan (Dialektik der Aufklärung). Intinya adalah, bahwa akal budi telah berubah menjadi mitos baru. Ia adalah pembebas yang kini justru menjadi penjara baru bagi hidup manusia yang melahirkan banyak masalah.<br />
<br />
Di dalam bukunya yang berjudul Teori Tindakan Komunikatif (Theorie des kommunikativen Handelns), Jürgen Habermas menawarkan jalan keluar dengan memahami akal budi sebagai akal budi komunikatif (kommunikative Vernunft). Sisi komunikatif ini sudah selalu ada di dalam bahasa dan di dalam pola pembicaraan antar manusia. Jika sisi ini dikembangkan, akal budi komunikatif bisa menjadi jalan keluar dari berbagai krisis di dalam kehidupan manusia. Akal budi komunikatif dianggap sebagai jalan keluar dari kebuntuan akal budi.<br />
<br />
Namun, banyak kritik yang menyatakan, bahwa pemikiran Habermas ini terlalu ideal. Pengaruh kekuasaan dan kepentingan tidak pernah bisa dilepaskan di dalam hubungan antar manusia. Teori tindakan komunikatif menarik secara teoritis dan filosofis. Namun, di dalam kehidupan politik nyata, ia tetap tunduk pada cengkraman kekuasaan dan kepentingan yang lebih besar.<br />
<br />
Di dalam bukunya Kritik der cynisischen Vernunft, Peter Sloterdijk menegaskan, bahwa akal budi tidak lagi dapat dijadikan sandaran bagi kehidupan manusia. Terlalu banyak kelemahan yang terkandung di dalamnya. Ia pun menyarankan, agar kita bersikap sinis terhadap akal budi kita sendiri. Tulisan-tulisan Sloterdijk lalu mengarah pada estetika sebagai jalan keluar dari segala kelemahan akal budi.<br />
<br />
<b>Tradisi Lain</b><br />
<br />
Eropa bergulat dengan akar dari kebudayaannya sendiri, yakni penggunaan akal budi secara mandiri di dalam kehidupan manusia. Akal budi telah membawa banyak perkembangan bagi hidup manusia. Namun, harga yang harus dibayar pun tidak kecil. Perang raksasa sampai dengan penderitaan batin yang amat dalam adalah dua contoh yang paling nyata.<br />
<br />
Ada tradisi lain yang mencoba memikirkan hakekat dari pikiran manusia. Tradisi ini adalah tradisi Zen yang berkembang di India, Cina, Korea dan Jepang. Di dalam tradisi Zen, pada hakekatnya, pikiran manusia adalah kosong. Ia tidak memiliki inti yang mandiri. Ia muncul dari beragam hal yang saling terkait, lalu kemudian terpisah di waktu berikutnya.<br />
<br />
Pikiran adalah juga sumber dari penderitaan hidup manusia. Ketika orang mulai berpikir, segalanya lalu muncul, yakni ruang, waktu, masa lalu, masa depan, penderitaan, kenangan dan ambisi. Ketika manusia mengira, bahwa semua itu benar, maka ia jatuh ke dalam kelekatan dengan pikirannya sendiri. Ia pun jatuh ke dalam penderitaan hidup yang berat.<br />
<br />
Jalan keluar dari ini adalah dengan kembali ke keadaan sebelum pikiran (before thinking). Keadaan sebelum pikiran ini disebut juga sebagai keadaan alamiah manusia. Keadaan ini tidak memiliki nama ataupun konsep. Ia jernih dan seperti ruang hampa luas.<br />
<br />
Orang lalu diajarkan untuk hidup dari titik sebelum pikiran tersebut. Artinya, orang hidup sepenuhnya dari kejernihan. Ketika ia memutuskan, ia pun memutuskan dari kejernihan. Ketika ia bertindak, ia juga bertindak dari kejernihan.<br />
<br />
Ada paradoks disini. Ketika orang hidup dari titik sebelum pikiran, ia melepaskan kelekatan dengan pikiran yang ia punya. Ketika kelekatan runtuh, orang lalu justru bisa menggunakan pikiran secara jernih dan tajam untuk menanggapi berbagai keadaan. Pikiran yang terbebaskan dari kelekatan adalah pikiran yang bisa membebaskan manusia dari segala bentuk masalah di dalam hidupnya.<br />
<br />
Jika orang hidup dari titik sebelum pikiran, maka secara alami akan tumbuh cinta dan kebijaksanaan yang sejati di dalam dirinya. Moralitas tidak lagi dipahami sebagai penyesuaian terhadap aturan-aturan masyarakat yang sudah ada sebelumnya, melainkan sebagai gerak batin yang muncul secara alami dari saat ke saat. Hannah Arendt pernah menulis, bahwa bahaya terbesar peradaban manusia bukanlah sikap tidak patuh, melainkan kepatuhan buta pada aturan. Kepatuhan buta inilah yang melahirkan fanatisme terhadap beragam sistem yang melahirkan konflik dan penderitaan bagi begitu banyak orang.<br />
<br />
<b>Mencoba</b><br />
<br />
Kita harus melepaskan kecanduan berpikir. Kita harus juga melepaskan kelekatan pada pikiran. Jalan keluar dari Zen menarik untuk dicoba, yakni kembali ke keadaan alamiah kita sebagai manusia sebelum segala pikiran muncul. Saya sudah mencobanya, dan saya merasakan kejernihan yang luar biasa di dalam berpikir dan bertindak.<br />
<br />
Saya tidak hanya lepas dari segala bentuk penderitaan batin, tetapi juga bisa menolong orang lain yang membutuhkan, sesuai dengan kemampuan saya. Zen memang bukan sekedar teori, tetapi laku hidup nyata. Buahnya bukan hanya kecerdasan, tetapi kedamaian, kejernihan dan kebijaksanaan yang sejati. Anda tertarik mencoba?Aku Berpikir, Maka Aku… Menderita<br />
<br />
Baca Juga : <a href="https://sinaufilsafat.blogspot.co.id/2017/09/pengantar-filsafat-ringan.html" target="_blank">Pengantar Filsafat Ringan</a><br />
<br />
<br /></div>
Smarttekhno.comhttp://www.blogger.com/profile/15305183533971293605noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4339639335746591040.post-54261175448101127112017-09-29T10:14:00.002+07:002017-09-29T10:14:37.334+07:00Anekdot Logika - Hukum Non-Kontradiksi - Sinau Filsafat<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<h2 style="text-align: center;">
<span style="font-weight: normal;"><span style="font-size: small;"><i>Tanpa Logika, akal tidak berguna.</i><i>Dengannya, Anda dapat memenangkan argumen dan meyakinkan banyak orang.</i></span></span></h2>
<div style="text-align: center;">
<i><br /></i></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_YXWOz5rxEPgOUoBvTPHKO21bSljew4spWHvRvILZgDhEePD4xfzd1-7ruRoIU2LQrWOytwuPYXjX4MBLFePVo_Vq40R6FuTlBGSw8zaEOQBcRv7yIVb_UuWxzuWooZXrpzUHXZIpn_Oq/s1600/logika.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="logika-hukum non-kontradiksi" border="0" data-original-height="482" data-original-width="800" height="384" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_YXWOz5rxEPgOUoBvTPHKO21bSljew4spWHvRvILZgDhEePD4xfzd1-7ruRoIU2LQrWOytwuPYXjX4MBLFePVo_Vq40R6FuTlBGSw8zaEOQBcRv7yIVb_UuWxzuWooZXrpzUHXZIpn_Oq/s640/logika.png" title="anekdot_logika-hukum non-kontradiksi" width="640" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<i><br /></i></div>
<div style="text-align: center;">
<i><br /></i></div>
<div style="text-align: center;">
<b>Platon : </b></div>
<div style="text-align: center;">
Terdapat begitu banyak filsafat yang saling bersaing. </div>
<div style="text-align: center;">
Bagaimana saya dapat yakin bahwa ada sesuatu yang benar?</div>
<div style="text-align: center;">
<b>Markesot :</b></div>
<div style="text-align: center;">
Siapa bilang ada sesuatu yang benar?</div>
<div style="text-align: center;">
<b>Platon : </b></div>
<div style="text-align: center;">
Ke situ lagikan. Mengapa kamu selalu menjawab pertanyaan dengan pertanyaan lain?</div>
<div style="text-align: center;">
<b>Markesot :</b></div>
<div style="text-align: center;">
Kamu punya kesulitan dengan hal itu?</div>
<div style="text-align: center;">
<b>Platon : </b></div>
<div style="text-align: center;">
Saya bahkan tidak tahu mengapa saya bertanya karena beberapa hal jelas benar. Seperti satu tambah satu sama dengan dua. Itu benar, cerita usai.</div>
<div style="text-align: center;">
<b>Markesot :</b></div>
<div style="text-align: center;">
Tetapi bagaimana anda dapat yakin?</div>
<div style="text-align: center;">
<b>Platon : </b></div>
<div style="text-align: center;">
Karena saya adalah seorang athena yang cerdas :D</div>
<div style="text-align: center;">
<b>Markesot :</b></div>
<div style="text-align: center;">
Itu pertanyaan lain lagi. Tetapi alasan kamu dapat yakin satu tambah satu adalah dua karena mengikuti hukum logika yang tak terbantahkan (absolut).</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Markesot benar.</div>
<div style="text-align: left;">
Mari kita mulai dengan sebuah lelucon klasik yang mengambil logika Aristoteles. </div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Seorang Rabbi menjalankan pengadilan di desanya. Bohim berdiri dan mengajukan masalahnya, sambil berkata, "Rabbi, Yona melewatkan domba-dombanya menyebrangi sawah saya setiap hari dan tanamanku mati karena terinjak-injak, ini tanah saya, ini tidak adil."</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Rabbi itu berkata, "anda benar bohim !!!".</div>
<div style="text-align: left;">
Tetapi kemudian Yona berdiri dan berkata " Tetapi bohim, melintasi tanahmu merupakan jalan satu-satunya menuju sumber air sehingga domba-dombanya bisa minum. Tanpanya, mereka akan mati. selama berabad-abad setiap gembala mempunyai hak jalan diatas tanah mengelilingi sumber itu, maka saya juga harus punya hak juga".</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Dan Rabbi itu berkata, "Anda benar".</div>
<div style="text-align: left;">
Pembantu perempuan, yang mendengarkan semuanya itu, berkata kepada Rabbi, "tetapi, Rabbi, keduanya tidak mungkin benar!"</div>
<div style="text-align: left;">
Dan rabbi itu menjawab, "kamu benar!"</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Pembantu perempuan itu memberi tahu sang Rabbi bahwa dia telah melanggar Hukum Non-Kontradiksi Aristoteles, yang bagi seorang rabbi tidak sejahat melanggar hukum yang melarang menginginkan pembantu perempuan tetangga, meskipun cukup dekat. Hukum Non-Kontradiksi mengatakan bahwa tidak ada suatu pun yang sekaligus dapat begitu dan sekaligus tidak begitu pada waktu yang sama. </div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
</div>
Smarttekhno.comhttp://www.blogger.com/profile/15305183533971293605noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4339639335746591040.post-39354938907581169252017-09-28T23:55:00.000+07:002017-09-29T01:38:02.819+07:00Makalah Filsafat Islam Muhammad Iqbal - Sinau Filsafat<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: center;">
<b>BAB I</b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>PENDAHULUAN</b></div>
<div style="text-align: center;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: center;">
<b><br /></b></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjxRBjCQ-Wpvh5GS6olkQ-XvPQP9EjSksqVTHE31rsMU-WGRvX46Rwqq7OWGVpJsGxg_m-hOjlWefxIyStDUToqtgcusedqWbZVufMvzUNnqC_f7hXs59KoLzbKR9m8vOhFOOFaU4b9QPzR/s1600/muhammad-iqbal-filsafat-islam.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="muhammad-iqbal-filsafat-islam" border="0" data-original-height="600" data-original-width="900" height="426" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjxRBjCQ-Wpvh5GS6olkQ-XvPQP9EjSksqVTHE31rsMU-WGRvX46Rwqq7OWGVpJsGxg_m-hOjlWefxIyStDUToqtgcusedqWbZVufMvzUNnqC_f7hXs59KoLzbKR9m8vOhFOOFaU4b9QPzR/s640/muhammad-iqbal-filsafat-islam.jpg" title="muhammad-iqbal-filsafat-islam" width="640" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<b><br /></b></div>
<br />
<div style="text-align: left;">
<b>A.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Latar Belakang</b></div>
Filsafat Islam tumbuh begitu pesat dibagian Timur tepatnya didaerah semenanjung Arab. Pertumbuhan mencapai puncaknya dimasa kekhalifaan Abbasyiah. Perkembangan itu tidak terlepas dari usaha para kaum cendekiawan untuk menerjemahkan buku-buku berbahasa Yunani, Mesir dan Persia. Selain itu dialog langsung yang dilakukan oleh orang muslim dengan orang non muslim dengan harapan adanya pertemuan budaya yang saling berbeda, menjadi faktor selanjutnya.<br />
Filsafat Islam banyak dipengaruhi aliran-aliran teologi yang timbul oleh proses politik pada saat itu. Dalam teologi Islam terdapat beberapa aliran besar yaitu Khawarij, Murjiah, Mu’tazillah, As-syariah, Al-Maturuddi (Samarkand dan Bukharah). Aliran teologi yang disebutkan diawal menekan empat hal mendasar yang menjadi pembahasannya, mengetahui Tuhan, kewajiban mengetahui Tuhan, mengetahui baik dan buruk, dan kewajiban mengetahui baik dan buruk. Perbedaan dari aliran teologi adalah peranan antara akal dan wahyu dalam mengetahui keempat hal mendasar tadi yang telah disebutkan. Sebagian besar para filsuf Islam berkiblat pada aliran teologi Mu’tazilah yang banyak memberikan peranan pada akal. Dapat diberikan contoh filsuf Islam yang berlandaskan pada As-syariah yaitu Al-Ghazali. Namun perlu diketahui dalam pembahasan filsafat Islam ada tiga hal yang sangat ditekankan yaitu tentang Tuhan, manusia dan alam.<br />
Setelah perkembangan ilmu dan kebudayaan manusia yang begitu pesat yang menembus batas ruang dan waktu. Lahirlah filsuf-filsuf baru bukan hanya didaerah Timur Tengah. Di India pada saat itu sebelum menjadi Pakistan sekarang ini lahirlah seorang filsuf yang bernama Muhammad Iqbal. Pengaruhnya sangat besar dalam dunia Islam, kekhasan pemikirannya dapat ditangkap melalui puisi-pusinya yang menggetarkan hati dan menimbulkan tanya pada pikiran. Untuk penjelasan yang lebih lanjut akan dijelaskan dalam materi makalah ini.<br />
<br />
<b>B.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Rumusan Masalah</b><br />
Adapun rumusan masalah yang akan diuraikan terkait dengan filsuf Muhammad Iqbal yaitu;<br />
1.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Bagaimana sejarah kehidupan Muhammad Iqbal?<br />
2.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Apa yang dibahas Muhammad Iqbal dalam filsafatnya?<br />
3.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Bagaimana pengaruh filsafat Muhammad Iqbal hingga masa kini?<br />
<br />
<b>C.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Tujuan </b><br />
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yang mengangkat filsafat Islam modern kontemporer Muhammad Iqbal yaitu;<br />
1.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Memperkenalkan Muhammad Iqbal kepada mahasiswa yang sedang menempuh mata kuliah Filsafat Islam Modern Kontemporer.<br />
2.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Mengetahui pembahasan yang menjadi tema sentral dari filsafat Muhammad Iqbal.<br />
3.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Pengaruh filsafat Muhammad Iqbal dalm dunia Islam hingga saat ini.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<b><br /></b>
<br />
<div style="text-align: center;">
<b>BAB II</b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>PEMBAHASAN</b></div>
<div style="text-align: center;">
<b><br /></b></div>
<b>A.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Sejarah Kehidupan Muhammad Iqbal</b><br />
<b><br /></b>
Kelahiran Muhammad Iqbal masih menjadi perdebatan terdapat perbedaan dalam menentukan waktu kelahirannya. Muhammad Iqbal adalah seorang pujangga Islam yang terlahir di Sialkat (Punjab) sebuah kota industri, pada 9 November 1877, sekarang berada di wilayah Pakistan. Iqbal adalah keturunan Brahmana dari subkasta Sapru yang leluhurnya berasal dari Kashmir, yang sekitar abad ke-18 dan awal abad ke-19 pindah ke Sialkot.<br />
Iqbal meninggal dunia pada usia 61 tahun. Selama hidupnya ia banyak mendapatkan kesempatan untuk menuntut ilmu. Ada dua orang yang sangat berpengaruh dalam hidup Muhammad Iqbal yaitu Maulana Mir Hasan yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan Syam al-Maulana, Matahari Para Ulama dan Prof. Thomas Arnolod.<br />
Dimasa belia Muhammad Iqbal banyak dibimbing oleh Maulana Mir Hasan di Scootish Mission School Sialkot. Muhamamd Iqbal diberikan pelajaran tentang agama, bahasa Arab dan Persia. Karena melihat kelebihan Muhammad Iqbal dalam menggubah sajak-sajak kedalam bahasa Urdu Mir Hasan terus mendorong pada kelebihannya tersebut.<br />
Setelah mendapatkan pelajaran agama dari seorang ulama yang ternama pada saat itu Muhamamd Iqbal malanjutkan studinya di Lahore. Di Lahore dia mendapat bimbingan langsung dari Prof. Thomas Arnold. Atas desakan dari Thomas Arnold, Muhammad Iqbal meneruskan studinya ke Universitas Cambridge, London. Kemudian Muhammad Iqbal memperdalam filsafat dibawah bimbingan McTaggart. Iqbal menulis tersis doktoralnya di Universitas Muinich Jerman dengan judul The Development of Metaphysics In Persia pada 1907 dbawah bimbingan Prof. F. Hammel.<br />
Adapun karya yang dituliskan oleh Muhammad Iqbal diantaranya: The Development of Metaphysics In Persia;Bang-I-Dara; Asrar-I-Khudi; Rumuz-I-Bekhudi; dan the reconstruction of muslim Jurispudence (tak terselesaikan).<br />
<br />
<b>B.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Pokok pembahasan dalam filsafat Muhammad Iqbal</b><br />
<b><br /></b>
Keseluruhan filsafat Iqbal pada hakikatnya adalah suatu pencarian yang dapat dikatakan: Pencarian manusia. Kemanusiaan adalah tujuan menuju terciptanya suatu ras ideal individu, akan tetapi datangnya Manusia Unggul tidak akan mungkin hingga melampaui proses yang mencakup tiga tahap yang dapat dibedakan;<br />
1.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Ketaatan pada hukum<br />
2.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Penguasaan diri sendiri yang merupakan bentuk kesadaran diri tentang pribadi<br />
3.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Kekhalifaan Ilahi (Widyastini, 2008:136).<br />
Iqbal juga dikenal sebagai filosof praktis: filsafatnya tidak menyodorkan suatu cita niskala yang tidak dapat dipikirkan perwujudannya (Widyastini, 2008:136).<br />
Pemikiran filsafat Iqbal dikenal istiah Naib atau Manusia Unggul. Naib merupakan tingkatan ego yang paling sempurna, puncak kehidupan mental atau fisik, dalam dirinya ketidakselarasan kehidupan mental kita menjadi keharmonisan. Kemampuan tertinggi bersatu dalam dirinya menjadi pengetahuan tertinggi. Ada penyatuan antara pikiran dan perbuatan, naluri dan akal menjadi satu. Ia adalah penguasa umat manusia. Kerajaannya adalah kerajaan Tuhan dimuka bumi (Widyastini, 2008:136).<br />
Sejalan dengan Manusia Unggul ada pula konsep Manusia Pelaku. Dipahami bahwa manusia bebas melakukan sesuatu terkait dengan lingkungan sosialnya. Menurut Iqbal, perubahan evolusioner yang lahir dari prinsip-prinsip Islam diperbarui dalam waktu yang panjang tentulah maenghasilkan perubahan revolusioner. Jalan itu menurut Iqbal mesti melahirkan situasi ideal yang menolak kapitalisme dan juga sosialisme tanpa agama (Maitre, 1985:36-37).<br />
Sang Manusia Pelaku mempunyai peran dalam merubah lingkungan sosial maka mempunyai cita-cita utopia tentang keadilan sosial. Hal ini dibahas Muhammad Iqbal. Utopia sosial adalah suatu usaha mengabungkan kerja keras naluriah masyarkaat menurut dogma-dogma Islam yang diperbaharui(Widyastini, 2008:136). Cita-cita keadilan sosial Iqbal akan membawa kepada konsep negara Islam yang memuat cita-cita sosialisme.<br />
Dalam pandangan Iqbal semangat filsafat adalah semangat penelahaan secara bebas. Segala macam ketentuan diragukannya. Tugasnya ialah mengikuti rekaan-rekaan pikiran manusia yang tidak kritits sampai ketempat-tempat yang masih tersembunyi, dan dalam pengusutan itu bisa juga akhirnya ia berkesudahan dengan menolak atau menerima secara hati terbuka kelemahan akal semata untuk sampai kepada kebenaran tertinggi. Inti sari agama ialah iman. Ia adalah sesuatu, semacam isi pengertian (cognitive content) (Iqbal, 2002: 4-5).<br />
Muhammad Iqbal tidak mempertentangkan antara akal dan intuisi. Menurutnya dalam menilai agama, filsafat mesti mengakui posisi agama yang asasi, dan tak ada alternatif lain dalam proses pemikiran yang sintesis, kecuali harus menerimanya sebagai sumber kekuatan. Keduanya tumbuh dari akar yang sama dan masing-masing saling melengkapi. Yang satu menangkap secara keseluruhan. Yang satu memusatkan perhatiannya pada aspek kekekalan, sementara yang lain kefanaan. Yang satu mendasarkan keseluruhan kebenaran itu dengan perlahan-lahan memasuki dan mendekati pelbagai macam bagian dari keseluruhan itu dengan maksud melakukan peninjauan semata. Keduanya saling membutuhkan untuk mengadakan peremajaan bersama. Keduanya mencari pandangan-pandangan kebenaran yang sama pula, dimana ia menjelma sesuai dengan tugasnya dalam hidup (Iqbal, 2002: 4-5).<br />
Muhammad Iqbal menyinggung pula tentang filsafat keindahan. Filsafat ini erat kaitannya dengan Ego Tertinggi atau ego mutlak Tuhan. Kehidupan manusia dalam keegoannnya adalah perjuangan terus menerus menaklukkan rintangan dan halangan demi tergapainya ego tertinggi. Karena rintangan yang terbesar adalah benda atau manusia harus menumbuhkan instrumen-instrumen tertenu dalam dirinya, misalnya daya indera, daya nalar dan lainnya yang membantunya nmenyesuaikan penghalang-penghalangnya. Selain itu, manusia juga harus terus menerus menciptakan hasrat dan cita-cita dalam kilatan cinta (‘isyg), keberanian dan kreativitas yang merupakan esensi dari keteguhan pribadi. Keindahan tidak lain adalah bentuk dari ekspresi kehendak hasrat dan cinta ego dalam mencapai ego mutlak tersebut (Iqbal, 2002: 4-5).<br />
Dengan demikian, keindahan tidak lain adalah hasil ciptaan ego. Keindahan adalah hasil ekspresinya, karena tenaga-hidup ego sendirilah yang mengekspresikan diri dalam perwujudan keindahan. Menurut Syarif, teori estetika Iqbal masuk dalam kategori kedua, objektif, karena bagi Iqbal, keindahan adalah kualitas benda (objek) yang diciptakan oleh ekspresi ‘ego-ego’ mereka sendiri. Untuk memperoleh keindahan, ego tidak berhutang pada jiwa penaggap, subjek, melainkan pada tenaga-kehidupannya sendiri (Soleh, 2004: 303).<br />
<br />
Adakah menyakitkan seorang merdeka<br />
Hidup dalam dunia ciptaan orang lain<br />
Ia yang kehilangan daya cipta<br />
Bagi-Ku tidak punya arti apa-apa<br />
Selain pembangkang dan penyebal<br />
Tak diperkenalkan ambil bagian dalam keindahan-Ku<br />
Ia tak memetik sebijipun buah kurma kehidupan<br />
<br />
<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Pahatlah lagi bingkaimu yang lama<br />
<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Bangunlah wujud yang baru<br />
<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Wujud seperti itu adalah wujud sebenarnya<br />
<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Atau jika tidak demikian<br />
<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Egomu hanyalah gumpalan asap belaka<br />
<br />
Dalam pemikiran filsafat, gagasan Iqbal tersebut disebut sebagai estetika vitalisme, yakni bahwa keindahan merupakan ekspresi ego-ego dalam kerangka prinsip-prinsip universal dari suatu dorongan hidup yang berdenyut di balik kehidupan sehingga harus juga memberikan kehidupan baru atau memberikan semangat hidup bagi lingkungannya (Soleh, 2004: 304).<br />
Muhammad Iqbal membahas pula tentang seni. Ada dua aliran seni yang selama ini berkembang. Pertama, gerakan anti-fungsionalisme, yakni gerakan yang menyatakan bahwa seni tidak mempunyai tujuan dan tidak mengejar tujuan diluar dirinya, karena ia adalah tujuan itu sendiri. Kedua, gerakan yang membedakan antara kandungan dan bentuk seni. Menurutnya, kandungan seni tidak mempunyai nilai estetik, tetapi hanya sekedar alat untuk menimbulkan efek artistik.<br />
Iqbal menolak kedua model gerakan tersebut. Baginya, tanpa kandungan emosi, kemauan dan gagasan-gagasan tidak lebih dari api yang telah padam. Sesuai dengan konsep-konsep tentang kepribadian, kemauan adalah sumber utama dalam pandangan seni Iqbal, sehingga seluruh isi seni-sensasi, perasaan, sentimen, ide-ide dan ideal-ideal- harus muncul dari sumber ini. Karena itu, seni tidak sekedar gagasan intelektual atau bentuk-bentuk estetika melainkan pemikiran yang dibumbui emosi dan mampu menggetarkan manusia (penanggap). Jadi menurut pandangan Iqbal seni adalah ekspresi-diri sang seniman (Soleh, 2004: 306).<br />
<b> </b><br />
<b>C.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Pengaruh Filsafat Muhammad Iqbal di Masa Kini</b><br />
<b><br /></b>
Pengaruh fisafat Iqbal yang paling signifikan adalah tentang sistem politik Negara Islam. Yang tidak terlepas dari cita-cita tentang keadilan sosial. Hal ini banyak mengisnpirasi para tokoh-tokoh seperti Sayyid ‘Ali Khamene’i, ‘Ali Syari’ati, dan Murtadha Muthahhari. Ketiga tokoh yang disebutkan merupakian para pelaku revolusi Iran yang menajdikan negara Iran sebagai Negara Islam.<br />
<br />
Akan dirangkumkan lima pokok pemikiran Muhammad Iqbal yang sampaikan sekarang masih menjadi rujukan para intelektul dari kalangan muslim dan non-muslim.<br />
1.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Memandang sejarah sebagai gerakan progresif. Iqbal memulai argumentasinya dengan menunjukkan sifat teleologis (kebertujuan) alam semesta ciptaan Tuhan. Selanjutnya, dalam proses pergerakan menuju tujuan penciptaan itu, Iqbal menunjukkan sifat dinamis penciptaan itu sendiri. Iqbal melihat waktu sebagai sesuatu yang sakral sehingga ia mengutip sebuah hadist Qudsi yang melarang “mencaci waktu (dahr)” karena “waktu adalah Allah”<br />
2.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Ijtihad sebagai sokoguru gerak Islam. Ijtihad merupakan usaha yang dilakukan manusia untuk mengerahkan pemikiran-pemikiran dalam rangka menanggapi aksi Allah, menjawab tantanganNya yang terus menerus menambahkan ciptaan baru itu. Dengan ijtihad bukannya mengadung distorsi terhada ajaran Islam yang auntentik. Justru merupakan inti khilafah. Iqbal mnyebutnya kemitraan dengan Allah.<br />
3.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Penegasan kembali konsep Alquran mengenai alam semesta empiris sebagai tanda-tanda (ayat) Allah. Kendatipun demikian, penghargaan al-Quran terhadap empiris sama sekali tak mengurangi penekanannya kepada rasio sebagai fakultas untuk mendapatkan kebenaran .<br />
4.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Intuisi sebagai kelanjutan rasio, meski pada tataran yang lebih tinggi. Lebih dari pada itu Iqbal menunjuk pada peran intelek (intuisi atau qalb/fu’ad) yang mampu mendapatkan kebenaran yang lebih tinggi. Berbeda dengan pemikir Muslim yang lain seperti Al-Ghazali yang terkadasng terkesan mempertentangkan rasio dengan intuisi.<br />
5.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Menegaskan penekanan al-Quran kepada amal. Yakni, setelah segenap penghargaanya kepada alam empiris, rasio, dan intusisi, itu akhirnya keberadaan seseorang dinilai dari kualitas amalnya. Butir terak ini kiranya melengkapi sifat pemikiran Iqbal yang dalam segenap intelektualismenya yang terkadang amat liberal, dinamistik, dan aktivistik ( Khamenei, Syariati, 2002: vii-ix).<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<b>BAB III</b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>KESIMPULAN</b></div>
<div style="text-align: center;">
<b><br /></b></div>
<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Muhammad Iqbal dilahirkan di Sialkat (Punjab) sebuah kota industri, pada 9 November 1877. Ia merupakan filsuf Islam yang berasal dari anak benua India sebelum akhirnya menjadi negara Pakistan.sepanjang hidupnya dia mendapatkan pendidikan yang baik. Ada dua orang yang paing berpengaruh dalam hidupnya yaitu; Maulana Mir Hasan yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan Syam al-Maulana, Matahari Para Ulama dan Prof. Thomas Arnold. Mir Hasan memompakan ruh keagmaan dalam diri Iqbal. Lalu dari Prof. Thomas Arnold seupa dengan Mir Hasan sarjana inilah yang pertama kali memasukkan filsafat barat kedalam jiwa Iqbal. Dari Sir Thomas Arnold mendapat dorongan untuk melanjutkan studinya di Eropa.<br />
<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Ada tiga hal pokok yang ingin disampikan Iqbal dalam filsafatnya yang bersifat praktis yaitu; Pertama, Manusia Unggul merupakan tingkatan ego yang paling sempurna, puncak kehidupan mental atau fisik, dalam dirinya ketidakselarasan kehidupan mental kita menjadi keharmonisan. Kedua, konsep Manusia Pelaku hal ini masih erat kaitannya dengan Manusia Unggul. Dimaksudkan bahwa manusia bebs melakukan perubahan dalam kehidupan sosialnya. Ketiga, tentang keadilan sosial yang perlu diwujudkan melalui pembentukan negara sesuai dengan nafas keIslaman.<br />
<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Pengaruh Muhammad Iqbal sangatlah besar diseluruh dunia pandangannya banyak dilirik oleh intelktual muslim dan non-muslim. Ha ini dapat terlihat jelas dengan pengaruh filsafatnya pada para pelaku revolusi di Iran hingga terbentuknya negara Islam Iran, seperti ‘Ali Syariati tokoh Syiah.<br />
<br />
DAFTAR PUSTAKA<br />
Iqbal, Muhammad, 2002, Rekonstruksi Pemikiran Agama dalam Islam, Penerbit Jalasutra,<br />
<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Yogyakarta<br />
Sholeh, Khudori, 2004, Wacana Baru Filsafat Islam, Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta<br />
Widyastini, 2008, Filsafat Islam “Abad Tengah Modern Kontemporer”, Penerbit Kepel Press,<br />
<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Yogyakarta<br />
<div>
<br /></div>
</div>
Smarttekhno.comhttp://www.blogger.com/profile/15305183533971293605noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4339639335746591040.post-15522360936463878972017-09-28T23:30:00.000+07:002017-09-28T23:30:04.266+07:00Empirisme John Locke (1632-1704)<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<h2 style="text-align: justify;">
<span style="font-weight: normal; text-align: left;"><span style="font-size: small;">John Locke adalah filosof yang berasal dari Inggris. Beliau dilahirkan di Wrington Somerst pada tanggal 29 Agustus 1632. </span></span><span style="font-size: small; font-weight: normal;">Locke memulai tradisi Empirisme di Inggris. Locke menyarankan bahwa “semua pengetahuan berasal dari indra”. (Solomon, 2002:386) Ia bereaksi terhadap keyakinan Descartes yang menurutnya tidak kritis terhadap akal budi. Bahwa akal budi dan spekulasi bersifat abstrak, maka kita harus percaya pada pengalaman, sebagai proses mengetahui dunia melalui panca indra. Pemikiran Locke kemudian diikuti oleh George Berkeley dan David Hume.</span></h2>
<div>
<span style="font-size: small; font-weight: normal;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgUKCXptFWdXK59hn_YTdUYd8jY6ugMwATSVnDAZHvLwslCsgQXo5bXnV2OO49EvqaP_rqO1DOhsvH2MDOtlc4ir2Hksvwecs2_x-IlqRKgyTVawoDfu1HTAhDtjEsSpm88GrPDYmzIf5ts/s1600/John-Locke.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="720" data-original-width="1280" height="360" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgUKCXptFWdXK59hn_YTdUYd8jY6ugMwATSVnDAZHvLwslCsgQXo5bXnV2OO49EvqaP_rqO1DOhsvH2MDOtlc4ir2Hksvwecs2_x-IlqRKgyTVawoDfu1HTAhDtjEsSpm88GrPDYmzIf5ts/s640/John-Locke.jpg" width="640" /></a></div>
<div>
<span style="font-size: small; font-weight: normal;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
Baca Juga : <a href="https://sinaufilsafat.blogspot.co.id/2017/09/pengantar-filsafat-ringan.html" target="_blank">Pengantar Filsafat Ringan</a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Pengetahuan yang benar bersumber dari dunia pengalaman, dunia konkret. Realitas adalah ‘tabularasa’, bagaikan kertas putih yang perlu diisi dengan banyak pengalaman.( lupa belum ketulis daftar pustaka dari buku ini, tapi ada di Perpus, aku susulkan besok ya :) Semakin banyak pengalaman yang dimiliki seseorang akan suatu hal maka akan semakin banyak pula kebenaran objektif yang didapatkan tentang suatu hal itu. Kebenaran terbentuk oleh pengalaman yang ditentukan oleh situasi dan kondisi tertentu. Oleh karena itu, kebenaran bersifat objektif-empiris, berubah-ubah sesuai dengan kondisi tertentu. Kemampuan ratio hanya dapat mengetahui secara abstrak, umum dan bersifat tetap. Sedangkan pengalaman indra mampu mengenali yang konkret, yang satu per satu dan selalu berubah-ubah ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Menurut Locke, pertama-tama pengetahuan berkenaan dengan pemeriksaan pikiran. Kita memeriksa atau ‘menginterospeksi’ ide-ide kita dan kemudian menarik sebuah kesimpulan. Dalam buku Sejarah Filsafat karya Robert C. Solomon juga dijelaskan bahwasanya Locke mengarahkan bahwa pikiran adalah ‘potongan kayu kosong’ yang akan ditulisi oleh pengalaman di sepanjang keidupan seseorang. Anggapan kaum rasionalis adalah manusia terlahir di dunia dengan ‘ide bawaan’ yang jelas. Sedangkan Locke memberikan perumpamaan layaknya kamar kecil yang kosong dengan sedikit celah lubang cahaya. Diluar ruang tersebut terdapat sumber cahaya yang bersinar sehingg ada cahaya yang menembus celah tersebut dan menyinari sebagian ruangan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Satu-satunya sasaran atau objek pengetahuan adalah gagasan-gagasan atau idea-idea, yang timbul karena pengalaman lahiriah (sensation) dan karena pengalaman batiniah (reflection) (Hadiwijono, 1980:36). Pengalaman memberi sensasi menimbulkan pengertian dalam pikiran dan memungkinkan kita memperoleh berbagai macam ide baru dan lebih kompleks. Pengalaman lahiriah mengajarkan hal-hal yang diluar diri kita. Sedangkan pengalaman batiniah mengajarkan tentang keadaan-keadaan psikis kita sendiri. keterpaduan antara pengalaman lahiriah menimbulkan gejala-gejala psikis yang harus ditanggapi oleh pengalaman batiniah. Semua pengetahuan berasal dari perasaan-perasaan dan refleksi terhadap cara berpikir dan mengolah sensasi-sensasi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Dalam (Solomon, 2002: 388) dijelaskan pula bahwa Locke merusak empirismenya sendiri dalam cara yang kritis. Pertama; Locke menyerah dalam prdebatan dengan para metafisikawan. Ia mengakui perlunya membahas atau membicarakan benda-benda dalam ‘dirinya sendiri’ atau dalam diri benda itu sendiri, terpisah dari pengalaman kita akan benda tersebut. Pandangan orang-orang, seharusnya ia mempertahankan teorinya sendiri bahwa semua yang disadari-dan semua yang diketahui-adalah sifat-sifat atau kualitas benda yang dapat diindrai saja. Sehingga benda ‘dibalik’ sifat yang tidak tertangkap oleh indra, dianggap tidak pernah dialami oleh manusia. Akhirnya hal ini menimbulkan suatu masalah: akan tampak bahwa kita tidak mengetahui benda-benda sama sekali, yang kita anggap sebagai benda ternyata hanyalah sekumpulan sensasi. Locke menyimpulkan bahwa kita ‘menduga’ eksistensi benda dalam dirinya sendiri, substansi, karena kita tidak dapat membayangkan pengertian sifat-sifat yang ada tanpa menjadi sifat-sifat dari sesuatu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Kerusakan kedua; ia membedakan antara dua jenis sifat atau kualitas. Sifat yang kita cerap dari suatu objek adalah a.) hal-hal yang melekat dari suatu objek itu sendiri, seperti bentuk dan massa. Dan b.) sifat yang kita cerap ‘dalam diri kita sendiri’, yakni efek-efek yang dimiliki benta itu bagi kita. Contohnya ialah warna. Terdapat dua kualitas, yaitu kualitas primer (seperti bentuk dan massa) dan kualitas sekunder (yang harus dikatakan ‘berada dalam diri kita’). Padahal kualitas sekunder harus dikenakan pada semua kualitas, bahkan pada pengertian substansi itu sendiri, sejauh selama konsep semacam itu dapat dibenarkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Baca Juga : <a href="https://sinaufilsafat.blogspot.co.id/2017/09/aliran-aliran-dalam-epistemologi.html" target="_blank">Aliran-aliran dalam Epistemologi</a> </div>
<div style="text-align: justify;">
Daftar Pustaka:</div>
<div style="text-align: justify;">
Solomon, Robert C & Kathleen M Higgins. 2002. Sejarah Filsafat. Yayasan Bentng Budaya: <span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Jakarta.</div>
<div style="text-align: justify;">
Hadiwijono, Harun. 1980. Sari Sejarah Filsafat Barat 2. Kanisius: Yogyakarta.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
Smarttekhno.comhttp://www.blogger.com/profile/15305183533971293605noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4339639335746591040.post-50947603156618406382017-09-28T22:45:00.002+07:002017-09-28T22:45:53.766+07:00Teori Plato tentang Dunia Ide dan Bentuk - Sinau Filsafat<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<h2 style="text-align: left;">
<span style="font-size: small; font-weight: normal;">Teori Filsafat Plato bertengger pada pertentangan antara semu dan kenyataan. Etimologis, berdasarkan atas ilmu atau penyelidik tentang derivasi dan arti orisinal kata, filsafat berarti " cinta terhadap kearifan". </span><span style="font-size: small; font-weight: normal;">Menurut plato, etimologis antara pengetahuan dan pendapat ada bedanya. Misalnya, akan turun salju, adalah pendapat. Jika melihat salju turun, itulah pengetahuan. Pengetahuan adalah tertentu dan tidak salah. Pendapat tidak sepenuhnya menentu dan ada kemungkinan salah, sebab tidak nyata, dan sepenuhnya semu.</span></h2>
<div>
Baca Dulu : <a href="https://sinaufilsafat.blogspot.co.id/2017/09/pengantar-filsafat-ringan.html" target="_blank">Pengantar Filsafat Ringan</a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiiKjR47oJwi3NWEoAjZ5kCmBXgoei2-GZX9HGkhqLQdB2dkwSru5cHnXB_qoPdedk_HsIff1xH8TIg4LVBWfeRqvTWbxP5tep7TrEMlstPNwTY2zn8Ppw0z_b7Ul1l27PCZfb9e2cewO1j/s1600/Plato-ide-bentuk.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Teori Plato tentang Ide dan Bentuk - Sinau Filsafat" border="0" data-original-height="720" data-original-width="1280" height="360" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiiKjR47oJwi3NWEoAjZ5kCmBXgoei2-GZX9HGkhqLQdB2dkwSru5cHnXB_qoPdedk_HsIff1xH8TIg4LVBWfeRqvTWbxP5tep7TrEMlstPNwTY2zn8Ppw0z_b7Ul1l27PCZfb9e2cewO1j/s640/Plato-ide-bentuk.jpg" title="Teori Plato tentang Ide dan Bentuk - Sinau Filsafat" width="640" /></a></div>
<br />
<br />
Gagasan ini kembali mengulangi gagasan permenides. Namun dalam hal-hal tertentu metafisika Plato ada bedanya dengan Permenides. Bagi permenides yang ada "hanya satu", sedang bagi Plato ada banyak ide. Tidak saja yang nyata, tapi juga yang indah, yang baik, di samping menurut plato ada sofa di surga. Menurut Plato masih ada anjing surga, kucing surga, dll., pendeknya yang ada di kapal noak(nuh).<br />
<br />
<br />
Yang tidak berwaktu, menurut Plato tidak diciptakan. Dunia di lingkup ruang dan waktu diciptakan. Yaitu dunia yang ilusoris yang mengandung kejahatan. Namun Tuhan oleh Plato dikatakan tidak menciptakan segalanya selain hanya yang baik Keanekaragaman di dalam dunia materiil, jika mengikuti gagasan plato, tidak kesemuanya ada karena Tuhan. Menurut Plato, ide-ide bisa dianggap bukan ciptaan Tuhan, tapi adanya pada Tuhan itu sendiri. Pluralisme semu, yang merangkumi sejumlah banyak ide, bukan instansi terakhir. Pada instansi terakhir yang ada hanya Tuhan, atau lebih tapat Tuhan yang padaNya adal ide-ide.<br />
<br />
Baca Juga : <a href="http://sinaufilsafat.blogspot.co.id/2017/02/peradaban-hegemoni-barat.html" target="_blank">Peradaban Hegemoni Barat </a><br />
<br />
Demikianlah yang bisa diungkapkan mengenai gagasan Plato, Bagi orang beragama yang percaya kepada adanya Tuhan yang satu, gagasan Plato itu merupakan jawaban terhadap pertanyaan, mengapa Tuhan yang adil menciptakan manusia yang jahat, dan mengapa yang diciptakan bukan manusia yang baik saja. Bagi orang awam, gagasan plato itu bukan jawaban yang meyakinkan atas pertanyaan-pertanyaan tersebut. Meskipun demikian, adanya perbedaan keyakinan antara pihak yang beragama dan yang awam, tidak usah dipertajam menjadi sengketa.<br />
<br />
<br /></div>
Smarttekhno.comhttp://www.blogger.com/profile/15305183533971293605noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4339639335746591040.post-56542004132575433602017-09-27T19:33:00.004+07:002017-09-27T19:33:53.345+07:00Kehidupan Friedrich Nietzsche (1844—1900) <div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div paragraphname="paragraph0" style="font-variant-ligatures: normal; orphans: 2; text-align: left; widows: 2;">
<h2 style="font-variant-ligatures: normal; text-align: left;">
<span style="color: #555555; font-family: Segoe UI, Tahoma, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 13px; font-weight: normal;"><a href="http://sinaufilsafat.blogspot.com/" target="_blank">SINAU FILSAFAT</a> - Nietzsche adalah seorang filsuf Jerman, eseis, kritikus budaya. Tulisannya pada kebenaran, moralitas, bahasa, estetika, teori budaya, sejarah, nihilisme, kekuatan, kesadaran, dan makna keberadaan telah memberi pengaruh besar pada filsafat Barat dan sejarah intelektual.</span></span></h2>
<div paragraphname="paragraph0" style="font-variant-ligatures: normal;">
<span style="color: #555555; font-family: Segoe UI, Tahoma, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 13px;"><br /></span></span></div>
<div paragraphname="paragraph0" style="font-variant-ligatures: normal;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi7aXfNHJ38whwivKPtNZcI_yr5a4ln71JQ45vYGQa9JKmtrCboZ7fDDV4jtg5WDwI_RJJ3lO-0r5zDwjHdu4UrbbLAqFeLTEqXcj8Kp5EWZRXNXOWJtM_PXkVGRsn73Lg_4F8WSB5dwSQn/s1600/18157153_1102380476534239_7830390690797157945_n.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="473" data-original-width="960" height="315" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi7aXfNHJ38whwivKPtNZcI_yr5a4ln71JQ45vYGQa9JKmtrCboZ7fDDV4jtg5WDwI_RJJ3lO-0r5zDwjHdu4UrbbLAqFeLTEqXcj8Kp5EWZRXNXOWJtM_PXkVGRsn73Lg_4F8WSB5dwSQn/s640/18157153_1102380476534239_7830390690797157945_n.jpg" width="640" /></a><span style="color: #555555; font-family: Segoe UI, Tahoma, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 13px;">Nietzsche berbicara tentang "kematian Tuhan," dan meramalkan pembubaran agama tradisional dan metafisika. Beberapa penafsir Nietzsche percaya ia memeluk nihilisme, menolak penalaran filosofis, dan dipromosikan sastra eksplorasi dari kondisi manusia, sementara tidak peduli dengan mendapatkan kebenaran dan pengetahuan dalam arti tradisional dari istilah tersebut. Namun, penafsir lain Nietzsche mengatakan bahwa dalam berusaha untuk melawan meramalkan munculnya nihilisme, ia terlibat dalam program positif untuk menegaskan kembali kehidupan, dan jadi dia memanggil radikal, naturalistik memikirkan kembali sifat manusia, pengetahuan, dan moralitas. Pada salah satu interpretasi, disepakati bahwa ia menyarankan rencana untuk"menjadi apa yang satu adalah" melalui pengembangan naluri dan berbagai Fakultas kognitif, sebuah rencana yang memerlukan perjuangan terus-menerus dengan salah satu peninggalan psikologis dan intelektual.</span></span></div>
<div paragraphname="paragraph0" style="font-variant-ligatures: normal;">
<span style="color: #555555; font-family: Segoe UI, Tahoma, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 13px;"><br /></span></span></div>
<div paragraphname="paragraph0" style="font-variant-ligatures: normal;">
<span style="background-color: white; color: #555555; font-family: 'Segoe UI', Tahoma, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px;">BACA JUGA : <a href="http://sinaufilsafat.blogspot.co.id/2017/09/makalah-idealisme.html" target="_blank">MAKALAH IDEALISME</a></span></div>
<div paragraphname="paragraph0" style="font-variant-ligatures: normal;">
<br /></div>
<div paragraphname="paragraph0" style="font-variant-ligatures: normal;">
<span style="color: #555555; font-family: Segoe UI, Tahoma, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 13px;">Nietzsche mengklaim teladan manusia harus kerajinan identitasnya sendiri melalui realisasi diri dan melakukannya tanpa mengandalkan apapun melampaui bahwa hidup — seperti Tuhan atau jiwa. Ini cara hidup harus menegaskan bahkan adalah satuuntuk mengadopsi, paling problematically, visi radikal keabadian, satu menyarankan"terulangnya kekal" dari semua peristiwa. Menurut beberapa komentator, Nietzschelanjutan teori kosmologi "akan kekuasaan." Tetapi mereka yang lain menafsirkan dirinya sebagai tidak menjadi terlalu peduli dengan bekerja keluar suatu kosmologi yang umum. Pertanyaan mengenai koherensi pemandangan Nietzsche--pertanyaan seperti apakah pandangan ini bisa semua diambil bersama-sama tanpa kontradiksi, Apakah pembaca harus mendiskreditkan setiap pandangan tertentu jika terbukti tidak koheren atau tidak kompatibel dengan orang lain, dan seperti--terus menarik perhatian intelektual kontemporer sejarawan dan filsuf.</span></span></div>
<div paragraphname="paragraph0" style="font-variant-ligatures: normal;">
<br /></div>
<div paragraphname="paragraph0" style="font-variant-ligatures: normal;">
<span style="color: #555555; font-family: Segoe UI, Tahoma, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div paragraphname="paragraph0" style="font-variant-ligatures: normal;">
<span style="color: #555555; font-family: Segoe UI, Tahoma, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div paragraphname="paragraph0" style="font-variant-ligatures: normal;">
<span style="color: #555555; font-family: Segoe UI, Tahoma, Helvetica, sans-serif;"><div paragraphname="paragraph0" style="font-variant-ligatures: normal;">
<b>Kehidupan Friedrich Nietzsche</b></div>
<div paragraphname="paragraph0" style="font-variant-ligatures: normal;">
<br /></div>
<div paragraphname="paragraph0" style="font-variant-ligatures: normal;">
Karena banyak dari Nietzsche filosofis kerja harus dilakukan dengan penciptaan diri — atau untuk meletakkannya dalam istilah-istilah Nietzschean, "menjadi apa yang satu adalah" — sebagian ulama menunjukkan minat jarang anekdot biografi Nietzsche kehidupan. Mengambil pendekatan ini, namun, risiko membingungkan aspek Nietzsche legenda dengan apa penting dalam karyanya filosofis, dan banyak komentator benar skeptis terhadap bacaan berasal terutama dari biografi anekdot.</div>
<div paragraphname="paragraph0" style="font-variant-ligatures: normal;">
<br /></div>
<div paragraphname="paragraph0" style="font-variant-ligatures: normal;">
Friedrich Wilhelm Nietzsche lahir 15 Oktober 1844, putra Karl Ludwig dan Franziska Nietzsche. Karl Ludwig Nietzsche adalah seorang pendeta Lutheran di kota Prusia yang kecil di Röcken, di dekat Leipzig. Ketika muda Friedrich tidak cukup lima, ayahnya meninggal dari perdarahan otak, meninggalkan Franziska, Friedrich, tiga - putri tahun, Elisabeth, dan anak bayi. Friedrich's saudara meninggal mendadak segera sesudahnya (dilaporkan, legenda mengatakan, memenuhi Friedrich's mimpi diramalkan tragedi). Peristiwa ini meninggalkan Friedrich muda hanya laki-laki dalam rumah tangga yang termasuk ibunya, saudara perempuan, ayah nenek dan bibinya, meskipun Friedrich diperkaya bimbingan ayah Franziska's ayah. Friedrich muda juga menikmati persahabatan playmates beberapa laki-laki.</div>
<div paragraphname="paragraph0" style="font-variant-ligatures: normal;">
<br /></div>
<div paragraphname="paragraph0" style="font-variant-ligatures: normal;">
Atas hilangnya Karl Ludwig, keluarga mengambil tempat tinggal dalam suasana yang relatif perkotaan Naumburg, Saxony. Friedrich memperoleh masuk ke Schulpforta bergengsi, di mana ia menerima pendidikan persiapan terbaik Prusia di dalam humaniora, teologi, dan bahasa-bahasa klasik. Di luar sekolah, Nietzsche mendirikan masyarakat sastra dan kreatif dengan teman sekelas termasuk Paul Deussen (yang kemudian menjadi ulama terkemuka Sansekerta dan studi Indic). Selain itu, Nietzsche bermain piano, menggubah musik, dan membaca karya Emerson dan penyair Friedrich Hölderlin, yang relatif tidak diketahui pada saat.</div>
<div paragraphname="paragraph0" style="font-variant-ligatures: normal;">
<br /></div>
<div paragraphname="paragraph0" style="font-variant-ligatures: normal;">
<span style="background-color: white; font-size: 13px;">BACA JUGA : </span><a href="http://sinaufilsafat.blogspot.co.id/2017/09/pengantar-filsafat-ringan.html" style="font-size: 13px;" target="_blank">PENGANTAR FILSAFAT RINGAN</a></div>
<div paragraphname="paragraph0" style="font-variant-ligatures: normal;">
<br /></div>
<div paragraphname="paragraph0" style="font-variant-ligatures: normal;">
Pada tahun 1864 Nietzsche memasuki Universitas Bonn, menghabiskan lebih dari tahun pertama tidak, bergabung persaudaraan dan bersosialisasi dengan kenalan lama dan baru, paling yang akan jatuh dari hidupnya setelah ia kembali fokus intelektual. Saat ini ia telah juga menyerah teologi, gagah harapan ibunya karir di Kementerian baginya. Sebaliknya, ia memilih studi lebih humanistik bahasa-bahasa klasik dan karir di filologi. Pada tahun 1865 ia diikuti guru besar, Friedrich Ritschl, dari Bonn ke Universitas Leipzig dan mengabdikan dirinya untuk kehidupan yang rajin, membangun masyarakat ekstrakurikuler yang ada dikhususkan untuk mempelajari teks-teks kuno. Nietzsche pertama kontribusi ke grup ini adalah esai tentang penyair Yunani, Theognis, dan itu menarik perhatian Profesor Ritschl, yang begitu terkesan bahwa ia menerbitkan esai dalam jurnalnya akademik, Rheinisches Museum. Tulisan-tulisan lainnya diterbitkan oleh Nietzsche segera diikuti, dan oleh 1868 (setelah setahun wajib layanan di militer Prusia), Friedrich muda sedang dipromosikan sebagai sesuatu yang "fenomena" di klasik beasiswa oleh Ritschl, yang harga dan pujian mendarat Nietzsche posisi sebagai profesor bahasa Yunani bahasa dan Sastra di Universitas Basel di Swiss, meskipun kandidat belum lagi bermula menulis disertasi doktoral. Tahun 1869 dan Friedrich Nietzsche adalah 24 tahun.</div>
<div paragraphname="paragraph0" style="font-variant-ligatures: normal;">
<br /></div>
<div paragraphname="paragraph0" style="font-variant-ligatures: normal;">
Pada titik ini dalam hidupnya, namun, Nietzsche adalah jauh dari pemikir asli yang ia kemudian menjadi, karena baik dia maupun karyanya telah matang. Terpengaruh oleh opini publik dan semangat muda, ia dipecahkan mengajar pada tahun 1870 untuk bergabung dengan militer Prusia, melayani sebagai teratur medis pada saat pecahnya Perang Perancis-Prusia. Pelayanannya dipotong pendek, namun, oleh serangan berat disentri dan Difteri. Kembali di Basel, tanggung jawabnya mengajar di Universitas dan gimnasium terdekat dikonsumsi banyak tenaga fisik dan intelektual. Ia berkenalan dengan budaya sejarawan terkemuka, Jacob Burkhardt, mapan anggota Fakultas Universitas. Namun, orang yang mengerahkan pengaruh paling pada Nietzsche saat ini adalah seniman, Richard Wagner, yang Nietzsche telah bertemu sementara belajar di Leipzig. Selama paruh pertama dekade, Wagner dan rekannya, Cosima von Bülow, sering menghibur Nietzsche di Triebschen, tinggal mereka dekat Danau Lucerne, dan kemudian di Bayreuth.</div>
<div paragraphname="paragraph0" style="font-variant-ligatures: normal;">
<br /></div>
<div paragraphname="paragraph0" style="font-variant-ligatures: normal;">
Hal ini biasa untuk mengatakan bahwa pada suatu waktu Nietzsche tampak untuk Wagner dengan kekaguman seorang anak yang taat. Interpretasi ini hubungan mereka didukung oleh fakta bahwa Wagner akan menjadi usia yang sama seperti Karl Ludwig, Nietzsche penatua telah hidup. Hal ini juga biasa untuk dicatat bahwa Nietzsche kagum artis berlebihan menampilkan temperamen yang berapi-api, keberanian, ambisi, egoisme dan sucinya — khas kualitas menunjukkan "jenius" di abad kesembilan belas. Singkatnya, Nietzsche kewalahan oleh Wagner kepribadian. Nietzsche lebih matang kemudian akan melihat kembali pada hubungan ini dengan beberapa penyesalan.</div>
<div paragraphname="paragraph0" style="font-variant-ligatures: normal;">
<br /></div>
<div paragraphname="paragraph0" style="font-variant-ligatures: normal;">
<span style="background-color: white; font-size: 13px;">BACA JUGA : <a href="http://sinaufilsafat.blogspot.com/2017/09/aliran-aliran-dalam-epistemologi.html" target="_blank">ALIRAN EPISTEMOLOGI </a></span></div>
</span></div>
</div>
</div>
Smarttekhno.comhttp://www.blogger.com/profile/15305183533971293605noreply@blogger.com0Indonesia-0.789275 113.92132700000002-31.6684965 72.61273300000002 30.0899465 155.22992100000002