Thursday, March 10, 2016

Islam: Teologi Pembebasan Sebagai Metode Gerakan Sebuah Refleksi Pemikiran

Sinau Filsafat mencoba membuka tulisan dari diskusi beberapa bulan lalu, dengan tema "Islam: Teologi Pembebasan Sebagai Metode Gerakan Sebuah Refleksi Pemikiran".



Konsepsi tentang Islam dilandasi dengan basis ketauhidan yang dilabelkan sebagai agama samawi atau monoteisme. Ketauhidan merupakan cara pandang untuk melihat seluruh dunia sebagai sistem yang utuh, menyeluruh dan harmonis, yang melampui batas-batas dikotomi, lalu diorientasikan dalam tujuan ilahi yang sama. Murtadha Mutahhari pun menyebutnya sebagai pandangan dunia tauhid. Maka, Islam sebagai agama tauhid perlu kiranya untuk bisa menjawab persoalan-persoalan duniawi (politik, sosial dan ekonomi) sekaligus ketuhanan. Tidak lagi diartikan pada tataran formalitas ritual belaka.
Hassan Hanafi, salah satu tokoh kontemporer yang dikenal dengan Kiri Islamnya, menganjurkan agar Islam menjadi agama yang transformatif dan memiliki manfaat praksis bagi peradaban manusia. Menurutnya, Islam bukan sebagai institusi penyerahan diri yang membuat kaum muslimin menjadi tidak berdaya dalam menghadapi kekuatan arus perkembangan masyarakat, tetapi Islam merupakan sebuah basis gerakan ideologis populistik yang mampu membebaskan manusia dari belenggu-belenggu penindasan.
Pembebasan kaum tertindas merupakan wujud perjuangan kemanusiaan yang tertinggi dalam Islam. Ia menjadi ukuran nilai kehidupan manusia atau setidaknya usaha menjalani hidup didunia untuk semakin menjadi manusia.
Berbicara tentang Teologi Pembebasan, adalah sebuah paham tentang perananagamadalam ruang lingkup lingkungan sosial. Dengan kata lain paham ini adalah suatu usaha kontekstualisasi ajaran-ajaran dan nilai keagamaan pada masalah kongkret di sekitarnya dan sebagai respon terhadap situasi ekonomi dan politik yang dinilai menyengsarakan rakyat.
Teologi pembebasan dalam Islam merupakan istilah yang baru muncul diakhir abad 20 M. Namun keberadaannya secara esensial, telah ada sejak lahirnya Islam. Sebab, kelahiran Islam untuk membebaskan umat manusia dari belenggu penindasan (membela kelompok yang tertindas). Mengangkat derajat kaum hawa, memperjuangkan kelas bagi kaum budak untuk merdeka, merombak sistem tradisi yang jahil (mengubur hidup-hidup bayi perempuan, dll).
Istilah teologi pembebasan lahir setelah muncul wacana Marxis sebagai bentuk perjuangan kelas kaum proletar dari sistem yang dibangun oleh kaum borjuis, namun perjuangan kelas disini antara wacana Marxis dengan teologi pembebasan tidaklah sama, karena bagaimanapun juga teologi pembebasan berpegang pada tauhid, sementara Marxisme tak mengenal tauhid.
Paham ini lahir (teologi pembebasan) untuk merombak paradigma berfikir mayoritas masyarakat muslim yang selalu menempatkan tuntutan syara’i dalam teks nashyang hanya dijadikan sebagai rutinitas agama (sebatas aturan fiqih), bukan menjadi suatu sistem keyakinan (tauhid/aqidah) yang dapat menginspirasi umat islam dalam kehidupan sehari-hari. Dalam tataran amr ma’ruf nahi mun’kar misalnya, selama ini landasan tersebut hanya diimplemtasikan dalam tatanan fiqih (sholat, puasa, shadaqah, dan lain sebagainya), sementara esesial dari tatanan fiqih tersebut tidak terimplementasikan dalam ranah sosial.
Padahal menurut Asghar Ali Engineer, salah satu tokoh yang memaparkan Islam sebagai teologi pembebasan mengatakan bahwa, teologi pembebasan lahir untuk mengambil peran dalam membela kelompok tertindas, baik ketertindasan dalam hal religius atau politik dan penindasan ini dapat terlihat dalam tatanan sosial (strafikasi kelas) dan ekonomi.
Mengacu pada persoalan diatas, maka selayaknya Islam harus mentransformasikan dirinya untuk perubahan sosial. Islam tidak hanya menekan pada formalitas ibadah ritual belaka, tanpa menghiraukan tatanan sosial seperti keadilan dan kemanusiaanan. Islam juga sebagai ideologi yang revolusioner sebagai wujud pembelaan diri dari berbagai penindasan.

Sudah menjadi keharusan Islam menjadi sebuah sistem keyakinan (tauhid) yang menjiwai setiap muslim untuk melawan berbagai penindasan dan membebaskan manusia dari keterasingan dengan menjadikan teologi pembebasan sebagai metode gerakannya.
Load disqus comments

0 comments