PLAGIARISME DALAM TEORI PENDIDIKAN EMPIRISME
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Dewasa ini, permasalahan mengenai
plagiarisme bukanlah sesuatu yang asing lagi bagi masyarakat Indonesia khususnya
para akademisi. Apalagi ditambah dengan perkembangan media informasi, pemberitaan
mengenai plagiarisme semakin marak saja diperbincangkan di media masa maupun media
elektronik. Sesungguhnya setiap hari masyarakat menyaksikan plagiarisme,
plagiat dan plagiator, baik yang sengaja maupun yang tidak.
Membahas dunia pendidikan maka tidak terlepas juga dari
plagiarisme. Baik siswa, mahasiswa maupun kalangan pengajar banyak yang
melakukan tindakan plagiarisme, meskipun tidak semua namun sebagian besar
pernah melakukan hal tersebut. Latar belakang mereka melakukan plagiarisme pada
dasarnya memiliki motif yang serupa yaitu memberikan kesempatan untuk
menyelesaikan persyaratan akademis agar cepat selesai dan mudah, apalagi berkaitan
dengan nilai. Namun ironisnya, pelaku plagiarisme sering yang mendapatkan nilai
yang lebih tinggi dari yang seharusnya mereka dapatkan. Beberapa diantaranya
bahkan mendapatkan nilai akademis yang lebih tinggi dibandingkan orang-orang
yang meneliti dan menulis sendiri tugasnya. Sebagian dari pelaku plagiarisme
mengaku tidak menyadari bahwa mereka telah melakukan plagiarisme dan sebagian
lagi dilakukan karena kesengajaan.
Pada umumnya tindakan Plagiarisme
atau plagiat dapat terjadi karena kurang memahami tatakrama pengutipan atau
perujukan gagasan atau pendapat orang lain, atau bisa juga karena keterbatasan
pelacakan sumber-sumber informasi dari literatur-literatur ilmiah. Hal-hal
tersebut membuktikan bahwa pendidikan di Indonesia masih perlu dibenahi.
Pendidikan yang seharusnya adalah mengajarkan kejujuran kepada yang pihak
diajari, maka para pendidik haruslah menanamkan hal-hal tersebut didalam
penyampaian materi-materi.
Jika ditinjau lebih mendalam masalah
plagiarisme dalam pendidikan seharusnya bisa diatasi, dengan banyaknya
teori-teori filsafat pendidikan yang ada,
setidaknya mampu meminimalisir plagiarisme dengan memberikan solusi pemecahan
masalah tersebut. Salah satunya adalah dengan teori Empirisme dari John locke,
teori ini menyatakan bahwa pendidikanlah yang membentuk dan mengembangkan
manusia karena manusia terlahir bagaikan selembar kertas putih yang tidak ada
coretan /tabula rasa. Pendidikan maha kuasa dalam membentuk anak didik. Dengan
teori yang sangat optimis terhadap usaha pendidikan setidaknya dapat mengungkap
permasalahan mendasar apa yang dapat menimbulkan masalah plagiarisme, serta
solusi yang paling esensial yang dapat membantu menyelesaikan permasalahan ini
- Rumusan
Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan plagiarisme?
2. Apa saja yang termasuk dalam tindakan
plagiarisme?
3. Bagaimana plagiarisme ditinjau dari teori
pendidikan Empirisme?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Plagiarisme
Plagiarisme, menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, ialah penjiplakan yang melanggar hak cipta, yaitu hak
seseorang atas hasil penemuannya yang dilindungi oleh undang-undang. Plagiat
adalah pengambilan karangan atau argumen
orang lain dan menjadikannya seolah-olah karangan atau pendapat sendiri. Misalnya
menerbitkan karya tulis orang lain atas nama dirinya sendiri. Orang yang
melakukan plagiat disebut plagiator atau penjiplak.
Plagiarisme dalam bidang akademis,
sebagaimana dikutip dari Bobby Elliot, plagiarisme dapat diartikan
sebagai tindakan menggunakan
sebagian atau keseluruhan hasil karya orang lain (baik berupa
tulisan, produk, ataupun ide) tanpa mencantumkan sumber naskah asli,
dengan maksud menjadikannya seolah
hasil karya sendiri http://knol.google.com/k/plagiarism-definition-causes-consequence).
Plagiarisme merupakan
tindakan pencurian intelektual milik
orang lain, termasuk di dalamnya pencurian terhadap ide dan konsep tak
tertulis, catatan,data komputer, desain, dan bahan tertulis lainnya.Menurut Adimihardja
(2005), plagiarisme adalah pencurian dan penggunaan gagasan atau tulisan
orang lain (tanpa cara-cara yang sah) dan diakui sebagai miliknya sendiri.
Plagiarisme juga didefinisikan sebagai kegiatan dengan sengaja menyalin
pemikiran atau kerja orang laintanpa cara-cara yang sah (Adimihardja, 2002).
Pelaku plagiarisme dikenal juga dengan sebutan plagiat (Rosyidi, 2007)
B.
Tindakan Yang Termasuk Plagiarisme
Dalam buku Sebuah Pengantar
Penulisan Ilmiah karya Felicia Utorodewo dkk. menggolongkan tindakan yang
termasuk plagiarisme adalah sebagai berikut:
1. Mengakui tulisan orang lain sebagai
tulisan sendiri,
2. Mengakui gagasan orang lain sebagai
pemikiran sendiri
3. Mengakui temuan orang lain sebagai
kepunyaan sendiri
4. Mengakui karya kelompok sebagai kepunyaan
atau hasil sendiri,
5. Menyajikan tulisan yang sama dalam
kesempatan yang berbeda tanpa menyebutkan asal-usulnya
Meringkas dan memparafrasekan (mengutip tak langsung)
tanpa menyebutkan sumbernya, dan
Meringkas dan memparafrasekan dengan menyebut
sumbernya, tetapi rangkaian kalimat dan pilihan katanya masih terlalu sama
dengan sumbernya.
Secara
garis besar, tindakan yang termasuk plagiarisme akademis antara lain
(Rosyidi,2007):
a.menyalin
tulisan orang lain mentah-mentah, tanpa memberikan penjelasan bahwa tulisantersebut
diambil dari tulisan lain dan/atau tanpa menyebutkan sumbernya,
b.mengambil
gagasan orang lain tanpa memberikan keterangan yang cukup tentang
sumber gagasan tersebut. Menurut Adimihardja (2005) terdapat banyak
sekali jenis plagiarisme, antara lain sebagai berikut:
1.
.Mengutip
atau mengulang gagasan orang lain dalam suatu percakapan tanpa
merujuk kepada yang mempunyai gagasan, tanpa memberi penghargaan atau
ucapan terima kasih kepada yang mempunyai gagasan tersebut.
Mencuri gagasan orang lain dalam suatu percakapan kemudian menuliskannya
tanpa izin sah dari yang mempunyai gagasan tersebuttermasuk plagiarisme; dan
ini merupakan kesalahan ilmiah.
2.
.Semua
pendapat atau pernyataan orang lain secara tertulis yang dikutip tanpa
memberi penghargaan kepada yang punya pendapat melalui catatan kaki atau
daftar pustaka.
3.
Melakukan
kutipan tak langsung dari pendapat atau pernyataan orang lain secara tertulis tanpa
melakukan parafrase.
4.
Mengutip
tabel dan gambar tanpa menyebutkan sumbernya
5.
Dua
tulisan berjudul dan berisi sama, maka yang keluar belakangan merupakan
hasil plagiat.
6.
Menyalin
seluruh hasil karya orang lain, dan salinan itu diakui sebagai tulisan
sendiriwalaupun pemilik karya tulis mengizinkan secara tulus. Hasil karya yang
dimaksudkanmeliputi yang dipublikasi (buku, artikel dalam
jurnal/prosiding/majalah) dan yang tidak dipublikasi (makalah untuk
seminar, laporan penelitian, skripsi, tesis, disertasi, diktat, bukuajar).
7.
Tulisan
mahasiswa yang dipublikasi tanpa menuliskan nama mahasiswa sebagai
penulis pertama.
8.
Penulis
yang dengan sengaja mengirimkan tulisan berjudul sama pada dua jurnal
ataulebih.
9.
Menerjemahkan
suatu tulisan orang lain dan menulis dirinya sebagai penulis.
10. Tulisan orang lain yang dimodifikasi baik
organisasi maupun frasenya tanpamencantumkan nama penulis aslinya
C. Plagiarisme Ditinjau dari Teori Pendidikan Empirisme
Tokoh aliran Empirisme adalah John
Lock, filosof Inggris yang hidup pada tahun 1632-1704. Teorinya dikenal dengan
Tabulae rasae (meja lilin), yang menyebutkan bahwa anak yang lahir ke dunia seperti
kertas putih yang bersih. Kertas putih akan mempunyai corak dan tulisan yang digores oleh
lingkungan. Faktor bawaan dari orangtua (faktor keturunan) tidak
dipentingkan. Pengalaman diperoleh anak melalui hubungan dengan lingkungan (sosial, alam, dan
budaya). Pengaruh empiris yang diperoleh dari lingkungan berpengaruh besar
terhadap perkembangan anak. Menurut aliran ini, pendidik sebagai faktor luar memegang peranan sangat
penting, sebab pendidik menyediakan lingkungan pendidikan bagi anak, dan
anak akan menerima pendidikan sebagai pengalaman.Pengalaman tersebut akan
membentuk tingkah laku, sikap, serta watak anak sesuai dengan tujuan pendidikan yang
diharapkan. Misalnya: Suatu keluarga yang kaya raya ingin memaksa
anaknya menjadi pelukis.Segala alat diberikan dan pendidik ahli didatangkan.
Akan tetapi gagal, karena bakat melukis pada anak itu tidak ada.
Akibatnya dalam diri anak terjadi konflik, pendidikan mengalami kesukaran dan hasilnya
tidak optimal. Contoh lain, ketika dua anak kembar sejak lahir dipisahkan
dan dibesarkan di lingkungan yang berbeda. Satu dari mereka
dididik di desa oleh keluarga petani golongan miskin, yang satu dididik di lingkungan
keluarga kaya yang hidup di kota dan disekolahkan disekolah modern. Ternyata
pertumbuhannya tidak sama. Kelemahan aliran ini adalahhanya mementingkan
pengalaman. Sedangkan kemampuan dasar yang dibawa anak sejak lahir
dikesampingkan. Padahal, ada anak yang berbakat dan berhasil meskipun lingkungan tidak mendukung.
(1) Aliran
ini bertumpu pada pandangan John Locke (1704-1932), yang mengembangkan teori “ Tabula Rasa “, yaitu anak lahir ke dunia bagaikan kertas putih. Oleh
karena itu perkembangan anak bergantung pada stimulasi eksternal, yaitu
bergantung pada stimulus lingkungan. Stimulus ini berasal dari alam atau
diciptakan oleh orang dewasa. Aliran ini tidak mementingkan pembawaan.
(2)
Keberhasilan anak disebabkan dari faktor yang ada di dalam dirinya berupa
kecerdasan atau kemauan keras. Oleh karena itu, anak mencari lingkungan yang
dapat mengembangkan bakat atau kemampuan yang ada dalam dirinya.
(3) Aliran ini memandang anak sebagai makhluk
yang pasif yang diberi stimulus melalui pembelajaran. Perilaku yang baik karena
diberi stimulus secara terus menerus.
Seseorang yang beraliran empisime mendasarkan pengetahuannya
terhadap pengalaman indrawi. Baginya pengalaman indrawi merupakan landasan
paling dasar bagi pengetahuan manusia, meski untuk dapat dikatakan ilmiah harus
melalui syarat-syarat tertentu. Pengalaman saja tidak cukup dijadikan sebagai
landasan pengetahuan, karena itu juga mengakui peran ingatan, kesaksian, minat
dan rasa ingin tahu, pikiran dan penalaran, logika, bahasa dan kebutuhan hidup
manusia.
Memori suatu pengalaman yang disaksikan oleh orang-orang tertentu
kemudian dapat direfleksikan menggunakan penalaran tertentu sehingga
menghasilkan suatu informasi/pengetauan yang valid. Tentu untuk mengungkapkan
hal tersebut diperlukan peran bahasa di samping adanya minat dan rasa ingin
tahu dari sang peneliti. Bagi kegiatan ilmiah ialah kegiatan penelitian dengan
melalui syarat-syarat tertentu.
Jika
dalam empirisme peran lingkungan sangat berpengaruh dalam membentuk pribadi
seorang anak, maka peran guru juga sangat penting. Guru sebagai pembimbing
harus sepenuh hati mendidik anak didiknya. Terutama mengenai penanaman
pengetahuan mengenai plagiarisme itu sendiri. Plagiarisme bisa terjadi sebab
anak didik tidak mengetahui bahwa apa yang dilakukannya adalah sebuah tindak
plagiat. Dalam kurikulum mata pelajaran Bahasa Indonesia di tingkat Sekolah
Menengah Atas (SMA), sebenarnya terdapat materi mengenai berbagai jenis
kutipan, seperti kutipan langsung-tidak langsung, catatan kaki, maupun catatan
perut. Namun di beberapa sekolah tidak menyampaikan materi tersebut. Jika
mungkin disampaikan hanya sebatas dasar-dasarnya saja.
BAB III
KESIMPULAN
Plagiarisme penjiplakan yang melanggar hak cipta, yaitu hak seseorang atas hasil
penemuannya yang dilindungi oleh undang-undang. Plagiat adalah pengambilan
karangan atau argumen orang lain dan menjadikannya seolah-olah karangan atau pendapat sendiri. Misalnya menerbitkan karya tulis orang lain atas nama dirinya
sendiri. Orang yang melakukan plagiat disebut plagiator atau penjiplak.
Beberapa
tindakan yang tergolong plagiarisme diantaranya Mengakui
tulisan orang lain sebagai tulisan sendiri,. Mengakui gagasan orang lain sebagai pemikiran
sendiri. Mengakui
temuan orang lain sebagai kepunyaan sendiri. Mengakui karya kelompok sebagai kepunyaan atau
hasil sendiri. Menyajikan tulisan yang sama dalam kesempatan yang berbeda tanpa
menyebutkan asal-usulnya
Empirisme dipelopori oleh seorang filsuf
berkebangsaan inggris bernama John Locke. Locke berpendapat bahwa seorang anak
lahir di dunia ini ibarat sebuah kertas kosong atau ibarat meja berlapis lilin
(tabula rasa) yang belum ada tulisan apapun di atasnya. Mendidik merupakan kegiatan yang membentuk
pribadi sang anak didik. Oleh karena itu guru harus senantiasa mendidik dengan
sepenuh hati. Jika plagiarisme yang dilakukan oleh peserta didik disebabkan
ketidaktahuannya, maka peran guru harus dievaluasi, sebab hal ini juga
menunjukkan ketidakberhasilan guru membentuk pribadi baik sang anak didik.
DAFTAR PUSTAKA
Jaelani, Endang, 2012, Rencana Program
Kegiatan Perkuliahan Semester, Filsafat Pendidikan,Yogyakarta
http://ditowisnu.wordpress.com/2010/04/29/plagiarisme-dalam-dunia-pendidikan/
diakses padatanggal 02 september 2012
http://edukasi.kompasiana.com/2010/02/10/kasus-plagiarism-dan-sikap-ilmiah/diakses pada tanggal 02 September 2012
http://erywijaya.wordpress.com/2010/04/16/plagiarisme-dan-solusi,pencegahannya/
diakses
padatanggal 02 September 2012
http://flpngaliyan.wordpress.com/page/2/ diakses padatanggal 02 september 2012
http://edukasi.kompasiana.com/2010/04/07/plagiarisme-kejahatan-akademia/
diakses padatanggal 02 september 2012
0 comments